52 09 TDG

Zab dan Yasmin sudah masuk ke dalam mobil yang membawa mereka ke bandara. Yasmin menatap suaminya, dia ingin mengajak berbicara atau sekedar basa-basi, tapi dia takut jika Zab akan mengabaikannya.

Bahkan selama perjalanan naik pesawat, Zab juga hanya diam saja sambil memejamkan kedua matanya di dalam pesawat. Yasmin terpaksa hanya diam, dia masuk ke dalam kamar yang ada di lantai 2 pesawat Omnya. Dia menatap dirinya di depan cermin besar di kamar mandi.

Apakah pernikahanku akan bahagia? Kenapa aku merasa jika dia hanya terpaksa menikahiku? batin Yasmin sedih. Dia begitu mencintai dan memuja pria bernama Zabran itu sejak pertama kali melihatnya di Dubai. Pria yang sangat mencintai ibunya dan taat beribadah itu membuat dirinya tidak bisa menghilangkan sosok Zabran dari pikirannya.

Akhirnya Yasmin bersandar di headboard ranjang sambil melihat Ipadnya setelah mengganti pakaiannya dengan gamis berwarna pink. Dia memeriksa pekerjaannya yang sudah 2 hari ini dilimpahkannya pada Livia, asistennya.

" Boss!" panggil Ian saat melihat Bossnya terbangun.

" Dimana dia?" tanya Zab yang tidak melihat Yasmin di depannya.

" Di kamar atas!" jawab Ian.

" Berapa lama lagi kita sampai?" tanya Zab.

" 15 menit lagi!" jawab Ian.

" Panggil dia!" kata Zab datar.

" Baik, Boss!" jawab Ian menghela nafas.

Adrian sangat mengenal Bossnya itu, karena mereka sama-sama sejak dipesantren dan kuliah. Dia sangat tahu jika Bossnya itu sangat mencintai keluarganya, terutama ummi dan adik-adiknya.

Tok! Tok! Tok!

" Nyonya Muda!" panggil Ian.

Yasmin yang mendengar pintunya di ketuk, segera turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu kamarnya.

Ceklek! Terlihat wajah Ian tersenyum padanya.

" Ya, Kak?" balas Yasmin.

" Boss meminta Nyonya Muda segera kembali ke bawah, karena 15 menit lagi pesawat akan mendarat!" kata Ian ramah.

" Trima kasih! Bisakah Kakak tidak memanggilku dengan sebutan itu?" tanya Yasmin.

" Maaf, Nyonya Muda, nanti Boss akan marah jika saya merubah panggilan Nyonya Muda!" kata Ian.

Yasmin menghembuskan nafasnya.

" Baiklah! Ayo kita turun!" kata Yasmin yang mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya.

" Maaf, Nyonya Muda!" kata Ian.

" Ya, Kak? Apa ada yang tertinggal?" tanya Yasmin.

" Tidak ada! Hanya saja, bisakah Nyonya Muda jangan memanggil saya kakak, saya..."

" Baiklah! Aku harus memanggil apa?" tanya Yasmin sabar.

" Panggil saja Ian!" kata Ian.

" Ok!" jawab Yasmin malas berdebat.

Yasmin adalah orang yang tidak pernah mau pusing dengan segala sesuatu yang rumit. Mereka turun dari lantai atas dan berjalan ke arah kursinya masing-masing. Zab tengah asyik memperhatikan IPadnya dengan seatbelt yang telah terpasang. Yasmin hanya terdiam melihat suaminya, dia duduk dan memasang seatbeltnya. Pesawat landing dengan mulus beberapa menit kemudian. Zab dan Yasmin juga Ian membuka seatbelt mereka. Ian berdiri dan berjalan mendahului keduanya untuk membuka pintu pesawat. Dilihatnya sebuah mobil telah siap menyambut kedatangan mereka.

" Trima kasih Tuan Zabran!" ucap seorang pramugari saat melihat Zab berjalan melewatinya.

" Sama-sama!" jawab Zab ramah.

" Selamat berlibur!" ucapnya lagi.

" Trima kasih!" jawab Zab lagi.

Yasmin yang melihat semua itu hanya diam tanpa mengeluarkan satu katapun.

" Trima kasih Nyonya Yasmin! Selamat berlibur!" kata Aswan, pilot pesawat.

" Trima kasih, Pak Aswan!" kata Yasmin.

" Sama-sama, Nyonya Yasmin!" jawab Aswan.

Zab yang mendengar keramahan Aswan mendadak merasa cemburu, tapi sekali lagi kekerasan hatinya mengalahkan semua itu.

Mereka naik ke dalam mobil limo yang telah disiapkan Om Yasmin untuk mengantar mereka ke kondominium yang berada di pinggir pantai. Kira-kira 35 menit kemudian mereka telah sampai di kondominium itu. Yasmin sangat suka melihat pantai yang terbentang di belakang kondominium, semua terlihat selama perjalanan. Ian membukakan pintu untuk Yasmin terlebih dahulu.

" Trima kasih, Yan!" ucap Yasmin.

" Sama-sama, Nyonya Muda!" jawab Ian.

Kemudian Ian memutari mobil dan membukakan pintu untuk Zab. Bossnya itu menatapnya dengan sangat tajam. Apa salah gue? batin Ian yang merasa tidak bersalah. Yasmin akan membawa tasnya, tapi Ian segera mendekatinya.

" Biar saja saya dan Boy yang bawa, Nyonya Muda!" kata Ian tersenyum.

Semua itu tidak luput dari tatapan mata Zab yang menurutnya perbuatan ramah Ian pada Yasmin sungguh membuatnya tidak nyaman.

" Trima kasih, Yan!" jawab Yasmin.

Wanita itu berjalan menuju ke pintu masuk kondominium dan disitu telah menyambutnya 2 orang wanita muda dan tengah baya.

" Selamat datang, Nona..."

" Nyonya!" ucap PRT yang tengah baya.

" Eh, iya, lupa! Nyonya Muda!"

" Assalamu'alaikum! Bu Nanik! Darni! Kalian apa kabar? Kenapa kalian disini?" tanya Yasmin beruntun.

" Wa'alaikumsalam! Alhamdulillah baik, Nyonya Muda! Kami disuruh Tuan Besar kerja disini selama 2 tahun ini!" tutur Nanik.

" Masya Allah, makanya kalian nggak pernah kelihatan di rumah Om!" kata Yasmin.

" Iya, Nyonya Muda!" kata Darni.

" Ehm!" Zab sudah berada di belakang Yasmin.

" Kenalkan, Bu, Ini suamiku, namanya..."

" Tuan Muda Zabran! Auwww!" sahut Darni cepat.

" Hussssh! Dasar genit! Nggak bisa lihat orang bening dikit!" kata Nanik mencubit lengan Darni.

" Sakit, Bu!" rengek Darni pada Nanik sambil cemberut.

" Biar aja!" balas Nanik.

Yasmin hanya tersenyum melihat tingkah Darni.

" Ayo, masuk! Kalian pasti lapar, saya sudah masak makanan kesukaan Nyonya Muda dan Tuan Muda!" kata Nanik tersenyum.

Zab dan Yasmin masuk ke dalam rumah diikuti oleh Ian.

" Kamar Tuan Muda dan Nyonya Muda ada di lantai atas!" kata Nanik.

" Mari, Nyonya Muda, saya antar!" ajak Darni.

Yasmin menganggukkan kepalanya mengikuti langkah Darni, sedangkan Zab duduk di teras belakang dengan Ian.

" Apa ada kabar tentang Zib?" tanya Zab langsung.

" Tuan Muda Zib sangat marah dengan adanya berita itu dan berniat pulang, tapi semua pesawat ke sini sudah tidak ada!" jawab Ian.

" Katakan, Yan! Apa yang harus aku katakan padanya nanti?" tanya Zab khawatir.

" Maaf, Boss! Saya juga tidak tahu!" jawab Ian tanpa mau memperpanjang urusannya.

" Seharusnya Zharah tidak perlu berteriak, toh aku tidak melakukan apapun padanya!" ucap Zab kesal.

Astaga, Boss! Kalo Boss nggak ketahuan sama orang, mana Boss tahu apa yang bakal terjadi setelah itu! batin Ian kesal. Dasar pria labil! batin Ian lagi.

" Permisi, makan malam sudah siap, Tuan Muda!" kata Nanik pada Zab yang tidak beranjak dari tempatnya sedari datang tadi.

" Trima kasih, Bu!" jawab Zab.

" Sama-sama, Tuan Muda!" jawab Nanik.

Zab berdiri dan masuk ke dalam ruang makan tanpa mengganti pakaiannya lebih dahulu. Dilihatnya Yasmin sudah duduk di kursi makan dengan wajah yang segar. Zab duduk berhadapan dengan Yasmin. Yasmin menghela nafasnya lalu membuka piring milik Zab dan mengambilnya untuk diisi nasi dan lauk.

" Cukup!" ucap Zab saat Yasmin akan mengambilkan sendok kedua dalam piringnya.

" Mau sayur?" tanya Yasmin.

" Sedikit!" jawab Zab.

Yasmin mengambilkan ikan kakap yang sudah digoreng ke dalam piring Zab lalu memberikan pada pria itu.

" Trima kasih!" ucap Zab.

" Sama-sama!" jawab Zab.

Mereka berdua makan dalam keadaan diam, sesekali Yasmin manatap suaminya tapi sayangnya sang suami hanya menunduk menikmati makanannya.

Sudah jam 9 malam, tapi Zab tidak juga masuk ke dalam kamar, Yasmin semakin gelisah dan sedih memikirkan nasib rumah tangganya. Dia menguap lebar, dengan tangan ditutupkan didepan mulutnya. Pintu kamarnya terbuka, tampak Zab berdiri disana sambil melihat dirinya, namun hanya sepersekian detik saja, kemudian pria itu masuk dan menutup pintunya.

avataravatar
Next chapter