2 Dua

Author pov:

Suara alarm berbunyi nyaring dan bergetar hebat di nakas. Bunyi yang cukup mengusik tidur Seorang gadis yang meringkuk seperti udang dibalik selimut. Bella menguap lalu terduduk untuk mematikan alarm dengan kesal, sudah delapan hari semenjak kejadian kecelakaan tabrak lari yang menimpa dirinya,  tubuhnya kini benar-benar aneh.

Dia berjalan gontai kekamar mandi, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Kemarin dia tak masuk sekolah dengan alasan tidak bisa menahan kantuk hebat yang akan membuatnya tak bisa berfikir. Itu alasan yang konyol, padahal dia hanya mau mengamati tubuhnya berjam-jam didepan cermin

Setelah dia siap untuk berangkat, dia berjalan ke dapur untuk berkumpul bersama Farhel dan Zio yang kebetulan sudah ada sejak tadi.

"Pagi." sapa Farhel, membuat Bella mendengus mendengarnya. Gadis itu menarik bangku yang bersebrangan dengan mereka. Di depannya sudah ada sepiring nasi goreng daging yang sudah disiapkan Bi Ani dengan porsi biasanya. Dengan pandangan tak selera dia mencoba memasukkan sesendok nasi goreng itu ke mulut.

Bella membuang makanannya menggunakan tissu. Dia menjulurkan lidahnya seperti anak kecil yang tak suka atas makanan yang diberi sang ibu. "Rasanya tidak enak. Aku tidak bisa memakannya." ia mendorong piring ke tengah meja menandakan dia tak mau menyentuhnya lagi.

Zio mengernyit bingung. "Tidak enak?" Dia mengambil sesendok nasi goreng Bella untuk mencicipinya. "Rasanya enak sama seperti makananku." Lanjutnya lagi.

"Mungkin dia hamil anakku, Makanya dia seperti itu." Ucap Farhel santai seolah-olah ucapannya adalah perkataan yang benar.

Bella menghela napas berat, lelaki didepannya hampir membuatnya gila atas ucapan-ucapan yang tak masuk akal yang membuatnya naik darah. "Hamil dengkulmu. Aku bahkan tak pernah mau membayangkan bercinta denganmu." Dia bangkit dari duduknya dan langsung bergegas pergi ke garasi mengambil mobilnya untuk berangkat ke sekolah.

Zio menahan tawanya berniat mengejek lelaki yang duduk diam di sampingnya, yang sedang menatap tak selera lagi kearah makanannya, padahal sebelumnya dia menatap berbinar kearah makanan itu. "Adik perempuanku sudah besar rupanya. Bahkan dia mengerti memilih pasangan bercinta yang baik." Candanya disela-sela makan yang belum mau ia tinggalkan.

"Sekali lagi bicara, kupastikan piring ini masuk kemulut seseorang." Ucap Farhel tanpa menoleh. Zio hanya menahan tawanya dan tidak mau bicara lagi, dia tidak mungkin mencari keributan di pagi hari.

.....

"Apa yang terjadi denganku? Tubuh ini tiba-tiba berubah. sebelumnya aku terlihat berisi tapi sekarang ramping, kulit yang putih biasa saja kini seperti kulit boneka. Hidung, mata, kuku, dan yang lainnya seperti sempurna. Sejak kecelakaan itu, aku berubah. Aku tidak bisa makan dan minum atau merasa lapar. Dan juga tidak merasa capek saat pelajaran olahraga." Ucap Bella pada pantulan dirinya di cermin. Dia sedang sendiri di toilet sekolah mungkin karna jam pelajaran makanya toilet sepi.

Dia menghela napas untuk kesekian kalinya. "sudah cukup. Tak peduli siapapun diriku yang penting aku masih hidup." Ucapnya merasa cukup. Sudah satu jam dia menghabiskan waktunya di depan cermin.

Dia keluar dari toilet wanita. Berjalan di koridor sambil menatap satu persatu pintu kelas yang tertutup. "Sekolah apa ini? Mau hujan dan petir atau gempa, gurunya tak pernah absen." omelannya berhenti ketika dia sampai di depan kelasnya. Dia mengintip sebentar lalu masuk perlahan sambil berjalan menuju bangkunya, dia melirik meja guru tapi tak ada guru yang duduk disana.

"Mungkin aku salah. Ternyata kali ini kelasku tak ada guru yang masuk." Ucapnya ketika sudah duduk di bangku paling sudut. Tak ada teman sebangku karna teman sebangkunya yang biasanya sudah meninggal karna sakit.

Pintu kelas terbuka, kelas hening seketika melihat Bu Saura masuk bersama 5 murid baru yang wajahnya sangat asing dan berbeda, tidak Asia ataupun Eropa.

Bella mendengus dan langsung menyender malas kesenderan bangku. "aku salah lagi. Nenek sihir ini ternyata masuk juga." Keluhnya.

Bu Saura tersenyum ramah menyapa murid-muridnya. Menampakkan gigi yang berjejer rapi dan terawat, tapi percayalah gigi-gigi itu akan menjadi taring semua ketika ia marah. "Selamat siang." Sapanya.

Semua murid kecuali Bella menjawab dengan semangat. "Selamat siang juga bu....." ucap mereka bersamaan. 

"Ibu membawa teman baru. Mereka pindahan dari Prancis, jadi Ibu berharap pada kalian untuk bisa mengerti. Mereka ini bisa berbahasa indonesia jadi berteman baiklah," Jelas Bu Saura. Dia menoleh pada lima sosok yang berdiri berjejer di samping kanannya. "silahkan perkenalkan diri kalian." perintahnya.

Cowok tinggi bermata biru dengan rambut coklat keemasan mengangguk mengiyakan. "Aku Rayyen Nickbraz." Katanya singkat. Dia sangat tampan seperti dewa, itulah pikir mereka ketika pertama kali melihatnya. Suaranya begitu indah. kulit putih yang mulus seperti bayi baru lahir, Hidungnya mancung seperti pahatan ahli, dan bibirnya tipis berwarna merah. Wajahnya lembut tapi matanya penuh ketegasan.

Cowok bermata hijau di sebelahnya melanjutkan. "Hai, aku Ruxe Drayzen. Kalian bisa panggil aku Ruxe." senyumannya luar biasa, kulit terangnya terlihat jelas sangat mulus.

"Aku Ryder Watzon." Rambut yang hitam pekat. mulut dan hidung yang kecil membuatnya seperti wanita. Mata yang berwarna hitam pekat dan juga sipit membuatnya berbeda dengan Rayyen dan Ryder, dia tidak bisa disebut tampan tapi dia hanya bisa disebut cantik.

Gadis di sebelah Ryder melanjutkan. "Aku Rawzora Dirlien. kalian bisa panggil aku Zora. Kami berharap kalian berperilaku baik dengan kami." Senyum ramahnya membuat mereka yang ada dikelas itu meleleh. Rambutnya Blonde panjang dan bergelombang, pupil mata berwarna coklat terang, Kulit putih dan mulus, mata belok seperti boneka, hidung dan mulut kecil. Dia sangat sempurna bila dikatakan manusia, dia seperti Barbie.

"aku Rayyora Dozen." ucapnya dengan wajah dingin. Tanpa ekspresi dan senyum. Rambutnya ungu, wajahnya sangat cantik tapi terlihat sangat jutek. pupil mata ungu yang tampak sangat jelas membuatnya jadi sorotan orang-orang, itu membuatnya risih.

selesai kelima sosok asing yang baru bergabung dengan mereka selesai memperkenalkan diri, mereka di suruh bu Saura mencari tempat duduk paling belakang yang baru saja di siapkan. Pantas saja saat istirahat pertama petugas sarana mengantarkan bangku dan meja tambahan.

Suara kelas yang tadinya hening langsung menjadi ribut. Bisik-bisik tetangga mulai merecok seperti lebah. Ada yang berbisik-bisik bahwa mereka itu geng R5 karna nama mereka hampir sama semua, ada juga yang berbisik bahwa mereka vampire, alien, operasi plastik, atau para dewa dewi yang sedang bertugas. Intinya, mau cewek ataupun cowok sama saja seperti emak-emak komplek. Kubu laki-laki menggosip tentang tubuh dan kulit yang seperti bak model papan atas kedua teman baru mereka, kubu perempuan menggosip tentang gaya berpakaian dan ketampanan wajah ketiga teman cowok baru mereka.

Sedangkan Bella hanya diam di pojokan memperhatikan mereka berlima dengan teliti. Tak asing, itulah pikirnya ketika melihat wajah Rayyen. Rawzora berdehem, menyadarkan Bella dari lamunanya. Gadis itu minta izin bahwa bolehkah ia duduk disamping Bella. Tentu saja Bella hanya mengangguk mengiyakan. Rayyen lebih memilih duduk dengan Ryder karna menurutnya Ryder lebih tenang daripada Ruxe yang slalu mengoceh, Dan Ruxe duduk dengan Rayyora.

Rawzora diam merasakan sesuatu yang aneh dan berbeda. Berkali-kali dia melirik Bella yang sedang asik memainkan ponselnya. "ada yang aneh darinya." pikirnya

_________

Bel sekolah berbunyi. Murid yang biasanya langsung berhambur keluar kini tetap bertahan dikelas. Mereka tampaknya ingin berkenalan atau sekedar basa basi dengan R5 (Rayyen, Rayyora, Rawzora, Ruxe, Ryder) tapi karna melihat R5 seperti berlian yang tidak dapat disentuh merekapun mengurungkan niat, mereka hanya bisa mengagumi sosok idola yang sudah mereka klaim.

Melihat tatapan teman-teman barunya Rayyen langsung memutuskan untuk pergi ke kantin daripada dikelas. Dia mengajak anggotanya untuk cepat-cepat bergegas ke kantin. Dia sebenarnya sudah terbiasa menjadi pusat perhatian tapi mau bagaimana lagi hal yang seperti itu membuatnya risih dan merasa tidak nyaman.

Sebelum Rawzora bangkit dari duduknya, dia mengulurkan tangannya pada Bella. "Hai, siapa namamu?" Ucapnya sambil tersenyum manis.

Bella yang sedari tadi fokus memainkan game di ponselnya terpaksa berhenti untuk menyambut uluran tangan Rawzora. "Aku?" Tanyanya memastikan.

Rawzora tertawa kecil, tawanya itu sempat membuat siapa saja yang melihatnya terpana sejenak. "tanganku mengarah padamu."

Bella mengutuki kebodohannya, dengan Ramah dia menyambut uluran tangan Rawzora. "Aku Bella. "

Rawzora mengangguk. "aku Rawzora Dirlien, senang bisa duduk sebangku denganmu. apa kau mau ikut denganku ke kantin? Soalnya teman-temanku sudah menunggu." Zora menunjuk teman-temannya yang sudah menunggunya di pintu.

"tidak, terimakasih. Pergi lah." Kata Bella.

Rawzora mengangguk, "kalau begitu aku pergi dulu ya. Lain kali pergilah bersama kami." Ucapnya sambil tersenyum dan kemudian berjalan pergi kearah teman-temannya. Dia melambaikan tangan kearah Bella sebelum tubuhnya hilang di balik dinding.

Saat di kantin.....

Sesampainya di kantin R5 langsung mencari meja kosong. Mereka ke kantin bukan untuk makan, mereka hanya duduk-duduk untuk formalitas biar terlihat seperti manusia normal. Baru saja mereka duduk, semua murid yang ada di kantin langsung pada ribut melihat kearah mereka.

Semua orang terkagum-kagum melihat mereka yang seperti artis papan atas. Penampilan, dan wajah R5 sangat-sangat sempurna. Lagi pula baru hari ini mereka masuk ke SMA ROF, semua sosial media langsung pada heboh membicarakan mereka.

Zora mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. Kuku yang agak sedikit panjang membuat keributan kecil saat bersentuhan dengan meja. Sebelum Rayyora menegurnya, dia buka suara duluan. "ada yang aneh pada gadis yang duduk sebangku denganku."

Mereka semua sempat mengernyit tak mengerti arah pembicaraannya, namun dengan cepat Ruxe sadar dan mengerti "Maksudnya aneh gimana?"

"aku mencoba membaca pikirannya dengan cara bersalaman, tapi entah mengapa tak ada yang bisa ku baca. Aneh, seperti dia bukan manusia." Kata Rawzora. Tampak jelas di wajahnya bahwa dia masih bingung dan juga penasaran.

Rayyora mengangkat alisnya keatas. "kenapa kau mau membaca pikirannya? Yang ku tau kau tidak mau membaca pikiran Manusia."

Rawzora menghela nafas, matanya menatap kesal atas perkataan Rayyora yang duduk di samping kanannya. "yang jadi masalah bukan itu. Kenapa kau harus membahas hal yang tidak penting?" Ucapnya sedikit kesal. Rayyora hanya mendengus menjawab perkataan gadis itu, dia kembali diam.

"Mungkin maksud Rayyora kenapa kau tiba-tiba mau membaca pikiran gadis itu, Padahal itu hanya membuat tenagamu habis. Pasti ada sesuatu yang kau rasakan." Ucap Ryder dewasa.

"Aku sudah bilang tadi. Aku merasakan dia aneh, seperti bukan manusia." Balas Rawzora.

"Saat kaki ku melangkah masuk kelas itu, aku merasakan hawa tak asing." Tambah Rayyen tanpa menoleh, dia menunduk membaca buku tebal hitam di tangannya.

Ruxe mengangguk setuju. "Iya, aku juga merasakan hal yang sama. Kalau menurutmu gimana?" Dia bertanya pada Ryder.

Ryder mengerutkan dahi, tanda dia sedang mengingat sesuatu. "Cewek itu apa namanya Bella?" tanyanya pada Rawzora. Rawzora yang ditanya mengangguk mengiyakan dan bingung kenapa Ryder bisa tau. Ryder Tiba-tiba menjentikkan jari. senyumnya merekah setelah dia menemukan beberapa memori yang tak pernah hilang. "aku ingat dia. Aku pernah bertemu dengannya 9 tahun yang lalu. Waktu itu kita tak sengaja singgah ke kota ini. Rasa suka ku pada tumbuhan membuatku mampir ke toko bunga yang tak jauh dari tempat persinggahan kita. Saat itu aku melihat mawar merah yang tinggal beberapa tangkai, aku ingin membelinya, tiba-tiba ada gadis kecil yang terburu-buru memborong semua mawar itu. aku sempat kesal, tapi saat itu dia menangis sambil bilang ingin memberikan bunga mawar itu pada kekasihnya yang sakit. Waktu itu aku tidak kepikiran untuk membaca pikiran gadis kecil." Ucap Ryder menjelaskan.

Ruxe menyipitkan mata, seperti kebiasaannya jika lagi curiga. "jangan-jangan dia itu gadis waktu itu, gadis yang kau ceritakan 9 tahun yang lalu. Gadis yang mengesankan bagimu? Tapi aku tidak menyangka bahwa waktu itu kau menyukai gadis kecil. Hahahahah" ucapnya sambil susah payah menahan tawanya agar tidak meledak.

"jaga ucapanmu. Aku tidak bilang aku menyukainya, Hanya saja dia mengesankan bagiku. Itu saja." Balas Ryder memandang tak suka karna Ruxe sedang mengejeknya.

"Aku tidak percaya, Buktinya saja kau masih ingat wajahnya sampai sekarang." Ucap Ruxe lagi tidak mau kalah.

"Tentu saja aku mengingatnya. Aku ini bukan manusia, Aku ini Trambell. Atau jangan-jangan kau yang lupa bahwa dirimu adalah Trambell." Kata Ryder. Dia juga tidak mau kalah.

Ruxe tertawa. "mana mungkin aku lupa, yang jelas kau pasti menyukainya. Entah mengapa aku meyakininya."

"TIDAK." kata Ryder cepat dan penuh penekanan.

Ruxe menggeleng, "Pasti iya, aku tau kau Ryder, kita sudah menjalani hidup bersama-sama sejak lama."

"Tidak, Ruxe." Geramnya.

"Iya Ryder." Balas Ruxe lagi.

"Tidak Ruxe!!!!" Bentak Ryder. "kalau ku bilang tidak ya tidak. Aku yang tau tentang perasaanku."

Ruxe sempat kaget atas bentakan Ryder. Tapi dengan penuh keyakinan dia tak mau kalah. "bagaimana jika suatu saat aku mengetahui bahwa kau pernah memberi detakkan jantungmu untuk dia? Satu ataupun dua, itu sama saja."

Ryder sempat terdiam sejenak, hingga dia buka suara kembali. "Apapun yang kurasakan itu bukan urusanmu Ruxe, jika di dunia kita kau sudah dianggap melanggar hukum."

Ruxe hendak membalas lagi, tapi suara deheman Rayyen menghentikan mereka. "kenapa kalian bertengkar? Kalian seperti bocah yang baru melihat kehidupan, bertengkar hanya karna sebatang coklat," Suara Rayyen membuat kedua lelaki itu berhenti bersuara. Mereka hanya saling diam dan melanjutkan pertengkaran melalui mata. "Apapun yang dirasakan Ryder kau tidak boleh ikut campur atas itu, Ruxe," Rayyen menutup buku hitam tebalnya. "Ayo, kembali ke kelas. Aku tidak selera lagi membaca."

Kebetulan saat Rayyen bangkit dari duduknya bel masuk berbunyi nyaring. Gerutuan siswi di meja sebelah mereka yang meminta kepala sekolah menambah waktu jam pelajaran terdengar lucu di telinga mereka. Ruxe sempat ingin menyapa para gadis-gadis itu tapi dengan cepat Rayyora melotot kearahnya, dan membuatnya hanya nyengir kuda.

Flashback. (Pertemuan Ryder dengan Bella)

Ryder berkali-kali berdecak kagum, tak menyangka ternyata kota yang tak sengaja di singgahinya punya Toko bunga yang cantik. Walaupun di dunianya toko bunga sangat besar-besar dan indah berkali-kali lipat tetap saja rasanya sangat berbeda dengan bunga di bumi, dari segi harum dan tekstur, dan juga desain tata ruangan yang begitu luar biasa enak dipandang sangat berbeda.

Dia masuk dan berkeliling sambil melihat bunga-bunga yang cantik. Setelah sampai di ujung ruangan, dia terfokus pada bunga mawar. Jumlahnya tidak banyak kira-kira hanya sekitar 30 tangkai, warna dan bentuknya sangat indah dengan wadah vas yang sangat bagus.

Dengan penuh yakin dia ingin membeli semua bunga mawar itu. Belum sampai dia ke tempat di mana bunga mawar itu di letakkan, tiba-tiba gadis kecil yang imut kira-kira berusia 8 tahun mengambil semua bunga mawar itu dari tempatnya.

Dia sempat kaget karena ada tubuh kecil mengambil dengan susah payah mawar-mawar yang sudah di klaim miliknya itu. "adik kecil, tunggu!" Dia sedikit berteriak memanggil gadis kecil itu yang cepat-cepat hendak pergi.

Gadis kecil itu menghentikan langkahnya dan menoleh pada Ryder. Dia tak berkata apa-apa, hanya ada kebingungan di balik tangisnya yang terisak.

Ryder berjalan mendekat. "Mau di bawa kemana bunga-bunga itu?" Tanyanya merasa iba, Gadis kecil itu kesusahan membawa bunga mawar yang banyak, tentunya tidak ada duri lagi karna durinya sudah di bersihkan pemilik toko.

"Bella ingin membeli semua bunga mawar ini." Jawabnya terisak dengan khas anak kecil yang imut. Mata abu-abu dengan rambut panjang membuatnya tambah menggemaskan.

"Untuk apa? Boleh kakak meminta setengahnya? Kakak juga ingin membelinya." Ucap Ryder dengan nada sedikit memohon.

Gadis kecil yang bernama Bella itu menggeleng cepat. "Tidak, kakak. Ini untuk kekasih Bella di rumah sakit. Dia sangat menyukai bunga mawar di toko ini."

"Kekasih?" Tanya Ryder heran karna anak kecil sudah mengerti hal yang seperti itu. 

Bella mengangguk. "Iya, kami berjanji menjadi pasangan sejati. Jika sudah besar nanti kami akan menikah dan menjadi pasangan yang paling bahagia."

Ryder merendahkan tubuhnya agar bisa sejajar dengan Bella. Jari-jarinya menghapus air mata yang tampak mulai kering di pipi gadis itu.

"Nama kamu Bella?" Tanya Ryder, dan dijawab dengan anggukkan imut khas anak kecil.

"Siapa nama kekasih, Bella?" Tanyanya lagi, "Apa dia teman sekolah?"

"Namanya Farhel darwis. Dia teman sekolah dan juga anak pamannya Bella, kak" Jawabnya dengan wajah yang lucu. Setelah itu Bella berjalan pergi menuju kiasir, meninggalkan Ryder begitu saja.

Dari kejauhan Ryder melihat Bella mengambil uang dari tas kecil berbentuk micky mouse yang ia bawa, kemudian memberikannya pada kasir. Setelah menerima bunga-bunga yang telah ia bayar, Bella kembali lagi menghampiri Ryder yang masih bertahan di posisi semulanya. Bella memberikan 2 tangkai bunga mawar pada Ryder sambil berkata. "Berdo'a untuk Farhel ya kakak. Jika dia tidak sembuh Bella akan sangat sedih. Kami berjanji akan bersama-sama sampai sudah besar seperti kakak." Ucapnya polos dan pergi meninggal Ryder begitu saja seperti tadi.

Ryder mengerutkan dahi. "cinta masa kecil Yang lucu. Yang ku tau berpacaran dengan saudara sendiri itu sangat di tentang dan sangat tidak diperbolehkan di kalangan manusia. Tapi mereka masih anak-anak jika sudah besar nanti mereka pasti mengerti. Dan kupastikan mereka pasti geli mengingat masa lalu yang konyol itu." Ucapnya menggeleng sambil tersenyum melihat Bella dari dinding kaca yang akan menaiki sebuah mobil putih yang sedari tadi menunggu.

Flashback off.....

Saat di perjalanan pulang R5 sedang berbincang-bincang mengenai perencanaan mereka nanti malam untuk mencari sandi perak di Negara yang baru ditinggali mereka sekarang. Pencarian mereka sudah berlangsung 17 tahun namun sandi perak itu belum ketemu juga. Terkadang mereka sempat putus asa karna sampai sekarang sandi perak itu belum ketemu. Untung saja tubuh mereka masih terlihat remaja karena pertumbuhan mereka lambat, Tidak seperti manusia. Perbedaan waktu di bumi dengan dunia mereka sangatlah jauh.

"Sebenarnya peramal-peramal itu serius tidak? Tentang keberadaan sandi perak itu. Kalau menurut waktu di bumi kita disini sudah 17 tahun. Ternyata bumi cepat sekali tuanya." ucap Rawzora memecahkan keheningan.

Ryder mengangguk mengiyakan. "Benar, Buktinya dulu aku ketemu Bella dia masih kecil. Sekarang dia sudah sebesar itu."

Ruxe yang mendengar itu langsung tertawa mengejek. "tu kan kau ingat si Bella." Goda Ruxe yang sedang menyetir mobil. Entahlah dia memang memiliki kepribadian yang usil.

"Apa? Nyari masalah saja." gumam Ryder.

"Bersabarlah. Kita pasti ketemu sama pemilik sandi perak itu. Nikmati saja kehidupan kalian di Bumi. Jika kita sudah kembali ke Amoddraz, kita tidak akan merasakan hal seperti ini lagi. Kalian tidak akan merasakan menjadi orang biasa dan bebas. Kalian pasti terikat status sebagai pengurus istana, Begitu juga denganku, aku juga akan terikat statusku yang menjadi putra mahkota." Ucap Rayyen sambil melihat ke arah jendela. Dia duduk di bangku depan di samping Ruxe yang mengendarai mobil. Zora, yora, dan Ryder berada di bangku belakang. Mereka menuju apertermen mewah yang di tinggali mereka sekarang.

__________________

avataravatar
Next chapter