webnovel

52. Debaran Jantung

~Tangannya menggenggam telapak tangan itu dengan erat, sesekali ia mencium keningnya lalu terdengar tawa bahagia. Mereka saling memeluk tapi tiba - tiba si pemilik telapak tangan itu menjauh dan semakin menjauh hingga ia berteriak dengan putus asa agar ia tidak ditinggalkan dan mengalami kesendirian~

Ben kembali bangun dengan tubuh bersimbah keringat, apakah mimpi ini ada kaitannya dengan Eva Sinna pikirnya.

Ia merenungkan kejadian 10 hari yang lalu sejak pertemuan terapinya dengan dr. Ara dan percakapan Ben dengan kedua orangtua bersama dr. Ray sesampainya di mansion papanya terlihat tidak bisa menguasai emosinya yang meluap - luap berteriak memanggil Eva Sinna agar datang ke ruang kerjanya.

Sebenarnya Ben ingin menghabiskan hari ini dengan beristirahat karena banyaknya informasi baru yang diserapnya hari ini menyebabkan ia merasa kepalanya lebih sering berdenyut.

Tetapi ia mengurungkan niatnya lalu perlahan - lahan menyelinap di belakang selasar ruang kerja papanya, ia sangat penasaran seumur - umur ia belum pernah melihat papanya semurka ini.

Didampingi oleh isterinya yang memegang telapak tangannnya sekedar untuk menguatkan dan menenangkan suaminya agar tidak berbuat hal yang melanggar hukum seandainya hukum di kota Water menggunakan hukum rimba Ny Siska sebenarnya lebih tertarik lebih dahulu mengeksekusi perempuan itu, ia maklum dengan amarah suaminya berdasarkan kunjungan di rumah sakit hari ini.

--------flash back

Oh, iya dokter bisakah Anda menjelaskan kegunaan setiap obat - obat yang dikonsumsi putera saya ini" sambil mengangsurkan bungkusan obat - obatan yang ia bawa dari kamar anaknya. "Pap kan ada nona Eva yang menguasai fungsi dan kegunaan obat - obatan ini" tanya Ny Siska penasaran

"Kita tidak bisa mengandalkan orang luar dalam pemulihan putera kita mam" tegur Tn Angga dengan tatapan mata dan nada mengandung makna kecurigaan terhadap motif Eva -----------

"Tn saya sudah datang" seru Eva penuh percaya diri

Tiba - tiba Tn Angga berdiri, lalu melepaskan gengaman isterinya berderap maju menuju arah Eva. Terlihat kedua telapak tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya, tatapan matanya mengandung makna membunuh membuat debaran jantung Eva sesaat tidak karuan.

"Maaf tuan apakah saya melakukan kesalahan?"

Plakk, Eva hampir terbuyung ke belakang kalau ia tidak ditahan oleh Ben pastinya ia sudah roboh, terlihat Eva sesenggukan menerima perlakukan kasar Ny Siska

"Mam, apa salah Eva? kenapa mama bersikap seperti ini" cecar Ben

"Ben jangan ikut campur segera tinggalkan kami boy" teguh Tn Angga

"Gak Ben harus tahu alasan papa dan mama kalau tidak masuk akal Ben memilih tinggal di apartemen Ben dengan Eva" ancamnya yang heran dengan tindakan anarkis orang tuanya, naluri melindungi Ben tiba - tiba muncul

Sekilas semua orang terkejut akibat ancaman Ben, tetapi diartikan berbeda oleh setiap orang.. Orangtuanya tentu sedih karena Ben ingin meninggalkan mereka sedangkan Eva happy jika kebetulan Ben mengajaknya ke apartemen maka rencananya akan lebih mulus. Seandainya ia tahu Ben bersembunyi di balik selasar aktingnya saat menerima tamparan Ny Siska harusnya dibuat lebih drama.

"Ben please kamu tidak tahu alasan mama menampar wajah perempuan ini! mama sedih kenapa kamu tega bilang tinggalkan kami dan tinggal di apartemen" isak Ny Siska

Tiba - tiba Will masuk ke ruang kerja lalu bertanya "siapa yang mau tinggalkan rumah mam? kak Ben gak serius kan? kok kakak tega sih bicara seperti itu" cecar Will yang sudah gregetan dengan sikap bossy kakaknya.

Prukkk,,, bungkusan berisi obat - obatan berhamburan di lantai setelah terhempas ke wajah Eva.

"Jelaskan dengan baik atau saya akan laporkan kamu ke polisi dan tidak segan - segan membuatmu ditahan hingga membusuk" tegas Tn Ben

Bahu Eva merosot, hingga ke dua lututnya lemah tak berdaya karena segala aibnya ditelanjangi dengan sempurna. Ia merasakan penyesalan yang sangat dalam karena membayangkan dinginnya penjara dan ia tidak akan bisa lagi bersentuhan dengan keindahan dunia meskipun dengan kondisi kekurangan disana - sini.

"Maaf Tn, Ny, Ben pintanya sambil terisak - isak sekali lagi saya minta ampun. Jangan laporkan saya ke polisi saya tidak mau ditahan" ungkapannya sambil sikap bersujud di kaki Tn Angga.

"Eva apa yang kamu lakukan berdirilah?" sentak Ben

"Jangan mengasihaninya kak" papa pasti punya alasan kuat, mari kita dengarkan pengakuan Eva

"Sejak kapan keluarga ini menjadi penindas hingga memperlakukan orang lain, tidak... tidak bukan sekedar orang lain tapi teman Ben hingga bersujud. Please pap ini tidak manusiawi" bisiknya

"Manusiawi katamu? Teman kamu ini tidak manusiawi son, baik papa akan jelaskan setelah semua clear papa mau kamu melaporkan perempuan ini ke polisi dan menyeretnya ke penjara"

"Iya mama setuju"

Tubuh Eva semakin bergetar karena ketakutan melandanya debaran jantungnya semakin tidak karu - karuan.

"Dia! perawat sekaligus teman kamu ini! melakukan perbuatan gila Ben, dia tahu betapa pentingnya peran obat ini untuk kesembuhan kamu! tapi kamu tahu apa yang ia lakukan di belakang kita semua? selama ini ia mengganti semua obat yang diberikan dr. Ara jadi selama ini obat yang kamu minum itu bukan obat yang direkomendasikan dr. Ara" ujar Tn Angga dengan murka

"Apa" terdengar suara Ben dan Will bersamaan karena terkejut dengan perbuatan Eva tetapi yang lebih tersakiti adalah Ben karena sudah menganggap Eva sebagai sahabat.

"Lalu obat itu fungsinya apa pap, jangan bilang itu mengandung racun. Kalau iya hari, bahkan detik ini juga saya akan menjebloskannya ke penjara?" sambung Will***

*Singkat cerita ternyata semua obat diganti dengan vitamin, tujuan Eva jelas agar Ben tidak pulih dan ia tetap bisa mengendalikannya karena kemurahan hati Ben, Eva hanya di keluarkan dari rumah dan memutuskan pertemanan di antara mereka berdua meskipun suatu saat mereka bertemu anggap saja kita tidak saling kenal bisiknya, debaran jantungnya bertalu - talu penuh dengan kesedihan karena pengkhianatan temannya.

-----------

Sejak peristiwa di ruang kerja itu hampir setiap saat kalau Ben sedang tertidur mimpi itu selalu datang, rupa - rupanya perbuatan Eva sampai membekas dalam benakku pikirnya. Lalu ia memaksa matanya terpejam setelah ia mengganti piyamanya yang sudah basah karena jarum jam pendek masih diposisi angka 3 Tak berapa lama ia kemudian terlelap.

"Brakkkk"

Bunyi yang sangat keras terdengar dan ia merasakan tubuhnya terhempas kesana - kemari, sakitnya luar biasa.

Tekanan airbag membuat oksigen sulit untuk ia hirup dalam posisi terbalik dan cengkeraman seatbelt yang kuat membuat tubuhnya semakin kehilangan daya.

Lamat - lamat terdengar "cabutlah nyawaku, jika tidak lumpuhkan ingatanku, buat aku melupakan wajahnya. Aku tidak sanggup kehilangannya, aku tidak bisa melihat dia dimiliki orang lain kecuali aku.

Tak berapa lama kemudian sketsa wajah perempuan cerewet itu pelan - pelan kabur sedikit demi sedikit hingga terhapus dari pelupuknya matanya" Ia berusaha menggapai kilasan sketsa terakhir wajah itu lalu terdengar suara ribut mengelilingi tubuhnya yang masih dalam posisi tergantung.

"Ayo cepat - cepat balikkan mobil ini hingga korban dikembalikan pada posisi normal kalau oksigen terhalang masuk ke otak hippocampusnya maka dapat dipastikan ia akan amnesia!" bentak suara pria itu dengan tegas sambil ia mendengar suara bising sirene ambulance kemudian teriakan adiknya Will

"Kak Ben kumohon bertahanlah demi papa, mama, dan May. Please tetap bernafas"

bisiknya sepanjang jalan menuju rumah sakit, ditimpali isak tangis seorang perempuan yang berbicara dengan seseorang "Ha... lo, Be... n ia kecela.. kaan, kon.. disinya kri.. tis" bisiknya.

Teori Motivated Forgetting" menurut dr. Rini, Sp. S terkait keberadaan Ben dikatakan akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Kondisi pasien saat ini mengalami amnesia organik berupa kerusakan otak, akibat trauma.

"Amnesia"

"Lupa ingatan"

"Melupakannya"

"Tidak mengenalnya"

"Hidup tanpanya"

"Dia dimiliki orang lain"

"Dia ditinggalkan merana"

tidakk..................kkkkkkkkk

teriak Ben hingga ia terlonjak bangun dari ranjang, keringat dingin dirasakan memeluk seluruh tubuhnya lalu terdengar hempasan daun pintu kamarnya terbuka dengan kasar matanya terbelalak ia melihat keluarga Bramantyo berderap masuk ke kamarnya.

"Ada apa nak talk to daddy, apa yang kamu rasakan, mengapa kakak berteriak" berganti - gantian keluarganya bertanya dengan tidak sabar sedangkan ia larut dengan ketakutan akibat debaran jantungnya yang tidak normal membuatnya terengah - engah, ia sulit untuk bernafas, tangannya menahan debaran jantung yang semakin menyakitkan ditambah dengan godaman palu pada bagian kepalanya dan seolah - olah ada sengatan listrik ribuan watt membuat ia kelonjotan dan tubuhnya terhempas dengan sempurna dalam tidur yang panjang.

~semuanya gelap gulita, kemudian perlahan - lahan melihat terang yang menyilaukan ia berusaha menggapai terang itu dengan berjalan ke sebuah pintu yang terbuka lalu ia semakin tertarik dengan rayuan suara dan isak tangis yang menyayat hatinya~

Ben, I'm scared!

Ben, what's wrong with you?

Ben, you're kidding, right?

Ben... Ben... Ben... come back to me

Ben... Ben... Ben ..sweet heart, come back to me please.

Ben... Ben... Ben... you are my mine... look at me please.

Berulang - ulang suara itu mendayu - dayu di telinga lalu debaran jantung yang menyakitkan itu tergantikan dengan debaran jantung sukacita menikmati elusan tangan, ciuman bibir di telapak tangannya, ia ingin menikmati ini lebih lama lagi dalam tidurnya hingga ia tersentak dan memutuskan untuk bangun membuka mata lalu melahapnya dengan sorot mata tajam setelah ia mendengar posisinya tidak aman.

"Ben.. wake up otherwise I will marry another stupid man and forget you" ancam perempuan cerewet itu sambil berlinang air mata.

Next chapter