Sebuah tempat yang mereka katakan sebagai Royal Hall
Aku melangkah ragu dan sedikit kurang yakin. Tempat itu lebih mirip seperi istana Kerajaan Jerman Raya pada masa jaya sebelum kekalahan Perang Dunia.
Di sepanjang jalan menuju ruangan luas sebuah karpet merah membentang. Sementara dekorasi tempat itu dipenuhi oleh lilin di sekitar sudut ruangan. Di sisi ruangan cukup sejuk , angin masuk dari jendela yang terbuat dari papan kayu dibangun lebar dan panjang. Aku tidak tahu pasti , kurasa dunia ini masih belum mengenal penggunaan komersil kaca sepertinya.
Sementara di hadapanku terdapat sebuah anak tangga yang tak sampai sepuluh dan diatasnya terdapat semacam altar yang kedudukannya lebih tinggi dari posisiku saat ini.
Langkahku terhenti sesaat seorang pengawal yang mengenakan baju jirah yang lebih mahal dari milikku menghentikan langkah setelah memimpin jalan kami. Mirana yang ikut bersamaku juga berhenti. Kemudian kedua orang itu langsung jongkok dengan kaki kanan dimajukan kedepan pada seorang wanita duduk di altar di hadapan kami. Menyaksikan mereka melakukan hal tersebut, aku secara gugup juga ikut melakukannya.
"Sesuai dengan perintah Yang Mulai Raja Lilith, kami telah membawa prajurit yang diselamatkan oleh Viscount Leondart." Pria berpakaian jirah mahal itu membungkuk dalam sambil menunduk.
Dengan samar sebuah indah suara terdengar di hadapan kami.
"Baiklah kembali pada posisimu, Prajurit!" wanita itu memerintah dengan sangat tegas,tetapi suaranya masih terdengar sangat indah.
"Berdirilah rakyatku!" Lanjutnya.
Aku dan Mirana kembali berdiri pada tempat yang sama.
Di hadapanku berdiri kecantikan yang luar biasa. Badan yang sangat langsing dan ideal, itu mungkin sekitar 1,8 meter, wajahnya familiar seperti seorang puteri dari salah satu Kaisar di Rusia yang kalau tidak salah bernama Anatasia Rumanov atau siapapun itu.
Makhluk di hadapanku adalah eksistensi yang benar-benar keindahan yang nyata. Rambutnya yang pirang digerai panjang dengan mahkota emas di atas kepalanya membuat keindahannya dicampur dengan keagungan. Sementara warna matanya bewarna hijau seperti jambrud, kupikir itu jauh lebih indah lagi. Sedangkan, warna kulitnya seperti orang kulit putih dari kalangan kelas atas.
"Terimakasih ,Yang Mulia…" sahut Mirana.
Wanita itu menatap ringan sambil memperhatikan kedalam penampilanku.
Apa yang ada dalam pikirannya aku tidak dapat menerka.
"Berikan laporanmu ,Royal Mage!"
Mirana langsung berdiri tegak dan yakin sambil membuka perkamen yang dibawanya dari Pusat Penyembuhan.
" Baiklah, Yang mulia. Pria ini untuk saat ini diberi nama Peter. Adapun laporannnya , dia tampaknya ia telah hilang ingatan tentang jati dirinya. Dia didiagnosis mengalami patah tulang dan kerusakan pada bagian perut oleh benda tajam pada saat di bawa ke pusat perawatan. Inilah laporan resmi dari Pusat Penyembuhan , Yang Mulia."
Mirana menunduk sambil tangannya kembali menggulung perkamen. Seorang prajurit yang kelihatan memiliki kedudukan tinggi yang berdiri di samping Puteri Lilith meraih perkamen itu. Kemudian ia menyerahkan perkamen tersebut pada junjungannya.
Wanita yang dapat diidentifikasikan sebagai Puteri Lilith itu. Akhirnya mengambil perkamen itu,lalu untuk sesaat membaca isi dari perkamen. Kemudian menyerahkan benda tersebut pada seorang yang kelihatan seperti pembantu di belakangnya.
"Lalu... Jenderal Conrad, dapatkah kau memastikan kalau orang ini bukan mata-mata?" wanita itu berbalik kemudian memperhatikan pria dengan postur tubuh besar dan gagah disampingnya yang memiliki sedikit uban di sisi samping rambutnya.
"Sepertinya orang ini adalah salah satu prajurit yang berasal dari Legiun II Garda Nasional dibawah Letnan Jenderal Demian Hemingway, yang disapu habis oleh pemberontak beberapa minggu lalu."
Wanita itu sedikit ragu.
"Hmm…" Ia mendekat kemudian memperhatikan penampilanku secara lebih dekat.
Hingga wangi yang sangat harum sampai ke hidungku. Mungkin berasal dari parfum yang dipakai oleh wanita yang disebut sebagai Raja negeri ini. Namun, entah bagaimana itu membuatku agak berdesir di sekitar leherku. Mungkin wanita ini membuatku gugup adalah kenyataan kalau aku adalah seperti pria normal lainnya.
Sementara orang yang di sebut Jenderal Conrad mengikuti wanita ini sambil menunjukkan jarinya pada sebuah lambang di dada baju jirahku.
"Lambang ini adalah lambang dari Legiun II Garda Nasional. Jika kita anggap akan sedikit tidak mungkin bagi pemberontak dibawah Jenderal Roland melakukan tindakan meniru lambang yang dianggapnya najis bahkan untuk pasukannnya sendiri." Conrad berkata mantap.
"Jika kau sudah mengatakan dengan yakin seperti itu, maka tidak dapat dipungkiri lagi."
Wanita itu kemudian berbalik kembali ke altar dan duduk di tahtanya.
"Lalu, Prajurit tanpa nama atas dedikasimu pada negara ini , maka dengan penuh kehormatan aku akan menugaskan kembali dirimu."
Mendengar itu aku hanya terpelongo. Apa yang sebenarnya terjadi disini? Ini adalah masalah yang besar. Bagaimana seseorang yang lupa ingatan akan dikirim kembali ke medan perang.
Apakah wanita ini bodoh?
Bagaimanapun jika aku dikirim kembali ke medan perang akan menjadi sebuah kesalahan. Aku secara tidak pasti keadaan dunia ini terkhususnya perang yang terjadi sekarang. Jika aku dikirim ke medan perang, maka kemungkinan aku bertahan adalah mendekati nol.
Pertama, aku sama sekali tidak dapat menggunakan senjata macam pedang yang sekarang melekat di pinggangku. Apalagi peralatan perang lain di dunia yang tertinggal seperti ini. Setidaknya aku memerlukan sebuah senjata seperti revolver atau sten gun atau sejenisnya.
"Tapi…" sahutku dengan suara serak dan dipenuhi kekhawatiran berusaha menyelamatkan nyawaku.
Wanita itu menatap tajam pada mataku. Tetapi, tidak sedikitpun menurunkan keagungan miliknya,.
"Ini sangat tidak mungkin Yang Mulia, aku mengira bahwasanya dia sudah lupa pada keterampilan bertarung sebagai prajurit Kerajaan."kata Conrad.
Mendengar perkataan Conrad, aku sedikit bernafas lega.Sementara Mirana juga dengan gugup ikut bersuara mendukungku.
"Itu dengan sangat pasti bahwa prajurit ini melupakan banyak hal , Yang Mulia. Jadi mengirim prajurit ini akan menjadi kurang bijak."
Mirana ragu, tetapi ia dengan yakin kalau ini untuk kebaikan pasiennya.
Wanita itu kembali menoleh pada Conrad. Pria itu sedikit terbatuk kemudian bersuara ringan lagi.
"Mungkin itu memang bijak ,Yang mulia. Hanya saja saat ini lini pertempuran hanya sedikit memerlukan sumber daya lagi dengan sangat menyesal saya mengatakan bahwa prajurit ini dibutuhkan untuk kemenangan. Jadi, mengirimnya langsung ke medan perang terdengar logis , hanya merugikan untuk sekarang."
Wanita itu sejenak berpikir.
Lalu berkata, "Baiklah dengan ini Prajurit Peter kau akan diistirahatkan…"
Syukurlah jika wanita ini memberikan keselamatan bagiku. Kupikir untuk sementara wanita ini menjadi malaikat untukku.
"Hanya saja, istirahat yang akan kau jalani akan dibarengi dengan dikirimnya kau sebagai seorang pelatihan [Greenhorn] pada Royal Army."lanjutnya.
Aku, Mirana dan Conrad tersentak mendengar perkataannya.
"Tetapi , Yang mulia.. Royal Army adalah khusus pelatihan bagi para perwira. Yang Mulia…" Conrad bersuara kurang yakin dengan keputusan junjungannya.
"Lalu…" Puteri Lilith hanya menatap ringan.
"Yang Mulia… Itu kurang beretika untuk mengirim prajurit biasa pada Royal Army…" sahut Conrad seperti menelan pil pahit dari perkataannya.
Wajah puteri Lilith secara perlahan berubah menjadi merah. Kemudian,ia bersuara lantang.
"Apakah kau meragukan keagunganku, Conrad!!" Dia mencabut pedang satu tangan dari pinggang Jenderal Condrad berdiri di sampingnya. Dia berdiri lalu mengarahkan mata pedang ke arah leher Conrad. Menyadari kemarahan junjungannya. Conrad langsung bersujud di bawah kaki Puteri Lilith.
"Maafkan kesalahan hamba yang hina ini , Yang Mulia."
Dengan penuh penyesalan ia bersujud di bawah kaki Puteri Lilith. Putri Lilith hanya mengangguk. Lalu, menyerahkan kembali pedang itu.Tampaknya, puteri ini terlihat akan mengampuninya.
"Baiklah jika kau menyadari kesalahanmu."katanya mantap.
"Terimakasih, Yang Mulia!" Conrad kembali berdiri lalu menerima kembali pedang satu tangan yang diambil Puteri Lilith beberapa saat lalu.
"Namun, kurasa aku akan memberi semacam title atau pangkat pada prajurit ini.. Lalu, Conrad pangkat minimal untuk perwira apa yang selayaknya kuberikan?" Puteri Lilith menoleh seolah tidak ada kejadian dia hampir menebas leher Conrad.
"Jika Yang Mulia bertanya.. Saya pikir pangkat Letnan Dua adalah syarat minimal…" balas Conrad.
Mendengar itu Lillith hanya mengangguk.
Lalu dia berkata,"Baiklah... mulai saat ini kau adalah Letnan Dua Peter. Apakah kau mengerti?!"
Aku hanya mengangguk ringan sambil menelan ludah untuk membantah perintah dari wanita di hadapanku, yang dengan mudahnya dapat memisahkan kepala dari leher ku.