35 AKU MENCINTAI DAN MENYAYANGIMU 2

Harun terkejut saat melihat Nisa duduk di teras rumahnya. Dia bisa melihat wajah berbinar Nisa yang berubah menjadi sayu sendu melihatnya menggendong Fatma yang tertidur di pelukan Harun.

" Assalamu'alaikum!" sapa Harun.

" Wa'alaikumsalam!" sahut Nisa.

" Belum tidur?" tanya Harun.

" Belum, Kak! Kakak dan Kak Zahirah..."

" Tadi istri saya ke kantor dan saya memintanya menunggu hingga saya selesai, tapi ternyata dia tertidur!" kata Harun.

Saya? Kenapa Kakak merubah aku menjadi saya? batin Nisa sedih. Hati Nisa juga terasa sakit dan sedih saat mendengarkan penjelasan Harun tadi. Dia berpikir jika hubungan Harun dan Fatma sedang tidak baik-baik saja, karena dia sempat melihat jika Harun tidak tidur satu kamar dengan Fatma.

" Oh...Apa titipanku..." tanya Nisa ragu.

" Alhamdulillah ada! Zahirah yang tadi mengingatkan saya!" kata Harun yang mencoba menebak isi hati Nisa dari mimik wajah dan sikapnya.

" Alhamdulillah! Trima kasih, Kak!" kata Nisa tersenyum.

" Kamu bisa menyampaikannya pada Umminya Anil kalo dia sudah bangun besok!" kata Harun.

" Iy...iya, Kak!" jawab Nisa kecewa.

" Sudah malam! Sebaiknya kita tidur!" kata Harun lalu masuk ke dalam rumah diikuti oleh Nisa.

Ditatapnya punggung pria yang sejak dulu telah menghuni ruang hatinya itu. Sepertinya dia tidak akan pernah bisa memiliki pria itu sampai kapanpun.

Harun meletakkan Fatma dengan hati-hati ke ranjang, lalu dia mencium kening Fatma dengan penuh kelembutan.

" Selamat malam!" ucap Harun yang duduk di samping istrinya.

Kemudian Harun beranjak dari duduknya, tapi tiba-tiba tangannya ada yang menahan. Harun menoleh ke arah tangannya dan dilihatnya istrinya telah membuka kedua matanya.

" Aba mau kemana?" tanya Fatma dengan suara khas bangun tidur.

" Tidurlah! Aba juga mau ke kamar untuk tidur!" jawab Harun tersenyum.

" Apa Aba tidak suka tidur denganku?" tanya Fatma manja.

Deg! Jantung Harun rasanya mau terlepas dari tempatnya mendengar pertanyaan istrinya.

" Ti...tidur disini?" tanya Harun.

" Iya! Bukankah suami-istri harus tidur bersama?" kata Fatma lagi.

" Iy...iya!" ucap Harun.

Harun berdiri lalu membuka kemejanya dan menyisakan kaos dalam putih yang membentuk tubuh kekarnya. Fatma tersipu menatap tubuh suaminya. Kemudian Harun melepaskan gesper dan juga celana panjangnya lalu meletakkan semua itu di atas sofa. Fatma memalingkan wajahnya saat melihat suaminya hanya memakai boxer yang juga membentuk lekukan tubuh bagian bawahnya.

Harun berjalan mendekati istrinya yang telah berbaring diatas ranjang, lalu dia berbaring disebelah Fatma dengan menghadap langit-langit kamar mereka. Deg! Deg! Jantung keduanya masih berdetak kencang, walau tadi di kantor mereka sudah menyatukan tubuh mereka.

" Selamat Malam, Ummi!" kata Harun.

" Selamat Malam, Aba!" balas Fatma.

Tidak lama Fatma mendengar dengkuran halus dari belakang tubuhnya, dia mencoba memutar tubuhnya dan melihat suaminya yang tidur menghadap punggungnya. Ya, Allah! Terima kasih telah memberikan hamba suami yang soleh dan sabar! Dan terima kasih juga telah memberikan hamba kesempatan untuk memperbaiki semuanya! batin Fatma saat menatap wajah damai Harun. Dikecupnya ujung hidung Harun dengan sanagt lembut.

Keesokan harinya Fatma terbangun saat jam menunjuk angka 3 subuh, dia merasa tubuhnya sedikit remuk akibat penyatuannya dengan Harun semalam. Dilihatnya suaminya itu masih tertidur dengan nyaman. Fatma tersenyum lalu bangun dan berjalan ke walk in closetnya untuk mengganti pakaiannya dengan daster yang sudah dibelikan oleh Harun. Dia bertekad memperbaiki keadaan rumah tangganya dengan Harun. Fatma berjalan ke arah mushalla dan mengambil air wudhu. Dia melakukan shalat 2 rakaat, dia bersujud dan berdo'a pada Allah SWT. Dengan bersungguh-sungguh dan penuh cucuran airmata Fatma memohon ampunan dan bertaubat nasuha atas segala kesalahan yang telah dilakukannya pada anak dan suaminya.

Setelah menangis dan beristighfar selama 30 menit, dia bangkit dan menghapus airmatanya. Fatma bermaksud untuk membangunkan Harun, tapi saat dia memutar tubuhnya, dia melihat Harun telah berdiri di belakangnya dan dia juga melihat Nisa dibelakang suaminya.

Harun menatap istrinya dengan perasaan yang tidak dapat diungkapkan.

" Assalamu'alaikum Wr. Wb!" salam Harun.

" Wa'alaikumsalam!" sahut Fatma lemah.

" Ummi nggak bangunin Aba shalat Tahajud?" tanya Harun yang mendekati istrinya.

" Ummi baru...mau membangunkan!" jawab Fatma dengan sisa tangisnya.

" Lalu Ummi shalat apa tadi?" tanya Harun yang sudah bisa menebak dalam hatinya.

Fatma terdiam dan memejamkan kedua

" Ummi tidak salah! Aba yang tidak bisa menuntun istri ke hal yang baik! Aba yang berdosa pada-Nya" ucap Harun lembut.

Seketika airmata Fatma kembali bercucuran mendengar ucapan suaminya. Orang yang selama ini sangat dibencinya, ternyata rela menanggung semua dosanya dengan tulus dan ikhlas, walaupun tetap saja dosa ditanggung sendiri oleh masing-masing manusia.

" Aba!" ucap Fatma yang lalu berlari memeluk kaki suaminya.

" Maafin, Ummi! Ummi sudah menjadi istri yang udrhaka sama Aba!" tangis Fatma di kaki Harun.

" Ummi! Apa-apa'an ini? Ayo, berdiri! Ummi adalah hidup Aba! Aba sangat menyayangi dan mencintai Ummi!" kata Harun memeluk tubuh istrinya.

Nisa yang melihat semua itu meneteskan airmata, antara sedih dan kagum melihat sosok Harun yang begitu penyabar dan berhati besar.

" Kak Zahirah! Boleh Nisa bicara?" tanya Nisa saat melihat Fatma memberikan asinya pada Anil.

Fatma melihat ke arah Nisa dan melihat jam di dinding yang menunjuk pada angka 9 lewat. Harun sudah pergi kekantor dan Fatma memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus merawat Anil. Butiknya dia percayakan pada asistennya yang

" Ada apa, Nis?" tanya Fatma sambil meletakkan Anil yang tertidur ke dalam boxnya.

" Saya minta izin pada Kak Zahirah untuk dinikahi Kak Harun!" kata Nisa mantap.

" Apa?" ucap Fatma terkejut.

Jantung Fatma rasanya mau terlepas mendengar permintaan Nisa yang menurutnya tidak tahu malu itu.

" Apa maksudmu ingin dinikahi? Apa suamiku mengajakmu menikah?" tanya Fatma menahan amarahnya.

" Belum! Karena itu saya meminta izin Kakak untuk dinikahinya!" kata Nisa lagi.

Fatma merasa dunianya runtuh mendengar permintaan Nisa, karena dia merasa jika karma mulai datang menghampirinya akibat menyakiti hati suaminya. Dia memejamkan kedua matanya lalu menatap Nisa dengan tajam.

" Jika dia memang hendak menikahimu...aku ikhlas!" jawab Fatma dengan bibir bergetar.

" Terima kasih, Kak! Saya berjanji akan menyayangi Anil dan juga Kakak sebagai istri tertua!" kata Nisa bahagia.

Ponsel Fatma sejak kemarin bergetar, Brian berkali-kali menghubunginya, namun diabaikan oleh Fatma. Dia masih belum siap jika harus berhadapan dengan mantan suaminya itu. Pagi ini ponsel itu kehabisan daya, tapi Fatma malas untuk mengisinya.

Brian merasa kesal dengan Fatma karena tidak menjawab bahkan membalas semua pesannya. Dia berpikir jika Harun pasti melarang Fatma untuk bertemu dengannya, tapi di lubuk hati terdalamnya Brian merasa jika Fatma sudah mulai memiliki perasaan pada Harun.

" Kamu sudah berjanji, Zair! Dan kamu sudah mengenalku dengan baik jika aku bukan pria yang akan menerima kekalahan!" ucap Brian ambigu.

Semua orang dikantor kena marah akibat mood Bos mereka yang sedang buruk hari itu. Brian pergi meninggalkan kantornya untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Fatma.

avataravatar
Next chapter