webnovel

Perasaan

Telah satu minggu sejak terakhir Irene dan Griss saling berbicara, gossip semakin beredar dengan kencang, bahkan ada sekelompok orang yang mencari bukti-bukti hancur nya pertunangan mereka…

Bel berbunyi tanda pertukaran kelas, di jam pertukaran kelas ini , para siswi dan siswa seangkatan bebas mengambil mata pelajaran apa yang ingin mereka pelajari, yang telah mereka kontrak pada awal semester, para siswi dan siswa dapat bertemu secara acak murid kelas lain di dalam pelajaran yang mereka pilih.

Edlert, Griss dan Irene memang mengambil mata pelajaran yang sama dari semester pertama…, dan.. secara sengaja atau tidak sengaja Lily juga mengambil mata pelajaran yang sama dengan mereka. lalu lalang di koridor begitu ramai karena pertukaran kelas, mereka berlarian dan berlalu lalang untuk segera masuk ke dalam kelas.

Edlert berlarian menuju kelas Irene untuk mengajak nya pergi bersama.., ia selalu tahu Irene tidak suka keramaian.. bisa di pastikan dia akan keluar kelas paling terakhir, dan benar.. dia baru saja membereskan tas nya dan berjalan keluar

" Ayo kita pergi bersama…, setelah ini aku ingin sekali makan di restaurant dekat sini yang baru saja buka…, aku mengajak mu untuk ke sana"

" Hm… aku harus melihat jadwal ku terlebih dahulu…, bukankah mengajak tunangan orang lain itu tidak sopan?"

" Kau yakin kau mempunyai tunangan?"

Irene terdiam sejenak…, benar juga …, apakah status ku masih bertunangan? Aku bahkan tidak tahu posisi ku sekarang apa? Siapa yang menjadi orang ketiga. Aku? Atau wanita itu? Kenapa aku terlihat seperti seseorang yang di campak kan di bandingkan mencampakkan pria tersebut? tidak ada yang boleh mencampakkan ku.. terutama laki-laki seperti Griss.., aku terlalu berharga untuk orang seperti diri nya.

Irene mulai merasa harga diri nya terinjak-injak, dan menyakitkan menyadari jika kenyataan nya.. diri nya memang di campakkan begitu saja.., layak nya permen karet.. yang di buang begitu manis itu hilang.., Irene menarik nafas ketika menyadari pemikiran nya sendiri.., permen karet… ,aku hanya seperti permen karet… , bukan aku yang menjadi permen karet.. tapi diri nya.. , ia mencengkram erat tali tas punggung nya " Yang memutuskan pertunangan ini berlanjut atau tidak adalah aku.." Jawab Irene tegas.., ada suara wibawa yang terdengar di setiap kata nya

" Kenapa kau masih melanjutkan nya.. jika kau mengetahui kenyataan nya..? ketika seseorang di samping mu saat ini lebih memperhatikan mu dan lebih baik dari nya.., datang lah pada ku?"

" Jika kau dapat mengungguli nilai pelajaran ku…, akan ku pertimbangkan untuk datang pada mu" Senyum Irene.. yang sudah tahu dengan pasti.. itu hal yang tidak mungkin Edlert dapat lakukan

" Kenapa? Kenapa? Kenapa? Di begitu banyak syarat yang bisa aku penuhi…, kau mengajukan hal yang paling aku tidak dapat lakukan?" Protes Edlert

" Karena aku tidak ingin memiliki tunangan bodoh lagi…, yang tidak dapat melihat sehebat apa tunangan nya.."

" di mata ku kau selalu yang terhebat…, no satu dalam pelajaran dan kekayaan.., rasa kepercayaan diri mu bahkan lebih mengangumkan, prinsip mu.. bahkan tak tergoyahkan sama sekali" Tawa Edlert.. ketika mendengar Irene

Karena itu… aku pantas untuk mendapatkan yang lebih baik dari Griss.., untuk apa aku merasa terganggu dengan hal seperti ini.., dan aku tidak boleh terganggu dengan perasaan tidak penting ini. Dari kejauhan terlihat sosok yang paling tidak ingin ia jumpai…, berjalan kearah mereka berdua..

Seminggu… selama seminggu dia tidak mendatangi ku…, Irene melirik Griss sejenak.. ketika mereka semakin dekat, dan menyadari jika lirikan tersebut bertemu dengan lirikan mata Griss, sementara Edlert menatap Irene.., ia berusaha membaca raut wajah Irene.. menebak-nebak apa yang di pikirkan wanita itu.

Apa yang akan kau lakukan Griss? Saat ini mata kita bertemu? Apa yang harus ku lakukan pada mu Griss? Mereka semakin dekat… semakin dekat.. membuat detak jantung Irene semakin cepat tapi menyakitkan, rasa cemas mulai menjalar di ujung jari tangan nya.., aku benci perasaan yang membuat ku terlihat lemah.

Mata kami bertemu…, dan kami masih saling menatap sembari berjalan dengan orang yang berbeda di samping kami…, apa yang harus ku lakukan pada mu Irene.., perasaan ku pada mu…hanya sekedar batasan sandiwara…,dan Lily telah kembali…, tapi kenapa mesti Edlert yang berada di samping mu? perasaan tidak rela jika lelaki itu Edlert….

Hanya beberapa langkah lagi mereka bertemu , jantung mereka berdua berdenyut menyakitkan.., Tangan Edlert dengan sengaja merangkul Irene di bahu nya ..tepat pada saat mereka berpapasan, dan Edlert tersenyum penuh kemenangan.

Irene memilih membuang muka saat mereka berpapasan, ia menatap lurus kedepan seolah tidak ada apapun yang terjadi, begitu pun dengan Griss yang ikut membuang muka saat Irene sama sekali tidak menatap nya.., ia merasa kesal melihat tersebut di tambah lagi senyum Edlert yang mengejek membuat nya semakin kesal.

Jadi itu reaksi mu…, baiklah Griss.. bukan hanya kau yang bisa bermain, Irene membiarkan Edlert merangkul diri nya.. dan " Owh… Edlert aku setuju untuk pergi kerestoran itu bersama mu" Celetuk Irene dengan suara sedikit lebih keras .. agar Griss mendengarkan nya.. dan berhasil..

" Bagus…, aku akan memesan tempat"

Griss menghentikan langkah kaki nya ketika mendengar perkataan Irene, ia menoleh menatap mereka berdua yang tetap berjalan.., rasa tidak nyaman itu datang.. entah kenapa rasa itu datang.. Griss memilih untuk terus berjalan.

" Griss.. kau tidak apa-apa?" tanya Lily

" Owh.. aku tidak apa-apa.. kenapa kau menanyakan itu pada ku?"

" Aku… aku tidak sengaja mendengar perkataan mereka.., jika kau dan Irene telah bertunangan…"

" benar.."

" Apa.. aku menjadi penganggu di antara kalian berdua…,jika memang begitu lebih baik kita jangan berdekatan lebih dulu"

" apa yang kau katakan? Bagaimana kau bisa menjadi penganggu.., kita sudah berteman sebelum dia hadir…, ku rasa dia akan mengerti.."

" Tapi dia hadir selama aku tidak ada.., kau yakin tidak ingin membicarakan nya baik-baik dengan nya.. aku merasa benar-benar tidak enak .. kau menjauhi nya karena dia tidak menyukai diri ku, kau selalu begitu Griss"

" aku akan cari waktu untuk berbicara baik-baik dengan nya.., dia akan baik-baik saja…, dia wanita yang hebat… banyak orang di sekelilingi nya.. dia bisa mengatasi dengan baik semua permasalahan.. dan lagi… seperti nya aku tidak di butuhkan…, dengan Edlert di samping nya.. siapa yang berani menganggu nya" Senyum Griss kecut.. menyadari jika ia tidak di perlukan " jadi kau tidak perlu banyak berpikir"

Irene dan Edlert memasuki ruangan kelas, Irene berhenti di depan kelas.. ia menatap bangku nya cukup lama..di mana aku harus duduk? Dulu nya.. Griss dan Irene duduk di meja yang sama di mata pelajaran ini.. dan sekarang? Apa yang harus ku lakukan?

" Kenapa kau tidak masuk?" Tanya Edlert yang berjalan di depan Irene

" Tidak ada…" Irene melangkah masuk dan duduk di bangku yang memang milik nya.

Griss dan Lily muncul setelah nya.., Griss menatap bangku milik nya.. tepat di samping nya ada Irene yang menduduki nya seperti biasa.., Griss menarik nafas panjang.. ini akan menjadi sangat canggung.., Griss tetap melangkah menuju kursi nya.., ini kelas campuran.. ia tidak mungkin meminta seseorang untuk pindah..

" Boleh aku duduk sini" Lily bertanya pada Edlert.., tepat di samping nya kursi kosong tak berpenghuni…, siapa yang berani duduk di samping Edlert

" Kenapa harus kau…?"

" Lama tidak berjumpa Ed" sapa Lily yang memang berteman dari kecil dengan lelaki ini dan Griss

" Kita baru berjumpa satu minggu yang lalu"

" Kau sama sekali tidak berubah.." Lily tersenyum lebar

" Kau tidak meminta pindah posisi dengan Griss? Bukankah kalian berdua sudah menempel sejak lahir?"

"Edlert.. kita kan besar bersama bertiga…, kita bahkan bermain pasir bersama.. kenapa kau masih bicara seperti itu ?"

"Bawaan lahir… sudah seperti ini" dan Lily tertawa kecil mendengar perkataan Edlert.

Griss duduk di sana.., menjaga jarak dengan Irene yang sama sekali tidak menatap nya. Mereka berdua hanya diam seribu bahasa, sementara Irene memangku kan kepalanya di tangan kiri nya, berusaha menutupi wajah dan pandangan nya dari Griss.. dan memilih focus pada pelajaran yang di terangkan.. ia sama sekali tidak berbicara sedikit pun

Griss bergerak kikuk.. seperti kepribadian nya.., ia sama sekali tidak dapat berkonsetrasi selama pelajaran berlangsung.. atau… sejak kapan dia berkonsentrasi selama pelajaran? Ia hanya berusaha mengalihkan perhatian dan perasaan kikuk nya ke pelajaran saja… diam-diam melirik kearah Irene..dan Edlert secara terang-terangan hanya memperhatikan mereka berdua tanpa menatap ke depan sama sekali.., lucu nya Griss yang berada di samping Edlert sama sekali tidak menyadari hal itu.. ia terlalu focus pada perasaan nya saat ini.

Teng.. teng.. teng…

Suara bel berbunyi , tanda pelajaran terakhir telah usai… Griss menarik nafas nya lega dan segera berdiri meninggalkan Irene dan menarik tangan Lily untuk berjalan keluar ruangan.., ia ingin cepat-cepat keluar dari ruangan tersebut.. berjauhan dari Irene.

Jederrrrrrrrrrrrr.....

Suara gemuruh terdengar di atas langit.., langit terlihat gelap .. tanda hujan akan segera datang. Griss menatap langit dengan cemas.. suasana hati nya terasa seperti langit hari ini. ia mengeluarkan payung milik nya.. walau hujan belum turun sama sekali

" Wow… kau bahkan membawa payung?" Lily terlihat kagum dengan persiapan Griss

" Aku melihat ramalan cuaca tadi pagi.. jadi membawa nya untuk berjaga-jaga"

Hujan turun rintik-rintik.. pelan.. pelan…

" Ya…, Edlert cepat lah.. kenapa kau lebih lama dari pada wanita?" Irene berteriak kepada Edlert yang masih tertinggal jauh dari nya.

Griss mendengar suara tersebut dan membalikkan badan menatap Irene yang sedang berlarian, di susul oleh Edlert di belakang mengejar nya.. mereka terlihat menikmati perlarian itu…

"Ya… kau bukan wanita biasa" Protes Edlert saat di katakana lebih lama dari wanita..

" Cepatlah.. kau tidak ingin ketinggalan bus dan juga basah kuyup kan?"

" Baik lah.. baiklah.."

Kapasitas hujan semakin besar…, air itu mulai membasahi baju Irene yang sedang menutupi kepala nya dengan tas ransel milik nya.., Griss masih diam di sana menatap Irene yang menikmati suasana saat ini. Irene semakin dekat dengan nya.. hujan pun semakin deras, Griss mengulurkan tangan nya.. dari area yang terlindungi payung besar milik nya… ia menarik tangan Irene saat wanita itu berlari melewati nya.

Irene tertarik dan berhenti…, menoleh kebelakang.. kibasan air dari rambut nya membuat nya terlihat sangat menarik… terlihat bagaikan scene dalam film bollywood di tengah hujan, yang seolah-olah membuat wanita menjadi sangat menarik di tengah hujan.

" Tunggu…" Akhir nya Griss memberanikan diri membuka suara, dan hanya di balas tatapan bisu oleh Irene

" Pakai lah payung ini? kau bisa berdua dengan Lily"

Irene memiringkan wajah nya untuk menatap Lily di balik badan besar Griss, dan kembali menatap Griss,

" Sebaik nya kau cepat ke sini Irene" Lily memanggil Irene dengan lambaian tangan nya

Irene menatap tangan besar Griss di lengan nya.. ia mengangkat lengan nya setinggi dada…, dan hujan menjadi sangat lebat menguyur tubuh Irene..,hingga basah kuyup. perlahan Irene menghempaskan tangan Griss.., membuat jantung Griss berdenyut denyut… " Aku tidak memerlukan nya…, bukankah ada orang yang lebih harus kau perhatikan?" perkataan Irene menyayat perasaan Griss yang terdalam.., Irene berlari meninggalkan Griss.. yang hanya bisa menatap lemah langkah kaki Irene

Kau berharap aku satu payung dengan wanita itu? Jangan harap!!!! Irene berlarian di tengah hujan dengan Edlert " Ya… gara-gara diri mu yang berlari lambat… aku harus ikutan basah kuyup"

Edlert merangkul Irene.. "Bukankah ini romantis?"

" lepaskan tangan mu dari bahu ku…, bahu ku bukan tempat menompang tangan mu"

" Tapi kau menikmati nya tadi…" Belum sempat Edlert menyelesaikan kata-kata nya, Irene telah menarik tangan Edlert dan membanting nya di lantai.

Edlert terjatuh dengan sangat kuat di lantai.. , percikan air terhempas kuat .. menampar wajah Irene.. yang membuat Irene harus mengusap wajah nya. Edlert langsung memasang pose dengan tangan kanan menompang kepala nya, dan kaki kiri nya di lipat.. berpura-pura dia baik-baik saja dengan lemparan itu.

" Tidak di ragukan lagi.. kau memang keponakan Jx , atlet bela diri" ia mengangkat jempol nya.. mengakui kemampuan melempar Irene yang menyakitkan

" kenapa kau masih berbaring di sana.. "

" Kita sudah terlanjur tertinggal bus.. kenapa tidak mencoba menikmati ini" Edlert memercikan genangan hujan kepada Irene.. tepat di wajah nya dan dibalas Irene dengan tendangan penuh air, mereka berdua tertawa sambil saling menyerang air hujan.

Griss menatap mereka berdua.., dan menatap tangan nya yang basah kuyup... bekas hempasan Irene

Kenapa makin ke sini , Author suka banget dengan Edlert...

kunyit_jahecreators' thoughts