webnovel

Bab. IV. Di Pusat Pelatihan

Sudut Pandang Puteri Lilith Constantin

Hari ini adalah jadwalnya aku akan menemui salah satu prajurit yang selamat dari pertempuran Padang Hijau. Kenyataannya, kepalaku hampir pecah menerima laporan bahwa pasukan Legiun II Garda Nasional telah disapu habis beserta Letnan Jenderal Demian Hemingway.

Scrall sialan,kau akan membayar kerugian yang kualami oleh kekalahan ini. Kesekian kalinya aku mengutuk saudara tiriku, Pangeran Scrall. Yang memulai pemberontakan dua tahun lalu.

Sekarang aku berdiri sambil berhadapan-hadapan dengan Prajurit yang selamat tersebut.

Tubuhnya terlihat agak kurus dengan mata yang bewarna merah. Entah mengapa membuatku sedikit kurang yakin, apakah itu adalah mata seorang manusia? Dengan rambut yang merah juga tak kalah dengan warna matanya. Tubuhnya sedikit dibawah proporsi rata-rata prajurit kebanyakan.

Apakah dia adalah wajib militer atau prajurit reguler?

Aku ingin menanyakannya. Tetapi, aku hampir lupa kalau prajurit di depanku ini sudah kehilangan hampir seluruh ingatannya.

Jadi kuputuskan untuk kembali mengirim prajurit ini ke medan perang. Hanya saja, kelihatannya prajurit ini menolak dengan alasan yang kupikir masuk akal yakni; hilang ingatan.

Pada akhirnya, kuputuskan untuk mengirimnya selama beberapa bulan menjalani pendidikan sebelum dikirim kembali ke medan perang. Jadi, dengan yakin aku mengirimnya ke Royal Army.

Hanya saja, ada beberapa bagian dalam tata cara militer yang membuatku sedikit malas berurusan dengan hal seperti ini . Jadi Conrad mengkritik keputusanku.

Aku yang memang sedikit mengetahui hal semacam ini menjadi sedikit malu dan berusaha menutupi kesalahanku dengan mengancam Conrad dengan pedangnya sendiri.

Pria tua itu langsung bersujud memohon ampun padaku. Aku lega dia langsung meminta maaf. Ini sebelumnya adalah kesalahanku. Tetapi, kupikir seorang Raja tak seharusnya melupakan hal-hal seperti ini. Jadi, aku mengampuninya. Terlebih lagi akan sedikit mengurangi kekuatan militer ku jika aku menebas pria berusia enam puluh lima tahun ini sekarang.

Jadi, aku memutuskan untuk mengirim prajurit yang hilang ingatan ini dengan memberinya pangkat letnan dua pada akhirnya. Lalu, aku kembali pada rutinitas dan jadwal padat sambil memikirkan cara membasmi pendukung dari Scrall yang tampak sudah sedikit menyudutkanku.

Beberapa Minggu Setelah Peristiwa Royal Hall.

Ini sudah lebih dari tiga minggu aku menjalani pelatihan setelah dikirim dengan paksa oleh Raja Lilith. Wanita itu akan membayar ini suatu hari nanti,kutuk itu selalu kulontarkan.

Di sini aku terjebak dengan tentara yang katanya elit di Kerajaan Campestris. Namun, beberapa kalipun aku mengikuti pelatihan di tempat yang jaraknya lima hari dari ibukota adalah lebih lembek dari pelatihan yang kualami sebelumnya.

Hanya ada olahraga lari ringan, latihan memanah dengan busur, kemudian latihan menggunakan tombak dan pedang. Itupun tidak terlalu membuahkan hasil dalam membentuk tentara yang kuat. Itu wajar saja, jika berdasarkan informasi yang kudapat , lebih dari separuh bintara di tempat ini adalah keturunan bangasawan dan orang penting dalam Kerajaan Campestris. Jadi wajar saja pelatihan sedikit manja.

Namun, dalam pelatihan militer ini adalah kesalahan. Jika pelatihannya lembek seperti ini maka militer tersebut akan lemah dan tak memiliki kapabilitas. Meski mereka adalah perwira sekalipun. Dalam pelatihan militer antara perwira dan prajurit biasa tidak boleh macam ini.

Sementara , yang lainnya adalah orang-orang dalam pelatihan menatapku seperti hewan langka. Entah itu wanita maupun pria. Apakah seorang siswa pelatihan baru di dunia ini mendapatkan perlakuan seperti ini?Orang-orang akan berbisik hal itu saat aku mengikuti latihan rutin seperti biasa beberapa hari ini.

"Apakah Anda adalah seorang Letnan Dua yang kirim oleh Yang Mulia?" Seorang Pria dengan pakaian bintara yang sama seperti kugunakan dengan senyum lebar menghampiriku.

Badannya cukup berisi untuk seorang prajurit kebanyakan. Tingginya juga hampir melebihi dua meter setengah. Sementara rambutnya yang pirang dan cepak menambah kesan bahwa ia cukup disiplin sebagai tentara. Tangannya juga cukup kekar dengan otot yang mirip seorang binaraga.

"Perkenalkan namaku Peter. Aku adalah seorang Prajurit dari Legiun II." Tuturku berdasarkan informasi terakhir yang kudapat di Royal Hall sebagai identitasku saat ini.

Pria itu tersenyum ramah.

"Namaku adalah Arnold Bestes. Pangkatku saat ini adalah bintara. Jika diingat-ingat Anda adalah atasanku untuk saat ini. Senang mengenal Anda."

Arnold mengulurkan jabat tangan kemudian dengan ringan aku meraihnya.

"Aku mendengar bahwa Legiun II disapu habis… Benarkah demikian?"

Aku mengangguk. Lalu berkata,"Meskipun kukatakan iya. Kurang lebih itu sama."

Aku tidak tahu pasti, tetapi jika itu berpatok pada laporan Jenderal Conrad di Royal Hall itu adalah kebenarannya.

Mendengar perkataanku, pria itu langsung muram. Apakah aku menyampaikan sesuatu yang salah? Aku sedikit kurang enak dengan ekspresi orang ini.

"Maaf… Sebenarnya aku mengenal seorang teman dari Legiun II bernama Franco. Jika demikian maka dia juga…" katanya terputus-putus sambil melempar senyum paksa.

Aku menunduk. Bagaimanapun aku tidak tahu pasti informasinya secara jelas, tetapi dalam pertempuran ini biasa terjadi jika orang yang kita kenal tewas.

"Maaf…" gumamku.

Dia hanya menggeleng,. Lalu berkata kecut, "Jangan dipikirkan…"

Akhirnya aku dengan Arnold mengobrol cukup lama. Kupikir dia orang yang cukup ramah yang kujumpai saat ini.

Berdasarkan percakapanku dengan Arnold kudapat informasi bahwa Arnold adalah Putera dari Wiliam Bestes seorang Kolonel di Garda Nasional. Saat ini ayahnya bertugas sebagai Komandan Batalion IV Legiun I wilayah barat. Jadi dia termasuk orang elit dan merupakan salah satu cucu bangsawan di wilayah barat.

Dia berusia 20 tahun itu tidak jauh berbeda dengan tubuhku sebelumnya. yang berusia 21 tahun. Namun, aku tidak tahu pasti berapa usia ku saat ini dengan tubuh yang berbeda. Kupikir aku telah menemukan seseorang yang bisa dikatakan sebagai rekan di tempat pelatihan.

Next chapter