3 tiga

Hari demi hari berlalu, kini Bella sudah menyadari bahwa dia bukan manusia lagi tapi dia tidak tau makhluk jenis apa dirinya sekarang. kalau vampire itu tidak mungkin karna dia tidak meminum darah, dia juga masih merasakan detak jantungnya walaupun jantung itu berdetak 2 kali dalam 1 jam saja. Itu bukan detak jantung manusia normal kan? Tapi walau begitu dia sadar, Selain jantung semua organ tubuhnya sudah mati, dia tidak memiliki darah lagi, dia juga tidak memiliki paru paru yang berfungsi untuk bernapas. Dirinya sekarang bisa di katatakan sebagai mayat hidup.

Tok...tok..tok..

Suara pintu itu membuatnya hampir gila. Farhel selalu mengetok pintu setiap 30 menit sekali dalam 1 hari, kalau bukan pintu yang dia ketok pasti jendela yang ia lempari pakai batu-batu kecil. Dan cowok itu selalu berteriak agar Bella mau keluar dan makan bersama dengannya.

"Bella! Ayolah makan, aku hampir gila memikirkanmu. Sudah 2 minggu aku tidak melihatmu makan. Makanlah bersamaku kalau tidak aku juga tidak akan makan. Tapi Aku sudah sangat lapar sekarang, jadi ayolah makan sekarang." Teriak farhel dari luar jendela.

Mendengar kata-kata Fahrel, Bella merasa kasihan karna ia mengatakan bahwa dia belum makan. Bella tau bahwa Farhel tidak sedang bercanda saat mengatakan itu.

Dengan wajah kesal Bella membuka pintu jendela. "masuklah! Aku akan menemanimu makan." ucapnya. Dia melihat Farhel langsung bergegas pergi dengan berlari untuk masuk dari pintu depan. "Si bodoh itu, aku sengaja membukakan pintu jendela untuknya masuk, tapi dia malah lari kesetanan menuju pintu depan." Ucap Bella sambil menggeleng tak percaya.

Setelah mengunci jendela lagi, gadis itu berjalan malas untuk keluar kamar. Dia membuka pintu dan langsung mendapati wajah Farhel yang menatap sendu ke arahnya. Melihat wajah Farhel dari sedekat ini membuat tubuhnya terasa sakit lagi. Inilah penyebab kenapa dia tidak mau bertemu dengan farhel hari-hari ini, tapi melihat keadaan pria yang dulu dan sampai sekarang masih ia cintai sangat kacau mana mungkin dia tega membiarkannya begitu saja.

Zio lagi pergi berlibur ke luar Negeri dengan teman-temannya, sedangkan tentenya belum pulang dari urusan pekerjaan, jadi hanya tinggal mereka berdua di rumah tidak termasuk 2 asisten rumah tangga. Farhel berbeda dengan Zio, apapun yang terjadi, mau itu tsunami, gempa bumi, kebakaran, atau dapat tiket gratis nonton bola ke luar Negeri, Farhel tidak akan pernah pergi jika Bella tidak ikut bersamanya. percayalah.

Mereka hanya membisu setelah duduk berhadapan di meja makan. Farhel hendak menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya tapi terhenti ketika dia melihat Bella tak menaruh apapun di piringnya. "Bell, kenapa...." ucapan Farhel gantung ketika gadis itu langsung memotongnya.

"Sudahlah simpan saja pertanyaanmu itu." Kata Bella ketus.

"Dimana?" Farhel menjawab dengan santai. Seolah pertanyaannya itu benar-benar memiliki jawaban.

Bella mengernyit bingung tak mengerti, "Apanya?"

"Kau tadi menyuruhku menyimpan pertanyaanku. Di mana aku harus menyimpannya?"

Bella mendengus, lagi-lagi cowok di depannya itu membicarakan hal-hal yang tidak penting dan malah menambah dirinya kesal. "Di kantong." Kata Bella asal dan tak berniat menanggapi kekonyolan Farhel.

"Sudah penuh, Ada dompet dan Hp." Ucap Farhel menatap Bella dengan tatapannya yang masih sama seperti dulu, tatapan yang masih penuh cinta dan sayang. Tampak jelas di mata itu ada kilatan canda untuk membuat gadis di depannya merasa kesal.

"Di kulkas." Bella sedikit gugup. Dia memang selalu gugup melihat mata Farhel, mata abu-abu yang sama seperti miliknya.

"Sudah penuh juga, ada daging, sayuran, ikan, susu, dan buah. Kemarin bik Surti baru belanja jadinya penuh."

"Lemari." Ucap Bella mulai kesal. Dia tau lelaki di depannya itu memang sengaja membuatnya mengeluarkan banyak kata.

"Yahhh, uda penuh juga. Kemarin aku baru belanja baju jadi tidak muat lagi."

"Di otakmu sajalah."

"Otakku juga sudah penuh. Penuh dengan pertanyaan kenapa Bella berubah? Kenapa Bella tidak pernah makan? Kenapa Bella jadi pendiam? Kenapa Bella menjadi orang yang dingin? Kenapa bella tidak pernah tertawa lagi? Kenapa Bella tidak cerewet lagi? Kenapa Bella mau menemaniku makan? Kenapa bella terlihat seperti orang tersiksa saat bersamaku? Kenapa bella sekarang cuek sama Rendy? Kenapa bella--"

"Stopppp! Sudah cukup Farhel. Cepat Habiskan makananmu atau ku tinggal kau di sini." Ucap Bella menggentikan pertanyaan Farhel yang mulai membabi buta.

"Tapi bell...." Farhel menatap tak terima karna ucapannya di potong begitu saja, padahal banyak lagi yang ingin ia katakan.

"Cukup Farhel, tak ada tapi-tapian. Kau tadi sudah mengeluarkan semua pertanyaanmu, Jadi tidak ada yang bisa di simpan lagi."

"Masih banyak."

"Berhenti bicara, habiskan makananmu itu, atau aku benar-benar meninggalkanmu di sini." Ucap Bella serius. Farhel hanya bisa menghela napas berat dan melanjutkan makannya lagi dengan diam.

********

Bella merasakan sesak di dadanya setelah tadi malam dia menemani Farhel makan. Entah mengapa sesaknya berkali lipat dari sebelum tubuhnya berubah menjadi aneh, atau bisa di katakan saat dia masih seorang Manusia.

Sekarang yang ia lakukan hanya menatap ke arah luar jendela saat kelas sepi

karna sedang jam istirahat. Tadi Rawzora mengajaknya ke kantin tapi dia tidak mau. Kalau Farhel, Anak itu tidak akan pernah mau mengganggunya kalau dia sedang di kelas, karena Farhel pernah bersumpah tidak akan menginjakkan kakinya di kelas Bella, Apapun yang terjadi. Farhel merasa jijik melihat Alona yang sangat menyukainya, yang lebih parah lagi Alona adalah teman baiknya Bella.

Sekarang Alona dan ke-lima temannya sedang bermain T.O.D. ini kepanjangan dari truth or dare, ini permainan pilih jujur atau tantangan, setiap orang yang ikut bermain harus membuat lingkaran lalu di tengah-tengahnya di letakkan botol kaca untuk di putar sebagai tanda panah. Alona dan teman-temannya sedang asyik, terkekeh gembira setiap kali mereka mendengar pernyataan lucu, tapi itu tetap saja tak membuat Bella tertarik.

Alona melirik ke arah Bella, kemudian bangkit untuk menghampiri gadis itu. "Bella." Panggilnya. Yang di panggil hanya melirik malas. "kenapa kau berubah? tidak seperti sebelumnya. Biasanya kau mau ikut bergabung kemanapun kami pergi dan apapun yang kami lakukan, kita sahabat, bukan?" Lanjutnya.

"Aku sedang malas bergabung, Lona." Jawab Bella seadanya.

Lona meringis mendengar ucapan itu. "sedang malas katamu? Sudah hampir sebulan kau menganggap kami seperti bukan teman. Kenapa? dulu kau sangat senang kita bergabung."

"Sekarang tidak."

Setelah memutar bola matanya, Alona bicara lagi. "ayolah, ikut bermain T.O.D bersama kami."

"Tidak." Jawab Bella singkat.

"Kenapa? Dulu kau menyukai permainan itu."

"Sekarang tidak."

"Kenapa? Kau takut?" Kata Alona melipat kedua tangannya di dada. Kini nada bicaranya berubah mengejek dan meremehkan.

"Kenapa harus takut?" Kata Bella mulai kesal melihat Alona.

"Kalau memang kau tidak takut, ya ayo bermain. Kalau kau tidak mau berarti kau adalah Manusia yang sangat munafik. Karna yang ku tau kau sangat menyukai permainan ini, karna dengan permainan ini kau bisa mempermainkan orang sesuka hatimu." Ucap Alona.

kata-kata itu membuat Bella terusik karna apa yang di bilang Alona itu tidak benar. Tentu saja dia malas bermain T.O.D Itu. sekarang dia menganggap permainan itu adalah permainan sampah. Bahkan dulu karena permainan itu dia pernah di putusin Rendy, cowok yang dia manfaatin untuk membuat Farhel menjauh. Dia harus berkencan dengan salah satu temannya Rendy. Permainan ini tidak bisa di tentang kalau dapat dare, ntung saja Waktu itu Bella bisa menjelaskan semua yang terjadi dan Rendy mengerti, Akhirnya mereka tidak jadi putus. Yahhhh, tapi itu masa lalu, sekarang Bella dan Rendy benar-benar putus karna dia tidak mau terus terusan bersama cowok yang tidak benar-benar dia sukai.

Bella berdiri dan dia juga melipat kedua tangannya di dada, sama seperti yang Alona lakukan. "Oke, ayo kita main. Tapi satu hal yang harus kau tau, aku bukan sepertimu yang suka mempermainkan orang lain dengan cara bermain permainan sampah itu. Mungkin, kau berbicara seperti itu untuk dirimu sendiri." Kata Bella dingin dan langsung meninggalkan Alona ke tempat permainan TOD itu berlangsung.

Alona tersenyum sinis. Sedikit tak percaya, Bella yang selama ini selalu tersenyum ramah kini menjadi seperti itu. "Kau salah, Bella. Bukan untuk mempermainkan orang lain, tapi untuk mendapatkan apa yang ku mau dari orang lain itu." Gumamnya. Kemudian ia menyusul Bella.

Mereka bermain dengan kondusif. Tiba-tiba mulut botol itu tertuju ke arah Bella. Sekarang giliran Dare, teman-temannya langsung berunding untuk tantangan apa yang akan di berikan untuk gadis itu.

Dengan cepat Alona menyelah. "Sepertinya dari tadi aku belum ada memberikan tantangan untuk kalian tapi aku sudah dapat 2 tantangan dari kalian. Jadi sekarang giliran aku yang harus memberikan tantangan untuk Bella." ucap Alona kepada 5 temannya yang lain, yaitu Feby, Hara, Abigai, Jason, dan Arga. mendengar itu mereka mengangguk setuju.

"Bella, Aku memberikan dare untukmu. Kau harus mencium bibir anak baru di kelas kita. Aku mau kau melakukan itu dengan Rayyen, Cowok yang baru saja mendapat gelar terganteng di SMA ROf. Aku ingin kau melakukan itu saat pulang sekolah nanti di belakang sekolah yang sepi dan tidak ada CCTV. kalau ada CCTV, aku takut kami juga akan terseret keruangan BP. Aku dan Feby harus melihat dan menjadi saksi. Hara, Abigail, Jason, dan Arga tidak perlu melihatnya. cukup aku dan Feby saja. Tapi tenang saja kami akan bersembunyi. Bagaimana? Aku baikkan?" ucap Alona tersenyum menggunakan senyuman terbaiknya, dia juga merapikan rambut coklatnya kebelakang dengan gerakan terbaiknya. Namun senyum itu tampak menjijikkan di mata Bella.

Bella menatapnya tak percaya. "kau gila?" Ucapnya. Teman-temannya yang lain juga mengatakan itu dengan serentak.

"Kau gila, Alona." ulang Arga tak percaya.

"Kenapa? Tadi kalian memberikan aku dare, menyuruhku berkencan dengan zofan Anak kelas sebelah, tapi aku tidak keberatan. Aku kan menyuruhnya berciuman dengan

cowok terganteng di ROF, untung saja bukan cowok terjelek di ROF. Lagian dare yang sudah di ucapkan tidak bisa di tarik kembali. Itu sudah perjanjian." jawab Alona enteng.

Bella hanya diam. Tentu saja dia harus melakukannya. Inilah alasannya mengapa dia malas ikut permainan sampah ini, tapi dia merasa tenang-tenang saja Karna ini adalah hal yang mudah. Tentu saja mudah, karena dia bukan Manusia lagi. Kalau saat ini dia masih Manusia, mungkin dia akan berteriak memaki sahabatnya itu. Ralat, mulai sekarang Bella menganggapnya mantan sahabat.

*

Bel pulang berbunyi, terdengar nyaring menyejukkan hati. Setelah pak Hafdan keluar kelas, Bella tiba-tiba berdiri. Kelakuannya itu sepontan membuat Rawzora yang menyusun buku di sampingnya kaget.

Rawzora menghentikan kegiatannya menyusun buku, dia menoleh heran pada Bella. "Ada apa?" Tanyanya.

"Zora, apa aku boleh meminjam Rayyen sebentar?" Tanya Bella tak menghiraukan pertanyaan Zora barusan.

Rawzora tambah heran, memangnya Rayyen itu barang pakai kata-kata meminjam. "meminjam? Emangnya..."

belum selesai Rawzora berbicara, Bella sudah pergi berjalan untuk menghampiri Rayyen.

Setelah berada di dekat Rayyen dia sedikit ragu, tapi kenapa harus ragu? Ini hanya ciuman di bibir yang tidak seberapa, dia yakin bahwa Cowok seperti Rayyen sering berciuman dengan gadis-gadis cantik di luar sana. "Rayyen.. boleh kita bicara?" Panggilnya.

Rayyen tidak menjawab apa-apa. Cowok itu hanya menoleh sebentar tanpa minat lalu melanjutkan kegiatannya memasukkan buku ke dalam tas. Bella semakin gusar Karena Alona dan Feby sudah pergi ke tempat yang di rencanakan. Dengan mengumpulkan nyali sebesar mungkin, Bella menarik tangan Rayyen secara paksa sambil berkata. "ikut denganku sebentar."

Dengan tenaga dan penuh kata-kata

meyakinkan Bella berhasil membawa Rayyen ke tempat yang sudah di rencanakan. Tempat yang tidak ada CCTV dan sepi. Karena letaknya dekat gudang.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Rayyen menarik paksa tangannya dari tangan Bella.

Bella sedikit kaget, tapi dengan cepat dia berusaha sebiasa mungkin. "Aku butuh bantuanmu." Kata Bella.

Rayyen menatap tak suka, tak suka karna ada gadis yang tak di kenalnya menyentuh kulitnya. Itu bisa berbahaya bagi kehidupannya. "Apa peduliku? Aku bukan polisi, dan aku bukan temanmu." Rayyen langsung memasukkan kedua tangannya ke saku celana, takut gadis yang di depannya itu menyentuhnya lagi sesuka hati.

Rayyen hendak pergi tapi dengan cepat Bella menariknya lagi dan langsung memegang kedua pipi cowok itu. Bella menarik kepala Rayyen ke arahnya agar kepala mereka sejajar Karena Rayyen lebih tinggi darinya. Lalu dengan kecupan cepat dia mencium bibir lelaki itu.

Rayyen menatap gadis itu tak percaya, bukan, bukan karna gadis itu menciumnya seenak jidat tapi dia terkejud akan sesuatu hal. Sama dengan Bella, gadis itu juga sangat terkejud saat melihat mata biru terang Rayyen, ada sesuatu disana.

----------

avataravatar
Next chapter