80 Part 36

Yasmin sedang duduk di ruang kerja Zabran sambil melihat dokumen-dokumen yang tadi diantarkan oleh asistennya.

Drrtttt! Drrtttt! Ponselnya bergetar di atas meja.

" Assalamu'alaikum!" sapa Yasmin tanpa melihat siapa yang menelpon karena dia sedang sibuk dengan dokumen di tangannya.

" Wa'alaikumsalam! Boss! Apa dokumen dari Mr. Juan sudah dibaca? Karena jam 12 nanti dia minta bertemu!" tanya orang itu.

" Mr. Juan? Ini lagi saya pelajari!" jawab Yasmin.

" Bagaimana, Boss? Apa Boss bisa datang? Karena Mr. Juan tidak mau saya mewakili!" kata orang itu lagi.

" Saya tidak bisa, Liv! Kamu tahu sendiri kalo saya sudah menikah dan tidak boleh keluar rumah tanpa mahrom saya!" jawab Yasmin meletakkan dokumennya dan berdiri menatap keluar jendela.

" Tapi jika Boss tidak datang, proyek ini akan lepas dan impian Boss besar tidak akan terwujud dalam waktu dekat!" tutur Livia, yang ternyata sekretaris Yasmin.

" Saya tahu, tapi..."

" Boss minta izin saja sama Tuan Zabran dan ceritakan semuanya!" potong Livia.

" Saya tidak yakin dia akan mengijinkan!" jawab Yasmin pelan.

" Coba saja dulu, Boss!" kata Livia.

" Dia masih di rumah sakit!" kata Yasmin.

" Apa dia tidak pulang?" tanya Livia.

" Belum!" jawab Yasmin lagi.

" Boss bisa kesana atau telpon. Kalau begitu saya akan mempersiapkan kontrak kerjanya!" kata Livia.

" Baiklah! Assalamu'alaikum!" kata Yasmin.

" Wa'alaikumsalam, Boss!" jawab Livia.

Yasmin mematikan panggilan Livia lalu meletakkan ponselnya di nakas dekat jendela. Kak! Apa kamu akan mengizinkanku pergi? batin Yasmin. Dia melangkah kearah pintu ruangan dan keluar untuk mengambil air wudhu guna melakukan shalat dhuha.

Yasmin berjalan meninggalkan mushalla dan berniat untuk mengganti pakaiannya di dalam kamar.

" Astaughfirullah! Kakak membuatku kaget!" ucap Yasmin yang melihat Zabran sedang berdiri di pintu balkon.

" Bagaimana ummi dan Aba? Apa mereka sudah sembuh? Kapan mereka bisa pulang?" tanya Yasmin berturut-turut.

" Alhamdulillah baik, sudah, besok!" jawab Zabran tenang.

" Apa?" tanya Yasmin yang sedikit tidak mengerti dengan ucapan Zabran.

" Apa kamu punya wudhu?" tanya Zabran.

" Iya!" jawab Yasmin.

" Kita shalat 2 raka'at!" ucap Zabran.

" Shalat...2 raka'at? Shalat...apa?" tanya Yasmin.

" Apa kamu sekarang sudah mulai banyak bicara?" tanya Zabran tidak suka.

" Maaf!" jawab Yasmin menundukkan kepalanya.

Zabran menggelar sajadah di dekat ranjang dan Yasmin meraih sajadahnya yang berada di lemari khusus perlengkapan shalat dan menggelar sajadahnya di belakang suaminya. Zabran membaca niat dalam hati dan memimpin shalat tanpa memberitahu sang istri, karena dia malu jika sampai Yasmin tahu kalau mereka melakukan shalat sunnah 2 raka'at sebagai suami istri.

" Assalamu'alaikum Wr. Wb! Assalamu'alaikum Wr. Wb!" ucap Zabran lalu memutar tubuhnya dan Yasmin mencium punggung tangan Zabran.

" Ummi ingin kita ke rumah sakit besok!" ucap Zabran.

" Kita? Maksud kakak aku juga?" tanya Yasmin senang.

" Iya!" jawab Zabran yang bisa melihat binar bahagia di mata sitrinya.

" Aku lapar!" ucap Zabran.

" Aku akan menyiapkan makan buat kakak!" kata Yasmin kemudian membereskan semua alat shalat miliknya dan suaminya.

Kenapa rasanya dia terlihat semakin cantik saja? batin Zabran. Padahal dia tidak menggunakan apapun di wajahnya! batin Zabran lagi. Dia menatap sang istri yang menata alat shalat mereka dengan wajah penuh senyuman.

" Kakak istirahat saja dulu, kalau sudah siap, aku akan memanggil kakak!" ucap Yasmin lalu meninggalkan kamar mereka.

Zabran berjalan keluar pintu balkon dan menatap lurus ke bawah. Tanaman milik umminya terlihat sangat indah meskipun sang pemilik berada di rumah sakit. Zabran berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Tidak lama kemudian mata pria tampan itu tidak dapat lagi ditahan untuk tetap terbuka.

Setelah beberapa lama, Zabran membuka kedua matanya, dipandanginya langit-langit kamarnya. Seakan tersentak, pria itupun terbangun dan duduk di pinggir ranjang. Dia mengusap wajahnya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Dilihatnya jam menunjuk angka 4 sore. Zabran bergegas mandi lalu menggelar sajadah untuk menunaikan shalat Azar.

Sayup terdengar suara gelak tawa dilantai bawah, jantung Zabran berdetak kencang. Dia tahu jika yang sedang tertawa adalah istrinya, tawa yang sangat dirindukannya. Tawa yang telah lama hilang sejak setahun yang lalu. Zabran menuruni tangga dengan cepat, lalu dilihatnya sosok adik kandung laki-lakinya, orang yang sangat tidak diharapkan untuk berinteraksi dengan istrinya. Tangan pria itu terkepal, rasa cemburu menyelimuti dadanya. Mereka sedang duduk di teras belakang rumah. Zabran hanya melihat sosok Zibran karena terhalang tembok rumah.

" Hahaha! Apa kamu juga nakal?" tanya Zibran.

Ya! Pria itu adalah Zibran, orang yang mencintai Yasmin dan berharap menikahinya. Dada Zabran seakan ingin meledak melihat wajah adiknya itu.

" Kata Aba aku memang sedikit nakal!" jawab Yasmin.

Dada Zabran semakin terbakar api cemburu mendengar suara lembut istrinya yang terdengar sangat akrab di telinga sang suami. Brengsek! batin Zabran dan berjalan cepat mendekati adiknya.

" Kak Zab? Sudah bangun?" sapa sebuah suara.

Zabran menoleh ke arah suara tersebut. Dilihatnya Ezzah dan Ezzar yang duduk di bawah, lalu matanya beralih pada seorang pria yang mirip dengan dirinya yaitu Daffa dan Briana serta putra mereka yang masih berusia setahun. Tangan Zabran yang tadinya terkepal kuat menjadi melemah. Hatinya menyesal karena terlalu terbakar api cemburu pada adiknya.

" Iya! Om, Tante!" sapa Zabran kemudian mendekati mereka berdua dan menyalaminya.

" Om dan Tante sengaja kesini karena ada perlu dengan Zib sekalian menginap beberapa hari. Tantemu sepertinya ngidam pengen sayur nangka ummimu!" ucap Daffa.

" Bi!" rengek Briana yang merasa malu.

" Tante hamil lagi?" tanya Yasmin terkejut.

" Bi! Malu kan, masak anak baru setahun sudah hamil lagi!" rengek Briana lagi.

" Lho, kalau Allah percaya sama kita, apa Abi harus menolak?" goda Daffa.

" Ckk! Abi aja yang nggak pengertian sama Amma!" ucap Brianna pelan.

" Waduh, ini pembicaraan 21 tahun keatas! Anak kecil mana boleh dengar!" sahut Zibran.

" Kita pergi aja Zar!" ucap Ezzah lalu beranjak dari duduknya bersama Ezzar.

" Hahaha! Ada-ada saja!" sahut Daffa.

" Yasmin belum isi?" tiba-tiba Briana bertanya.

" Umma!" panggil Daffa.

Briana menjadi merasa bersalah.

" Belum dikasih, Tante! Mungkin Allah masih belum percaya pada kami!" jawab Yasmin tanpa ada niatan untuk menyindir suaminya.

Zabran hanya menatap sang istri dengan rasa bersalah.

" Kakak mau makan sekarang?" tanya Yasmin pada suaminya.

" Iya!" jawab Zabran.

" Yasmin permisi dulu, Om, Tante. Mau siapin makan Kak Zab!" ucap Yasmin kemudian berdiri dan masuk ke dalam.

Ponsel Yasmin bergetar, nama Livia tertera di layar ponselnya. Yasmin menatap sang suami yang sedang menikmati makanannya. Zabran sebenarnya tahu jika sedari tadi ponsel istrinya terus berdering. Setelah dia menyelesaikan makannya dan membaca do'a, pria itu menatap sang istri.

" Apa ada yang sangat penting hingga Hpmu tidak berhenti bergetar?" tanya Zabran.

" Maaf, Kak!" jawab Yasmin merasa bersalah karena telah membawa ponsel di meja makan.

" Apa kamu lupa peraturan di rumah ini? Atau memang kamu menganggap remeh peraturan dirumah ini?" tekan Zabran.

Yasmin merasa sakit mendengar perkataan suaminya yang sangat menusuk di hati. Dia memang lupa meletakkan ponselnya, karena tadi tergesa-gesa menyiapkan makan buat Zabran.

" Kak! Dia hanya lupa saja!" tiba-tiba saja Zibran memotong pertengaran kecil itu.

avataravatar
Next chapter