webnovel

51. Tabir yang terkuak 2

"Bagaimana kondisi putera saya dr. Ara? Apakah ada harapan pemulihan ingatannya akan segera tercapai setelah beberapa sesie dia mengikuti terapi kognitif dan meminum obat - obatan?" cecar Tn Angga

"Mohon maaf Tn. Angga saya selaku dokter yang bertanggung jawab menangani pasien tidak bisa memberi garansi waktu tentang pemulihan memori saudara Ben, akan tetapi kalau beliau rutin mengikuti terapi ditunjang dengan meminum obat yang sudah saya rekomendasikan mudah - mudahan syaraf otak bagian inti penyimpan memori hippocampusnya bisa terbantu. Dalam kondisi seperti ini kita harus sabar pak, karena kalau kita memaksakan maka bisa fatal akibatnya saudara Ben bisa kehilangan memori secara permanen".

"Oh, iya dokter bisakah Anda menjelaskan kegunaan setiap obat - obat yang dikonsumsi putera saya ini" sambil mengangsurkan bungkusan obat - obatan yang ia bawa dari kamar anaknya. "Pap kan ada nona Eva yang menguasai fungsi dan kegunaan obat - obatan ini" tanya Ny Siska penasaran

"Kita tidak bisa mengandalkan orang luar dalam pemulihan putera kita mam" tegur Tn Angga dengan tatapan mata dan nada mengandung makna kecurigaan terhadap motif Eva, yang hanya bisa dipahami oleh isterinya. Bagaimanapun perawat Eva Sinna adalah karyawan dan staf dari dr. Ara Sp. KJ

----------------

Sedangkan di luar ruangan dr. Ara lebih tepatnya ruang tunggu bagian kejiwaan, dr Ray Kaba yang memiliki urursan. dengan dr. Ara sedang berbincang - bincang dengan Ben sambil menunggu konsultasi orangtua pasien mereka larut dalam percakapan mengenai passion, prinsip hidup, keluarga dan lain sebagainya. Ben cukup kagum dengan kebijaksanaan pria yang duduk di depannya, Saat ben bertemu seseorang ia memang lebih angat tertarik dengan personality daripada status sosial bahkan jabatan. Menurut Ben meskipun pria itu terlihat mapan dan cukup sukses tapi pembawaannya tetap down to earth. Percakapan mereka cukup hangat hingga sekilas dr. Ray mengingat anak muda yang sukses ini sepertinya tidak asing baginya, dimana saya pernah melihatnya pikirnya.

"Akhh, baru ingat sambil menjentikkan jari tangannya"

"Ingat apa dokter"

"Sepanjang kita ngobrol tadi anak muda akibat penuaan dini orang tua ini berusaha mengingat karena wajahmu tidak asing!"

"Oh... mungkin karena beberapa waktu lalu saya di rawat disini dokter"

"Bukan - bukan, kejadiannya kurang lebih 2 bulan lalu sebelum kamu mengalami kecelakaan anak muda. Saya ingat betul karena yang ada diruang perawatan itu adalah adik ipar saya kena serangan jantung, hmm... saya melihatmu menangis tersedu - sedu kurang lebih 15 menit menatap ke bagian dalam lewat kaca yang ada di pintu. Saat itu saya penasaran, bagaimana mungkin seseorang yang tidak kenal adik ipar saya sangat bersedih!" Lalu saya memutuskan untuk bertanya kepadamu tapi saat itu kamu langsung menyingkir, kemudian saya bertanya kepada keponakan saya. Dia juga tidak tahu siapa yang menangis karena tidak lihat wajahmu. Sayang sekali saat ini kamu mengalami amnesia parsial, padahal saya sangat penasaran alasanmu sesenggukan melihat kondisi seseorang yang bukan keluargamu!" ujar dr. Ray

Demi informasi berharga yang di dengar oleh Tn Angga tersebut, ia langsung antusias dan bergabung dengan percakapan antara Ben dan dr. Ray.

"Maaf dr. Ray sudikah Anda mengulang apa yang barusan Anda sampaikan, saya penasaran sekaligus berharap dengan informasi beragam seperti ini besar harapan kami Ben segera pulih" kata Tn Angga sambil meraih jemari isterinya agar duduk bergabung dengan Ben dan dr. Ray.

Kemudian dr. Ray Kaba menceritakan kembali kejadian saat itu.

"Pap kalau 2 bulan lalu dari keluarga kita gak ada yang di rawatloh, jadi Ben menangisi siapa?"

"Maaf dokter yang dirawat itu adik ipar Anda?"

"Iya!"

"Apakah Anda tidak salah mengenali putera saya!"

"Tidak Tn Angga, karena waktu itu kurang lebih 15 menit saya mengamati anak muda ini!" jawab dr. Ray sambil menunjuk ke arah Ben

"Kalau boleh tahu siapa nama adik ipar Anda?"

"Tony! Tony Samuel Sharon"

Tn dan Ny Bramantyo terkesiap sambil bertukar pandang, dengan bibir bergetar kemudian Ny Siska bertanya "Ray tolong jawab apakah Tn Tony Sameul Sharon adalah papa dari Maya! Maya Belinda Sharon?" kejar Ny Siska

"Kenapa kalian bisa kenal keponakan saya?" balas dr. Ray penasaran

"Keponakan?" tanya Tn Angga dengan nada tinggi

"Tunggu - tunggu Ray, keponakan? kandung?" cecar Ny Siska

"Iya Siska ada yang anehkah jika saya punya keponakan kamu tidak lupakan kalau saya memiliki adik perempuan!" tegas Ray

"Oh... God ja... di May putri dari sa... habat... ku, putri dari Monica Agatha Kaba?" desak siska disertai isakan dan tetesan air mata

"Iya Siska. May anak semata wayang Monica sahabat lama kamu"

"Oh... God jadi Monica sudah meninggal dunia?" mengingat suatu sore pada saat Ben mengalami koma May bercerita tentang kisah pilunya yang kehilangan bundanya saat masih remaja. Air mata Siska semakin mengalir dengan deras dan tubuhnya bergetar sehingga Angga memeluk dan menenangkan isterinya.

Pada saat tiga orang di depannya bertukar cerita dengan serius Ben sedang berusaha menyimak dan menangkap nama - nama yang mereka perbincangkan, lagi - lagi ada nama perempuan cerewet itu terlibat dalam perbincangan mereka. Ben berusaha mengingat siapakah May ini, hingga ia mengeluh rasa sakit karena degungan di telinga dan rasa godam di bagian kepalanya.

Hmmm... "Sebenarnya jujur saja Ray, kurang lebih 8 bulan lalu sebenarnya putera kami memutuskan mengakhiri hubungannya dengan May" Lalu peritiwa Tn Tony masuk ke rumah sakit itu adalah hari dimana Ben ingin meminta dukungan dari Tn Tony agar May mau menerima Ben sebagai teman istimewanya.

"Oh... jadi putera kamu yang membuat keponakan saya tercinta mengalami patah hati ke dua kalinya sebelum ia kabur ke kota kelahiran kami, Willow?" cecar Ray dengan nada tanpa belas kasihan

"Saya kurang tahu dr. Ray apa yang Anda dan orangtua saya percakapkan, Jujur saya berusaha selama 1 pekan ini agar ingatan saya pulih, tetapi yang ada malah membuat tubuh saya tida bisa berkoordinasi dengan baik"

"Tidak usah dipaksakan" nanti juga semakin membaik balas dr. Ray

Next chapter