webnovel

Bab.V.Memberi Pekerjaan Pada Pandai Besi

Tiga bulan pelatihan di Royal Army

Ini adalah hari libur berdasarkan kalender Kerajaan Campestris. Aku tidak tahu pasti, hanya saja ,dunia ini menggunakan penanggalan yang hampir sama dengan tempat asalku. Terdapat 30 hari dalam satu bulan dan terdapat 12 bulan dalam satu tahun. Namun, mereka menggunakan penggunaan nama bulan dengan angka romawi. Mulai bulan I- XII. Sedangkan untuk tahun mereka menggunakan tahun seperti angka biasa di tempat asalku.

Saat ini adalah hari ke-12 Bulan Ke V Tahun 1207.

Dalam bulan ini, setidaknya mereka memiliki semacam hari libur sebanyak dua kali pada pertengahan dan akhir bulan, yakni; ditanggal 12 dan tanggal 28. Tanggal 12 bulan Ke V adalah hari libur umum, hampir seluruh kantor pemerintahan libur termasuk militer, kecuali zona militer yang sedang berperang. Jadi, Arnold mengajakku untuk berjalan-jalan di sekitar kota yang bernama Ustarsd.

Kota Ustarsd adalah kota yang cukup besar dengan populasi sekitar 50.000 jiwa . Kota dikelilingi oleh benteng yang cukup besar. Di luar benteng setidaknya dikelilingi oleh hutan yang dihuni oleh banyak monster dan hewan liar.

Untuk beberapa kesempatan siswa pelatihan seperti kami dihadapkan dengan monster dan ogre di dalam hutan dalam ekspedisi kecil-kecilan.

Awalnya, aku sedikit takut dengan monster yang kupikir cukup aneh dan menjijikkan . Namun, karena beberapa kali berhadapan ,aku jadi sedikit terbiasa. Monster ini memang memiliki bentuk yang menyeramkan , hanya karena aku sudah terbiasa membunuh lebih dari beberapa jenis untuk tiga bulan ini. Mereka memang kuat, tetapi tidak berakal kebanyakan.

Arnold membawaku ke sebuah bar, yang kelihatan dikunjungi oleh orang berpakaian seperti penjelajah. Tempat ini sedikit populer tampaknya. Itu bisa dilihat dengan pelayan bar yang kebanyakan wanita sedikit kerepotan dengan pesanan pelanggan, yang kebanyakan pria yang kerap menggombal pelayan bar , yang kurasa cukup manis untuk orang dari dunia berbeda. Meski ,mereka tidak cukup sepadan dengan Mirana.

"Apa kabarmu, Bocah Bestes?" Seorang pria dengan pakaian sederhana dan memiliki tubuh dan berewok, menyapa kami dari salah satu sudut dalam bar. Pria itu sedikit menenggak rum yang berada dalam cangkir kayu di salah satu meja.

Arnold bergegas menarikku menemui pria ini.

"Sudah lama tak bertemu, Orang tua Giberno…" Arnold langsung duduk pada sisi yang berhadapan dengan pria asing tersebut.

Aku ikut duduk disampingnya.

"Peter, dengarkan , pria ini adalah salah satu Pandai besi kota ini. Namanya Giberno." Arnold menunjuk pada pria yang duduk di hadapanku.

Pria itu hanya mengangguk, sambil masih menyeruput rum miliknya.

"Kenalkan namaku adalah Peter…"Salamku ringan.

"Jadi…" pria itu menyahut tanpa mempedulikan perkenalanku barusan.

"Hei Peter...bukankah kau ingin menanyakan pertanyaan pada salah satu Pandai besi tentang senjata yang sebelumnya kau tanyakan padaku ,bukan?" Arnold menyenggol pingulku dengan siku lengannya.

Aku baru sadar bahwa saat ini aku sedang mengerjakan sebuah pembuatan senjata api.

Untuk beberapa lama, aku telah menemukan bahan yang mirip amunisi dari pencampuran bubuk belerang dan beberapa bahan lain yang mereka sebut garam dewa. Aku tidak tahu pasti , hanya saja orang-orang menyebutnya demikian. Satu bulan penelitian, aku berhasil mengembangkan sebuah peluru yang hampir sama dengan mekanisme senjata pada perang dunia dua.

Hasilnya untuk wadah yang kujadikan senjata adalah kegagalan. Wadah akan hancur hanya dengan sekali tembakan. Bentuknya yang ku desain mirip carbine yang tak sampai satu meter membuatku mulai sakit kepala untuk mengembangkannya.

Bahannya yang berasal dari kayu, mungkin menjadi alasan yang logis membuatnya mudah hancur. Hanya saja, jika berpikir untuk meminta saran dari seorang Pandai besi akan sedikit terkendala dengan upahnya nanti.

Kenyataannya, seorang perwira dalam pelatihan sepertiku juga memiliki gaji tetap, yakni;10 perak dalam sebulan, itu belum termasuk tunjangan makan dan minumku. Namun, untuk mendekati seorang pande besi mengerjakan senjata yang kumau aku kurang yakin bahwa 10 perak akan cukup. Jadi, aku meminta saran pada Arnold untuk mengenalkanku pada seorang yang dapat bernegosiasi untuk harga yang murah. Arnold setuju. Namun, aku tidak tahu, pria tua ini adalah yang dimaksud Arnold.

"Aku tidak tahu kalau kau akan mengenalkanku dengan seorang pandai besi, di tempat seperti ini.."keluhku pada Arnold.

Arnold hanya tersenyum polos mendengar keluhanku. Lalu, ia memanggil pelayan dan memesan dua gelas rum untuk kami.

Itu hanya hitungan beberapa menit hingga minuman kami diantar ke meja. Aku sedikit penasaran dengan rum di tempat ini. Apakah itu rum yang sama dengan rum tempat asalku? Kemudian dengan penasaran, aku menyeruput dari gelas yang terbuat dari kayu.

Rasanya benar-benar sangat pahit untuk sebuah rum. Juga, kadar alkoholnya sepertinya mirip bir rendah alkohol yang biasa dijual di toko murah di Jerman.

"Aku tidak tahu pasti apa yang bisa kukatakan. Namun, dapatkah Anda membuat desain dari besi ,seperti gambar ini?"

Aku menyerahkan sebuah perkamen dari kulit yang memiliki desain senjata yang saat ini kukerjakan.

Pria itu mengambilnya tanpa berpikir panjang, kemudian beberapa saat melihat desainan itu. Lalu, menggulung kembali gulungan tersebut. Hanya beberapa saat, dengan mantap dia bangkit dari kursinya.

"Ayo, ikuti aku!!" Dia lalu meninggalkan kami menuju pintu keluar bar. Yang pastinya dia juga meninggalkan tagihan minumnya.

Benar-benar pria tua yang tak tahu malu. Terlebih lagi aku harus mengeluarkan 30 perunggu untuk minumannya.

Aku dan Arnold, pada akhirnya berhenti dan masuk dalam salah satu rumah, yang kelihatannya memiliki lambang palu di depannya. Aku bertanya-tanya, apakah ini adalah lambang pande besi di dunia ini?

Pria itu membawa kami pada salah satu ruangan yang penuh dengan pedang, panah, dan tombak. Senjata di situ memiliki banyak variasi. Hampir keseluruhan mungkin menjadi barang dagangan dari pria bernama Giberno ini.

Giberno kembali melihat desain yang kuciptakan, dan seperti menghitung sesuatu.

"Lima belas hari…Aku bisa menyelesaikannya dengan waktu maksimal untuk alat ini."

Adapun desain yang kuciptakan adalah desain dari tiga komponen yang terpisah. Yang bagian dalam, untuk amunisi dan tenaga peledak terbuat dari besi . Lalu bagian pelapis yang dari perunggu dan bantalan yang dari kayu oak. Jika itu dunia asalku, mungkin akan memakan waktu tidak lebih dari dua hari. Mengingat , Fuhrer saat itu mendobrak industri persenjataan Jerman secara gila-gilaan. Jadi, pembuatan senjata adalah hal yang mudah.

Kurasa itu cukup cepat, untuk dunia yang memiliki peradaban jauh dibawah dunia asalku. Jadi, kurasa itu bukan kerja yang lambat.

"Jika mengacu pada desain ini, apakah Anda memiliki semacam pertanyaan?" Giberno bertanya ringan.

Bukankah seharusnya aku yang bertanya demikian? Apakah dia memang mengerti desain dariku?

"Tidak… Hanya saja, aku ingin tahu berapa harga untuk barang ini?"gumamku.

Pria itu diam sesaat. Sebelum berkata pelan, "Delapan belas perak…"

Oh shit… ini jauh dari pekiraanku.Bisakah aku menurunkan harganya?

"Bisakah kau menurunkanya?" tanyaku ragu.

Dia berpikir lagi, "Hmm… 17 perak 50 perunggu…itu termasuk diskon tentunya."

Itu nampak bukan seperti diskon bagiku.

"Bagaimana dengan 10 perak?" tawarku.

Kemudian Giberno menggeleng.

"11 perak?"tanyaku lagi.

Dia menggeleng lagi, lalu berkata,"Tidak.. itu mustahil.."

Mendengar negosiasi kami, Arnol menyela, "Ayolah Pria tua, beri Peter sedikit kemudahan…" bujuk Arnold ikut bernegosiasi.

Giberno hanya menggosok dagunya sesaat, kemudian berkata, "14 perak.. tidak kurang tidak lebih…"

Baiklah kupikir itu harga yang layak jika memperkirakan segala kemungkinan. Kurasa tidak mungkin menurunkan harganya lagi.

"Baiklah... aku akan menyerahkan 7 perak untuk saat ini dan sisanya akan ku lunasi pada hari aku mengambil barangnya,setuju?." tuturku pada Giberno.

Pria itu mengangguk.

Pada akhirnya, aku mengeluarkan 7 perak dari kantung koin disaku ku. Kemudian menyerahkannya pada Giberno.

" Ya kupikir, itu terdengar bagus.. bisakah aku bertanya?"tanya Giberno.

Aku menganguk."Silahkan.."

"Benda ini terlihat seperti senjata, bukan?"tebaknya sambil tersenyum.

"Tentu saja, setiap prajurit membutuhkan senjata ,benar?" Aku tersenyum, pria ini sedikit tahu dengan desainku.

Aku baru sadar kalau aku sebelumnya telah membayar minuman pria tua ini di bar. Seharusnya aku lebih cekatan menurunkan harga.

Pada akhirnya , aku dan Arnold kembali ke asrama di Royal Army. Itu cukup melelahkan. Kami hampir mendatangi sebagian dari pusat keramaian di sudut kota Ustarsd. Entah bagaimana, aku sedikit kagum jika melihat orang-orang dengan peradaan tertinggal seperti ini dapat membangun kota yang cukup mewah di eranya.

Aku berpikir dan menghela nafas, kesempatan untukku bertahan hidup di tempat ini akan meningkat setelah Giberno menyelesaikan wadah dari senjata desainanku. Terlebih lagi, aku yang tidak memiliki kemampuan memanah dan bertarung dengan pedang dan tombak. Akan sedikit memiliki kesempatan hidup rendah dalam perang yang masih kuno seperti ini. Jadi, tidak ada salahnya, untuk mengunakan pemikiranku yang sudah maju di dunia ini.

Next chapter