34 AKU MENCINTAI DAN MENYAYANGIMU

" Ummi!" panggil Harun dengan tubuh mirng menghadap punggung Fatma.

" Ummi!" panggil Harun lagi saat Fatma hanya diam karena menahan malu.

Kali ini Harun memanggil sambil menghembuskan nafasnya ke leher jenjang istrinya. Deggg! Jantung Fatma berdetak kencang, tubuhnya kembali berdesir merasakan semua itu.

" Yyy...ya, Kak?" sahut Fatma pelan dan malu-malu.

" Bolehkah...sekali lagi?" tanya Harun lembut.

Deg! Ap...apa? Sek...sekali...lagi? Ya Allah! Milikku masih terasa nyeri walau dia begitu lembut melakukannya. Tapi aku adalah istrinya, kewajibanku adalah menuruti semua perkataannya! batin Fatma. Walau selama ini dia melalaikan tugasnya bahkan menyakiti hati suaminya begitu dalam.

" Kalo masih sakit, aku..."

" Tidak! Kak...kakak boleh melakukannya!" sahut Fatma terbata, dia merasa malu sekali dengan perkataannya.

" Trima kasih, istriku!" bisik Harun yang membuat tubuh Fatma kembali meremang.

Harun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dia begitu bahagia melihat istrinya telah menerima dia dan mau melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Harun kembali melakukan penyatuan mereka dengan penuh cinta dan sayang, hingga membuat Fatma melayang dan melupakan semuanya.

Ponsel Harun bergetar, Harun masih dalam keadaan tertidur saat Fatma melihat ponsel suaminya. Diraihnya ponsel itu dan dilihatnya nama yang tertera dilayar. Hatinya terasa panas melihat nama itu, dia menggeser ikon berwarna hijau.

" Assalamu'alaikum, Kak! Apa kakak masih lembur?" sapa disebrang.

Fatma melihat jam di ponsel Harun, jam menunjukkan angka 10 malam.

" Wa'alaikumsalam, Nis! Kak Harun sedang istirahat, dia sepertinya kelelahan. Tapi saya akan membangunkan dia untuk pulang!" jawab Fatma.

Tidak ada sahutan dari seberang, Fatma mengerutkan keningnya.

" Nis!" panggil Fatma.

" Ini..."

" Saya Zahirah!" kata Fatma.

" Oh, Kak Zahirah! Kalo begitu hati-hati, Assalamu'alaikum!" pamit Nisa kecewa.

" Wa'alaikumsalam!" balas Fatma.

Fatma meletakkan kembali ponsel Harun diatas nakas lalu dia memutar tubuhnya yang dipeluk Harun. Lampu sudah menyala entah kapan. Masya Allah! Wajah Harun terlihat sangat tampan di hadapannya, walau tumbuh jambang diwajah suaminya juga terlihat lingkar hitam dibawah matanya. Pipinya sedikit tirus dan ada sebuah tahi lalat di atas bibirnya. Tangan Fatma perlahan naik dan berniat untuk menyentuh pipi suaminya, tapi Harun tiba-tiba saja bergerak. Karena takut ketahuan dan malu, Fatma pura-pura memejamkan kedua matanya.

Harun mengerjapkan kedua matanya dan merasakan tangannya menjadi kebas. Dilihatnya ke arah tangannya, Deg! Harun menatap wajah cantik istrinya yang dalam keadaan tertidur tanpa khimar.

" Masya Allah! Tabarakallahu! Trima kasih, Ya Allah, Engkau memberikan hamba seorang istri yang cantik dan soleha!" ucap Harun pelan.

Deg! Hati Fatma rasanya bagai ditusuk sembilu, karena ucapan Harun yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya yang bukan istri yang soleha. Airmata Fatma menggenang di pelupuk matanya.

" Jika boleh hamba memohon, Ya Allah! Tolong kembalikan istri hamba, walaupun dia sudah...Astaughfirullah! Anil adalah anak hamba, hamba berjanji akan merawat dan membesarkannya sepenuh hati!" ucap Harun yang semakin membuat hati Fatma sakit karena rasa penyesalan.

Perlahan Harun menarik tangannya dan menggantikan dengan bantal, sekejap kemudian Harun mengecup kening Fatma dan pergi ke kamar mandi. Airmata Fatma jatuh begitu saja, dia menangis sesenggukan, mangingat semua kesalahannya, semua kedurhakaannya pada suaminya. Maafkan aku, Aba! Astaughfirullah! Ampuni segala keshilapan hamba, Ya Allah, hamba benar-benar menyesal dan bersalah pada suami dan anak hamba! batin Fatma.

Harun keluar dari kamar mandi dan melihat Fatma yang masih tertidur dengan memunggungi dia sehingga dia tidak dapat melihat airmata di kedua pipi Fatma. Harun memakai kembali pakaiannya dan meraih ponselnya lalu duduk di atas sofa.

" Nisa?" ucap Harun pelan dan cukup terdengar di telinga Fatma.

Wanita yang sedang dilanda cemburu itu menghapus airmatanya dan memutar tubuhnya menghadap suaminya.

" Aku nggak suka Aba terlalu dekat sama wanita itu!" ucap Fatma tegas.

Harun terkejut mendengar Fatma yang ternyata sudah bangun dan memprotes dirinya.

" Ummi sudah bangun? Maaf, apa saya mengganggu? Tunggu...tadi Ummi panggil saya apa?" tanya Harun yang teringat ucapan Fatma.

" Aku nggak suka Aba terlalu dekat sama wanita itu!" ucap Fatma lagi.

" Ab...a...ba?" kata Harun membeo.

" Kenapa? Aba nggak suka ummi panggi aba? Ato maunya dia yang panggil Aba ke Aba?" tanya Fatma kesal.

" Eh, bukan! Bukan begitu maksud Aba! Aba...hanya tidak menyangka kalo..."

" Pokoknya Ummi nggak mau dia ada di rumah kita lagi!" kata Fatma marah.

Harun menghembuskan nafasnya bingung, disatu sisi dia sangat bahagia dengan kejadian beberapa jam yang lalu dan sikap manja Fatma saat ini, tapi disisi lain ada hati yang harus dijaganya agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

" Aba masih ragu?" desak Fatma yang melihat suaminya hanya terdiam.

" Aba tidak ragu, Ummi! Hanya saja sebagai seorang muslim, kita tidak diperbolehkan menyakiti hati sesama muslim dan..."

" Jika begitu aba berarti sudah bener-bener nggak mau maafin ummi!" kata Fatma sedih, lalu dia memunggungi suaminya.

Harun meletakkan ponselnya dan berjalan ke sisi depan istrinya. Dilihatnya airmata membasahi pipi Fatma, Harun merasa sedih dan sakit karena sudah membuat istrinya menangis.

" Ummi! Aba sangat mencintai dan menyayangi Ummi sampai kapanpun! Maafin Aba! Aba nggak bermaksud mempertahankan Ni...dia untuk tinggal disana. Tapi Aba hanya menjaga perasaan Nurul juga!" kata Harun lembut.

Fatma membuka kedua matanya dan menatap suaminya yang membalas tatapannya dengan penuh cinta. Harun menghapus airmata Fatma.

" Pelan-pelan, ya, Ummi!" kata Harun lagi dengan tersenyum.

" Tapi Aba..."

" Bisakah kita pulang dulu? Aba khawatir Anil butuh...kamu!" kata Harun sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Isshhh! Aba...apa'an, sih!" balas Fatma malu.

" Hehehe! Maaf, Ummi!" sahut Harun.

Kemudian keduanya mandi secara bergantian dan melakukan shalat Is'ya berjama'ah. Saat ini keduanya sedang duduk di dalam mobil dengan perasaan bahagia, terutama Harun. Dia tidak menyangka jika Fatma benar-benar telah menerima dia sebagai suami seutuhnya. Fatma sesekali menatap suaminya yang tidak berhenti tersenyum dan mengusap tangannya. Ya, Allah! Semoga semua ini akan berjalan selamanya! batin Harun takut.

Mereka mampir ke supermarket yang buka 24 jam dan membelikan pesanan Nisa, meskipun Harun harus menemukan wajah cemberut Fatma saat mereka membelinya. Harun sangat gemas melihat wajah istrinya yang menurutnya sangat lucu.

" Udah, dong, Ummi, cemberutnya! Nanti cantiknya hilang, lho!" goda Harun.

" Cckk! Terus kalo udah hilang, apa mau ganti dengan ibu susunya Anil?" sindir Fatma.

Deg! Harun jadi serba salah, niat hati menggoda istrinya, malah jadi runyam.

" Ya, nngak, Ummi! Ummi selalu cantik dimata Aba!" kata Harun dengan jujur.

" Bohong!" sahut Fatma kesal.

" Masya Allah, Ummi! Aba serius!" kata Harun lagi.

" Kalo gitu jangan lupa suruh dia keluar dari rumah kita!" kata Fatma lagi.

" Iya!" jawab Harun menghembuskan nafasnya.

" Kok, seperti terpaksa gitu?" tanya Fatma kesal.

" Nggak, Ummi! Aba ikhlas!" balas Harun dengan cepat, yakut istrinya marah lagi.

Akhirnya mereka sampai di rumah pada jam 12 lewat tengah malam. Harun melihat Fatma yang tertidur, dia tersenyum lalu keluar dari mobil dan mengangkat istrinya masuk ke dalam rumah.

avataravatar
Next chapter