81 Part 37

Deg! Hati Yasmin mencelos mendengar suara adik iparnya. Ya Allah, Zib! Kenapa kamu harus bicara? batin Yasmin cemas.

" Jangan ikut campur!" wajah Zabran berubah menggelap melihat adiknya membela istrinya.

" Aku hanya..."

" Zib, tolong! Aku memang bersalah!" potong Yasmin memelas menatap adiknya.

" Tapi, Yas..."

" Wah, hebat! Apakah kalian seperti ini jika aku tidak di rumah?" Zabran kembali cemburu melihat interaksi istri dan adiknya.

" Apa maksud kakak? Seperti ini, seperti apa maksudnya?" tanya Zibran kesal.

" Kalian benar-benar tidak tahu malu. Yang satu bilang cinta mati, yang satu bilang kita saudara. Tapi dibelakangku kalian bermesra-mesraan!" kata Zabran yang sudah dibutakan rasa cemburunya.

" Astaughfirullah! Istighfar, Kak! Mana mungkin Yasmin melakukan itu, dia sangat mencintai kakak!" bela Zibran.

" Wah! Sudah pintar membela sekarang!" sahut Zabran menahan amarah.

" Terserah kakak mau bilang apa!" kata Zibran kesal.

" Yas! Kalo kamu merasa bosan dengan kelakuan gila kakakku, aku akan menunggu kamu bercerai dengannya!" kata Zibran membuat Yasmin mencelos dan Zabran langsung memukul wajah Zibran.

Bugh! suara pukulan tangan Zabran mengenai pipi Zibran dan pria itu terhuyung dengan sudut bibir pecah dan mengeluarkan darah.

" Aaaaaa!" teriak Yasmin.

" Ada apa ini?" Daffa yang sedang duduk di teras belakang langsung datang begitu mendengar teriakan Yasmin.

" Dia berani mendo'akan aku bercerai dengan istriku, Om!" teriak Zabran marah.

" Lalu kenapa? Toh, kakak tidak mencintai Yasmin!" balas Zibran sambil mengusap bibirnya yang terasa nyeri.

" Kamu..."

" Sudah! Cukup!" teriak Daffa sambil menghalau Zabran yang berniat kembali memukul adiknya.

" Kalian ini sudah pada dewasa, kelakuan masih seperti anak kecil!" teriak Daffa marah melihat kedua keponakannya bertengkar gara-gara wanita.

" Apa kalian lupa jika ummi kalian sedang di rumah sakit? Bagaimana jika dia mendengar tentang hal ini? Zib! Masuk ke kamarmu! Zah, obati bibir kakakmu!" kata Daffa pada Ezzah.

" Iya, Om!" jawab Ezzah kemudian mengikuti langkah Zibran yang masuk ke kamarnya.

" Dan kamu, Zab! Kenapa kamu jadi seperti ini? Mana Zab yang Om kenal dulu? Apa benar kalo kamu tidak mencintai istrimu? Apa mau kamu melihat adikmu menikahi dia?" tanya Daffa kesal.

" Tidak!" sahut Zabran keras.

" Lalu kenapa selalu marah pada Yasmin?" tanya Daffa.

" Zab...."

" Jika ucapan Zibran benar, lebih baik kamu lepaskan istrimu, kamu berdosa jika membuat seorang wanita menangis karena dirimu!" kata Daffa.

Zabran menghela nafasnya dan menatap istriya yang menangis dalam pelukan tantenya.

" Zab mau ke rumah sakit!" ucap Zabran pergi meninggalkan ruang makan.

" Aku akan ikut dengan Zab. Umma bawa Yasmin ke kamar!" kata Daffa diikuti anggukan kepala dari Briana.

" Kamu yang sabar, suamimu memang sangat pencemburu rupanya!" ucap Daffa dengan tersenyum.

Yasmin membersihkan tubuhnya dan melakukan perawatan sebelum tidur. Meskipun dia tahu jika suaminya tidak akan pernah menyentuhnya, tapi Yasmin memang sudah terbiasa melakukan semua itu sejak masih gadis dulu. Dia melepaskan khimar dan gamisnya lalu memakai gaun tidur berbahan satin dengan tali spagetti. Yasmin berani memakai semua itu karena dia yakin jika suaminya tidak akan tidur di kamar. Tadi dia mendengar jika Zabran akan pergi ke rumah sakit bersama Daffa. Yasmin menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang sambil membaca dokumen. Dia kemudian meletakkan dokumen tersebut saat merasa matanya tidak dapat diajak kompromi.

" Ehmmmm!" desah Yasmin yang saat itu sedang tertidur miring.

Dia merasa saat ini ada orang yang sedang mencium punggungnya. Seketika dia membuka matanya dan hampir saja berteriak saat melihat siapa yang sedang berada dihadapannya.

" Kak...Zab..."

Dengan penuh kelembutan Zabran membaca do'a dan meniupkannya ke atas kepala istrinya dibarengi dengan mata Yasmin yang terpejam merasakan gemuruh di dalam dadanya. Jantungnya berdetak sangat kencang hatinya begitu cemas menantikan apa yang akan dilakukan oleh suami tercintanya.

Pria tampan itu mengecup satu-persatu panca indera yang terdapat pada wajah Yasmin. Hingga tiba di indera pencecap, nafas pria itu memburu, dengan memejamkan kedua matanya, dia menikmati bibir istrinya dengan sangat lembut dan dibalas oleh Yasmin dengan penuh kelembutan juga. Sejenak kening mereka saling bersentuhan dengan nafas memburu akibat ciuman halal tadi. Zabran membuka matanya dan mengecup bahu istrinya, lalu memandang wajah terpejam Yasmin.

Ya Allah, cantik sekali istriku! Ampuni hamba yang selama ini telah lalai akan status hamba sebagai seorang suami, Ya Allah. Ins Yaa Allah hamba akan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakannya! batin Zab. Akhirnya malam yang ditunggu-tunggu oleh Yasmin sebagai seorang istri tiba juga. Malam itu dia begitu takut sekaligus bahagia karena suaminya memperlakukannya dengan sangat lembut dan penuh cinta.

" Alhamdulillah! Terima kasih karena telah menjaga dan memberikannya padaku!" bisik Zabran diakhir sesi bercinta mereka.

" Iya!" jawab Yasmin dengan perasaan yang tidak dapat diungkapkan.

Dia masih tidak berani berbicara banyak pada Zabran, karena dia takut jika suaminya itu akan marah lagi.

" Apakah kamu lelah?" tanya Zab yang berada di samping Yasmin.

" Iya!" jawab Yasmin lagi.

" Sakit?" tanya Zabran.

" Sedikit!" jawab Yasmin malu, wajahnya merona karena pertanyaan sang suami.

" Tidurlah!" ucap Zabran dengan mengusap rambut panjang istrinya.

" Iya!" jawab Yasmin pendek, kemudian dia memejamkan kedua matanya dengan tubuh menghadap suaminya.

Zabran mendekap erat tubuh Yasmin dan sesekali mengecup rambut wangi wanita soleha itu.

Keesokan harinya Yasmin terbangun dengan posisi Zabran yang memeluknya dengan sangat posessif. Dilihatnya wajah pria yang telah meporak porandakan hatinya itu. Ya Allah, semoga ini bukan hanya mimpi dan akan selamanya seperti ini, Aamiin! do'a Yasmin. Wanita itu mencoba mengalihkan tangan sang suami dengan pelan. Tapi si empunya ternyata terbangun saat dia memegang tangannya.

" Jam berapa ini?" tanya Zabran dengan mulut menguap.

" Tiga!" jawab Yasmin.

" Kita shalat tahajud!" ajak Zabran.

" Iya!" jawab Yasmin malu.

Wanita itu terdiam saat sang suami duduk dan meraih boxernya lalu memakainya di depan wajahnya. Masya Allah! jerit Yasmin dalam hati. Kak Zab! Kenapa harus di depanku, sih? Nggak malu apa? batin Yasmin memalingkan wajahnya. Zabran berjalan ke arah pintu kamar mandi, tapi saat belum mencapai ke tempat tersebut, dia seakan mengingat sesuatu.

" Kamu bisa berjalan?" tanya Zab.

" Eh..." Yasmin terkejut karena suaminya bertanya dan pasti sudah melihat dirinya yang sedang duduk dan melilitkan selimut pada tubuhnya.

Yasmin masih saja malu saat ada yang melihatnya tidak berkerudung, apalagi tidak berpakaian dengan benar seperti sekarang ini.

" Apa masih sakit?" tanya Zab yang berjalan mendekati istrinya tanpa malu-malu.

Yasmin yang melihat suaminya mendekat hanya dengan memakai sepotong boxer, jadi gugup dan salah tingkah. Jantungnya berdegub dengan kencang, karena memikirkan kejadian semalam, yang membuatnya melenguh dan sesekali mendesah nikmat. Ya Allah, apa yang hamba pikirkan? batin Yasmin.

" Apa yang kamu rasakan?" tanya Zabran lembut.

" Ak...aku baik-baik saja!" jawab Yasmin.

" Kamu yakin?" tanya Zabran lagi.

" Iya!" jawab Yasmin pendek.

" Baiklah! Ayo kiya mandi!" ajak Zabran.

" Man...mandi?" tanya Yasmin gugup.

" Iya! Apa kamu nggak akan mandi junub?" tanya Zabran yang tahu jika istrinya pasti sangat gugup karena kejadian semalam.

" Iy...iya, tap...tapi...ap...apa...kakak..."

" Aku akan memandikanmu!" goda Zabran di telinga Yasmin.

" Apa?" teriak Yasmin terkejut.

" Astaughfirullah!" ucap Zabran menutup telinganya karena terkejut mendengar teriakan Yasmin.

avataravatar
Next chapter