webnovel

Bab.II.Di Pusat Penyembuhan

Saat aku tersadar badanku serasa remuk. Berapa balutan disekitar tubuhku tampak melilit , dan tanganku yang patah juga memiliki perlakuan yang sama. Sementara tubuhku hanya mengenakan sebuah celana panjang dari bahan yang cukup layak. Aku tidak tahu itu pasti tetapi itu terbuat dari wol yang dipintal sedikit berantakan.

Sementara aku mengamati, kelihatannya saat ini aku berada dalam ruangan yang tidak cukup luas. Luasnya sama seperti posko perawatan tentara Nazi dalam invasi di Polandia.

Di sisi lain di sudut ruangan tampak seorang wanita muda dengan mengenakan pakaian sedikit ketinggalan jaman, bahkan sedikit kuno kurasa. Ia tiba-tiba tercengang begitu aku bangkit dari pembaringan, di atas kasur yang memiliki tingkat kelayakan yang buruk.

Wanita itu mengenakan rok panjang sampai menutupi ujung mata kaki dan baju yang juga sama menutupi hampir melewati batas antara pinggang dan rok yang dikenakannya.

"Tuan, sebaiknya anda tidak bangkit dulu ,tubuh Anda sedang dalam penyembuhan." Wanita itu bergegas lari kecil kearahku, sambil tangannya kembali menekanku pada posisi semula.

"Di mana aku?" tanyaku pelan dengan suara serak.

Aku berpikir kalau ingatan terakhir padang penuh jenazah abad pertengahan itu adalah mimpi.

" Anda sekarang berada di Pusat Penyembuhan di Ibukota Helen."

"Helen??" Aku tidak pernah ingat ada tempat di wilayah diktator Stalin nama semacam itu. Apakah ini mimpi?

Namun, berapa kalipun aku menolak, bagaimana mungkin mimpi ini terasa panjang dan berantai? Tumpukan jenazah tentara zaman abad pertengahan yang berserakan. Tempat yang sama sekali tidak pernah kudengar ada di wilayah Stalin.

Wanita itu hanya mengangguk.

"Bagaimana dengan Fuhrer?" Aku berusaha mengorek informasi mengenai di mana sebenarnya aku sekarang.

"Fur…rerr.." Wanita itu kebingungan.

Cehh… Di daratan Eropa tidak ada satupun yang tidak mengenali gelar ini. Fuhrer atau dikenal sebagai Adolf Alois Hitler adalah tokoh terkemuka dalam penaklukan dimasaku. Dengan kata lain, apakah aku sudah berada di wilayah dan waktu yang berbeda dengan masa abad ke-20?

Mengingat , kalau ia tidak mungkin menjawab pertanyaanku. Wanita itu sedikit bingung.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Aku memastikan kelanjutan dari penyeledikan tentang lokasi aneh tempat aku seperti terdampar sekarang.

"Itu… tampaknya Viscount Leondart dan pengawalnya Philp membawa Anda keluar dari wilayah Padang Hijau. Anda sudah tidak sadarkan diri selama lima hari sepanjang perjalanan." sahut wanita itu.

Nama-nama yang sama sekali tidak pernah kukenal. Terlebih lagi, bagaimana gelar macam Viscount masih ada di dunia ini. Apakah Revolusi Lenin tidak cukup membuat seluruh dataran Eropa euphoria? Lalu, bagaimana gelar Viscount masih ada disini? Apakah ini bukan Uni Soviet? Terlebih lagi pakaian wanita ini juga terlihat tertinggal beberapa abad dari masaku. Apakah ini abad pertengahan yang mana peradaban masih cukup kolot dan feodalisme masih sangat kental?

"Tuan…?" wanita itu membuat wajah bingung sesaat aku menebak-nebak dalam pikiranku di mana aku sekarang.

"Jangan pedulikan aku…"

Wanita itu hanya mendesah ringan. "Tuan… sebelumnya ada hal yang perlu ditanyakan pada Anda sebelum Anda menghadap raja setelah pulih…"

"Raja..?"

Ia mengangguk.

"Hal apa itu?" Aku hanya mengikuti alur pembicaraan yang disampaikan oleh wanita ini. Terlebih lagi masih ada gelar raja di tempat ini. Apakah aku benar-benar di Eropa atau sudah berada di tempat yang berbeda?

Aku hanya mencengkram kepalaku. Sial ini membuat kepalaku sakit.

"Apakah Anda tidak apa-apa?" wanita itu sekali lagi menatap bingung mendapati aku meletakkan jari-jari dikepalaku.

"Apa yang akan kau tanyakan?"

"Ini soal nama dan Legiun mana anda berasal."

"Nama… Legiun…"gumamku.

"Ya."Ia mengangguk.

"Aku…" Aku terdiam menyadari kalau aku tidak mungkin mengatakan, aku adalah Sebastian De Krieg dari Pasukan Infanteri Nazi Jerman. Terlebih lagi tempat ini berada dalam wilayah dan waktu yang berbeda dengan asalku.

"Aku tidak ingat dan tidak tahu siapa aku.." Aku menjawab untuk menghindari kemungkinan buruk dan dinyatakan sebagai mata-mata dari negara lain di negeri asing yang tidak ku ketahui ini.

"Hemmm…" Wanita itu hanya mendehem panjang tanpa mengeluh jawabanku.

Syukurlah ia tidak menayakan hal yang lebih lanjut. Untuk sementara ini aku akan mengumpulkan informasi dimana aku berada.

Sudah tiga hari aku berada di tempat ini.

Berdasarkan informasi yang kudapat selama waktu singkat ini adalah, aku berada di wilayah Ibukota Kerajaan Campestris , tepatnya Helen. Saat ini kerajaan ini mengalami perang sipil yang panjang selama dua tahun, semenjak Raja Charell II menurunkan tahta pada Puteri Lilith yang merupakan Puteri dari Permaisuri I.

Raja memiliki tiga permaisuri dengan dua permaisuri memberikan seorang puteri dan putra. Dimana permaisuri pertama melahirkan Raja yang sekarang Puteri Lilith, dan Permaisuri ketiga melahirkan Pangeran Scrall.

Berdasarkan keputusan dari Raja Charell II yang menduduki tahta adalah Puteri Lilith. Mendengar keputusan Raja Charell II ,Pangeran Scrall langsung melakukan protes keras karena dia menganggap bahwa seorang keturunan laki-lakilah yang pantas menduduki tahta. Namun, Raja tetap menolak untuk memberikan mahkota pada Scrall. Sehingga Pangeran Scrall pada akhirnya memberontak dimasa kepemimpinan Puteri Lilith setelah Raja Charell II mangkat.

Peradaban saat ini kelihatan seperti memiliki peradaban yang sedikit lebih ketinggalan jaman dibandingkan masa perang dunia dua. Ini lebih mirip pada masa abad pertengahan dimana kekolotan masih kental. Tidak ada teknologi macam kendaraan mesin, senjata api, dan perlengkapan militer saat ekspansi Jerman ke Stalingard.

Orang-orang di tempat ini bertahan hidup dengan menjadi petani, pengembala , pelayan, dan profesi ringan lainnya. Di sini sama sekali tidak ada posisi semacam banker, investor saham atau pekerjaan eksklusif yang bisa menghasilkan uang secara besar dengan cepat. Tetapi, ada kedudukan semacam bangsawan dan ksatria yang tampaknya cukup elit di negara ini.

Terlebih lagi ada posisi semacam tentara bayaran dan tentara kerajaan dan terakhir adalah Penjelajah. Aku tidak tahu pasti pekerjaan macam apa ini, tetapi pekerjaan semacam penjelajah ini menjadi sebuah pekerjan tidak tetap yang mereka akan diberi pekerjaan dengan membunuh monster atau melakukan pengawalan pada perjalanan pedagang.

Aku bahkan hampir tidak percaya kalau monster benar-benar ada di tempat ini. Sampai aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri dalam sebuah parade penjelajah mereka tampak mengurung monster yang bertubuh seperti manusia, hanya wajahnya sedikit aneh dan sekujur tubuhnya bewarna kehijauan. Mereka menyebutnya Goblin. Mereka juga mengatakan masih ada beberapa monster menakutkan lain seperti Ogre, Lycan, Wolven dan nama-nama yang hanya pernah kudengar dalam legenda saja.

Sedang dalam ekonominya ,orang-orang ditempat ini lebih tepatnya di dunia ini menggunakan mata uang yang sama sekali berbeda. Mereka tidak mengenal penggunaan uang kertas. Dalam Kerajaan Campestris ada lima mata uang yang berlaku, yakni; Koin Besi Putih, Koin besi Hitam, Perunggu, Perak ,dan Emas.

Yang masing-masing 10 koin besi putih = 1 koin besi hitam

10 koin besi hitam= 1 perunggu

100 perunggu = dengan 1 perak

1000 perak = 1 emas.

Aku hampir tidak percaya bahwa mereka menggunakan besi mulia semacam perak/silver dan emas murni sebagai mata uang sah. Tetapi, begitu menyaksikannya dengan mata kepalaku secara langsung saat mereka bertransaksi, aku hanya dapat menelan ludah. Bagaimana jika aku bisa kembali dan membawa hal seperti ini ke asalku? Aku pasti tidak perlu menjadi anjing pemerintah seperti sekarang.

Orang-orang di tempat ini menggunakan pakaian sederhana dan tak terlalu rumit. Namun, beberapa kalangan elit seperti bangsawan dan ksatria menggunakan pakaian yang mahal.

Orang-orang menjual pakaian yang seperti kukenakan kebanyakan yakni sebuah celana dan kaos yang cukup tebal bahkan jika itu musim panas sekalipun. Yang satu potong celana pendek seharga 18 perunggu dan celana panjang seharga 19 perunggu. Sedangkan, untuk baju seperti kukenakan kebanyakan berharga seharga 15 perunggu.

Lalu, untuk tempat tinggal , mereka tinggal di rumah semacam gubuk dari batu yang masih menggunakan tumpukan jerami sebagai atapannya. Sedangkan kalangan elit sedikit agak mahal dengan menggunakan genteng dari tanah liat dengan batu gunung yang disusun sebagai dinding.

Untuk makanan yang dikonsumsi oleh penduduk kebanyakan adalah roti keras yang sedikit hambar tanpa mayonase atau penyedap lainnya seperti madu. Aku tidak tahu apakah para elit juga memakan hal yang sama. Namun, yang jelas untuk mendapatkan roti keras seperti ini mereka harus mengeluarkan uang sebanyak 10 koin besi putih. Itu bisa didapat dari toko roti ataupun di bar.

Namun , terdapat hal yang menarik yang bahkan tidak akan kupercayai sebagai orang dari masa yang maju. Hal itu adalah terdapat sihir di dunia ini. Aku tidak mempercayainya, sebelum Mirana yakni perawat yang menyembuhkan lukaku menunjukkan hal semacam penyembuhan yang mereka sebut sebagai [Cure].

Ini benar-benar luar biasa! Aku ingat bahwa dalam masa abad pertengahan di Eropa pernah terjadi semacam perburuan penyihir atau Witch Hunt yang menghukum orang dengan memancung atau membakar seseorang yang diindikasikan sebagai penyihir (witch).

Namun, kebalikan dari dunia asalku, dunia ini hanya beberapa orang yang memiliki semacam bakat sihir yang merupakan semacam bakat yang sangat eksklusif. Dimana terdapat perbandingan besar yakni hanya 10 % dari populasi ras yang dapat menggunakan sihir. Dengan kata lain, dalam Kota Helen hanya terdapat 1 dari 1000 orang yang dapat menggunakan sihir dengan total populasi yakni 100.000 jiwa.

Yang terpenting lainnya juga terdapat ras seperti Elf , Wolvein dan Dwarft. Aku pernah menjumpai dan melihat beberapa orang yang memiliki tubuh seperti serigala, yang kepalanya memiliki bentuk serigala dan badannya berdiri tegak seperti manusia. Sedangkan, untuk Elf dan Dwarft adalah ras yang sedikit tertutup. Jadi, aku belum pernah melihatnya.

Dengan informasi yang kudapat dari pengumpulan informasiku , maka dapat dengan yakin ku simpulkan kalau aku memang tidak ada di bumi. Tempat ini semacam dunia yang berbeda . Lebih mirip seperti dunia dongeng yang pernah diceritakan oleh ibuku.

Mengingat soal ibu, Apakah mereka baik-baik saja? Aku ingin kembali , namun aku sama sekali tidak tahu caranya. Jika dunia ini memiliki semacam sihir. Mungkinkah ada semacam sihir yang dapat mengembalikanku pada tubuh asliku?Aku merindukan dan mengkhawatirkan Ibu , Helena dan Jacob.

"Peter… Peter?" Mirana nampak penasaran mendapati aku melamun diatas kasur perawatan.

Aku kembali pada realita bahwa di dunia seperti dongeng inilah aku sekarang.Jadi aku membuang jauh-jauh kerinduanku pada rumah.

Mirana adalah perawat yang menyembuhkanku sebelumnya. Ia adalah seorang gadis yang kupikir cukup ramah dan manis jika dipikir. Tubuhnya memiliki kulit berwarna kecokelatan dan warna rambutnya pirang dan mata bewarna biru seperti orang Latin di tempat asalku.

Sedangkan, untuk nama Peter adalah nama sementara yang kugunakan dalam Pusat Perawatan ini. Ini adalah nama atas saran dari Mirana untuk lebih mudah berbicara padaku. Aku hanya mengangguk setuju , kupikir nama itu bukanlah nama yang buruk.

"Apakah kau yakin dapat menemui Yang Mulia dengan kondisimu saat ini, Peter?" Matanya sedikit iba menatapku.

"Itu bukan masalah… lagipula ini sudah tiga hari semenjak aku tiba disini…" tuturku dengan senyum ringan untuk menghibur Mirana.

"Baiklah..Ini pakaian yang kau kenakan sebelumnya aku mencuci dan membersihkan armor yang kau gunakan."

Ia menyerahkan sebuah Kevlar dari wol dan baju besi yang sama kukenakan sebelum aku tak sadarkan diri.

Aku meraih dan mengenakan perlengkapan. Hanya saja aku sama sekali tidak tahu cara mengenakan baju besi ini.

Aku hanya menatap Mirana sambil memiringkan sedikit kepalaku.

Mirana hanya mendehem ringan. Ia paham apa maksudku.

" Maaf sepertinya ingatanmu masih belum baikan. Aku akan membantumu mengenakannya."

Ia meraih baju besi dan membantuku mengenakannya.

"Terima kasih ,Mirana…" balasku pelan sambil memperhatikan bagaimana ia memasangnya pada tubuhku. Kupikir ini sedikit tidak sulit dari yang kubayangkan.

Next chapter