webnovel

Bab.VI. Perang Dan Otak Komandan

Lord Mugell Valley Hari Ke-13 bulan ke VI Tahun 1207

Lembah itu adalah salah satu yang menjadi basis dari tentara pemberontak, pimpinan Kolonel Edmund . Di kelilingi oleh tebing yang curam dan bukit bebatuan, membuat pergerakan pasukan kerajaan dibawah pimpinan Kolonel Alan Havey sulit untuk bergerak maju. Ini adalah hari minggu kedua belas ; Batalion 301 mengalami hambatan untuk bergerak maju.

Batalion 301, dengan jumlah prajurit masing-masing 70 pemanah, 180 pasukan pedang,15 mage dan 68 pikeman . Harus rela terjebak berhari-hari di tanah tandus milik pemberontak Lord Mugell.

Berapa kalipun Kolonel Alan Havey berpikir untuk menembus batas pertahanan pemberontak. Namun, ia tidak menemukan apa, yang bisa menjadi sebuah solusi baginya.

Mugell Valley dihuni oleh bukan hanya tentara pemberontak, juga terdapat beraneka ragam monster seperti serigala gunung dan Basilisk. Monster-monster ini, adalah monster yang cukup berbahaya untuk ditangani. Mungkin jika, dalam tingkat penjelajah mereka menempatkannya di rank B, yang hanya terpaut dua rank lagi dari Naga Tanah yang berperingkat S.

Monster-monster inilah, yang sebagian besar memusnahkan tentara yang dikirim oleh Kolonel Alan Havey untuk menjadi pelopor penyerangan. Hasilnya puluhan tentaranya mati sia-sia sebelum berhadapan dengan pemberontak.

Terlebih lagi, persediaan dan ransum yang mereka miliki hanya tersisa lima hari lagi. Jadi, menarik mundur pasukan, adalah keputusan yang logis dan sedikit berbahaya. Mengingat, bahwa Raja Lilith memerintahkan mereka untuk menghancurkan salah satu basis faksi Pangeran Scrall untuk memukul mundur Tentara Legiun V yang makin-lama makin mendekati ibukota. Jadi, Jenderal Conrad memerintahkan battalion miliknya untuk maju dan membersihkan sayap barat dari pasukan pemberontak.

Namun, yang didapatinya adalah kemandekan berpikir yang panjang , monster-monster menjadi alasan yang menyebabkan pasukannya tertahan.

"Kolonel…" sebuah suara nyaring dari seorang wanita muda kira-kira berusia pertengahan dua puluh, buru-buru ingin segera memberi informasi begitu masuk kedalam tenda yang menjadi basis utama pasukan ini.

"Ya, apa ada sesuatu?!!!" Urat marahnya bercampur emosi dengan segala unek-uneknya dilampiaskan pada wanita di hadapannya.

"Ini soal pasukan tambahan... Pasukan yang dijanjikan oleh Markas Besar telah tiba."

Wanita itu memberi hormat tanpa mengambil hati dari bentakan yang diterimanya barusan.

"Suruh mereka masuk , Mayor Vida!" Perintahnya tegas.

"Baik, Pak!"

***

Aku sekarang berdiri dengan 9 bintara lain, di sebuah tenda yang menjadi basis strategi perang. Di hadapan kami, duduk seorang perwira tinggi tentara Garda Nasional yang berpangkat kolonel.

Pangkat dalam militer di dunia ini mudah untuk dikenali. Kau akan memiliki seragam, yang mirip seragam kantor untuk dinas militer di Jerman ,atau kami biasa menyebutnya Army Coat untuk urusan rapat dan startegi seperti ini.

Jika itu menyangkut pertempuran langsung, militer dunia ini diwajibkan untuk mengenakan baju jirah besi dan bahan metal lainnya sebagai pelindung.

Terakhir,mudahnya dalam mengidentifikasi pangkat karena akan tertulis singkatan ,seperti LG untuk Letnan General, MG untuk Mayor General, LC untuk Letnan Colonel dan C untuk colonel.

Dunia ini menggunakan bahasa dan aksara latin. Hanya saja, aku tidak terlalu mengerti , mengapa kata-kata yang rumit dapat kupelajari dengan mudah. Meskipun, itu bukan bahasa Jerman tempat asalku. Apakah ini adalah hasil dari ingatan tubuh baruku? Aku tidak pernah mengerti pada satu sisi ini.

"Melapor untuk bertugas, Letnan Dua Peter siap ditempat , Pak!!"hormatku tegas.

"Baiklah, untuk saat ini kalian bersepuluh akan membawahi 4 orang dari masing-masing regu."

Setelah mendapat perintah dan aba-aba dari Mayor wanita, yang menjabat sebagai ajudan Kolonel Alan. Kami diinstruksikan untuk bergerak ke pos.

Aku berakhir di sebuah tenda, dengan orang yang sama sekali tidak ku kenali. Mereka berpakaian lusuh, dan sedikit kurang bertenaga. Kelihatan orang-orang ini adalah, perwira yang beberapa hari ini terjebak dalam situasi perang yang kurang pasti. Hingga saking lelahnya, mereka tidak menyadari aku berbagi tenda dengan mereka.

Aku berpikir, berbagai tenda dengan orang asing sedikit kurang nyaman pada awalnya. Namun, dengan tanpa mengeluh aku langsung tidur dan beristirahat.

Pagi-pagi buta sebelum matahari terbit kami sudah bersiaga dan berbaris di perkemahan pasukan. Masing-masing dari perwira mendapat empat bawahan yang menjadi tanggung jawab kami.

Aku mendapat seorang wanita dan tiga pria. Yang posisinya adalah, 1 wanita seorang mage, 2 pria pengguna pedang dan 1 pengguna tombak.

Mereka bernama Virche , Donald , Regi dan Marco.

Virche adalah wanita yang sedikit agak muram dengan wajah berjerawat, tetapi matanya sedikit indah dan memiliki bibir seksi. Aku berpikir ,kalau wanita ini akan memiliki sensasi menyenangkan bila ia melakukan french kiss. Aku ingat sebelum aku dilempar ke dunia ini , aku mendapatkan wanita dengan bibir yang sama yang menjadi atasanku di Komando SS. Aku tidak akan lupa namanya, Anna.

Bagaimana keadaannya sekarang? Kuharap bibirnya tidak dinodai oleh pria lain.

Sementara Donald ,adalah seorang pria gemuk dengan pedang besar dan panjang yang mirip seperti pedang raksasa dalam cerita penghantar tidur. Pria itu memiliki wajah seperti kurang tidur.

Sedangkan , Regi adalah pria kurus dan tinggi dengan tatapan licik dan sedikit sombong seperti kebanyakan orang-orang Yahudi. Aku tidak tahu ,apa terdapat semacam agama sejenis di tempat ini? Ia mengenakan pedang ringan satu tangan dan armor dari kulit buaya tampaknya.

Terakhir , adalah Marco . Pria ini entah mengapa menatapku sejak mereka diserahkan kedalam reguku. Entah bagaimana tatapannya seperti ia mengenalku. Wajahnya sedikit mirip orang normandia utara. Hanya saja, ia agak kurang dalam postur dan tinggi badan.

Sementara di hadapan lima belas regu yang dibariskan berdiri Kolonel Alan Havey dan ajudannya Mayor Vida.

"Baiklah untuk misi kali ini. Kalian yang termasuk dalam pasukan pelopor akan menyusup ke dalam wilayah musuh secara diam-diam."

Pria dengan pangkat Kolonel itu nampak dengan tenang memperhatikan reaksi bawahannya.

"Tapi.. tampaknya beberapa gerombolan monster hidup di daerah ini. Jadi, kalian harus berhati-hati dan waspada." lanjutnya.

Beberapa orang dalam masing-masing regu , menelan ludah pahit mereka. Apakah monster-monster itu benar-benar berbahaya, hingga membuat mereka ketakutan seperti ini?

Hal tersebut akan segera ku sesali sesudahnya.

Next chapter