webnovel

Bab 41

Citra melepas kepergian Raja dari balik pintu kaca toko Babah Liong dengan perasaan campur aduk. Ada sesuatu yang hilang dari ruang hatinya ketika Raja dan Sin Liong menaiki taksi menuju Bandara Jakarta. Namun ada juga adrenalin yang membakar rasa saat mengingat kepergian pemuda yang dicintainya itu demi dirinya. Citra tetap melambaikan tangan meski bayangan taksi itu telah sepenuhnya menghilang dari pandangan.

Kedasih menarik lembut lengan Citra. Mengajaknya masuk ke ruang Meta-Science. Mereka akan memantau perjalanan Raja dan Sin Liong dari sana. Babah Liong sudah mempersiapkan semua di dalam.

Sementara di taksi, Raja merasakan sebuah kegelisahan dan kesakitan yang aneh. Sebentar-sebentar keringat dingin mengucur dari keningnya. Sendi dan tulangnya juga terasa nyeri dan ngilu. Tapi itu tidak lama. Setelah merasakan kesakitan tak kurang dari setengah jam, tubuhnya kembali normal dan baik-baik saja. Namun tak urung hal ini membuat Raja terheran-heran. Sakit itu tiba secara mendadak dan menghilang juga secara tiba-tiba.

Sin Liong yang sempat menyaksikan Raja sangat gelisah dan nampak menggigil, menjadi terheran-heran saat tak lama kemudian Raja kembali normal dan seperti tidak ada apa-apa. Dia tadi sudah dibisiki oleh papanya agar mengawasi Raja secara ketat dan tidak boleh lengah sedikitpun karena Raja akan memasuki sebuah fase mengerikan yang sangat mengancam nyawanya.

Hanya saja Babah Liong tidak bisa menjelaskan fase itu kapan dan bagaimana. Sin Liong cuma diminta untuk terus melihat perubahan apapun yang terjadi pada tubuh atau perilaku Raja. Dan sepertinya itu tadi adalah salah satu gejalanya. Sin Liong menggeleng-gelengkan kepalanya. Urusan ini sangat rumit dan njelimet. Dunia masa kini yang banyak dijejali teknologi, bercampur secara dahsyat dengan wilayah metafisika yang di zaman ini dianggap mustahil dan tidak masuk akal.

Sampai mereka menaiki pesawat dan mulai meninggalkan wilayah udara Jakarta, Sin Liong tidak melihat hal aneh lagi yang terjadi pada Raja. Sin Liong meraba tasnya. Di dalamnya ada kain hitam pekat yang diberikan Babah Liong agar ketika sewaktu-waktu tubuh Raja mulai terbakar karena cahaya atau sinar lampu, maka Sin Liong harus segera menutupi seluruh tubuh Raja menggunakan kain itu. Sin Liong benar-benar berharap peristiwa itu tidak terjadi di muka umum karena hal itu akan memancing pertanyaan dan kecurigaan orang.

"Di Chongqing nanti, kita harus menyusup masuk museum dan menyamar sebagai petugas kebersihan Raja. Kita hanya punya waktu tak lebih dari 6 jam. Aku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Kau ikuti saja aku dari belakang dan jangan pernah jauh dariku."

Raja mengangguk namun diikuti juga dengan sebuah pertanyaan.

"Apakah tidak lebih baik salah satu dari kita menjadi pengalih perhatian pada saat melakukan aksi?"

Sin Liong menggeleng tegas.

"Tidak! Kita harus tetap bersama-sama sepanjang waktu. Terlalu berbahaya bagi kita jika terpisah. Oke?"

Raja menghela nafas dan mengangguk. Sedikit tidak paham kenapa Sin Liong bersikap agak keras kali ini kepadanya. Namun sudah disepakati sejak mula bahwa perjalanan kali ini dipimpin oleh Sin Liong sehingga Raja harus patuh terhadap kesepakatan itu.

Pesawat beberapa kali mengalami guncangan ringan hingga sedang. Cuaca sedang tidak bagus sehingga turbulensi sering terjadi. Penerbangan malam memang tidak mengenakkan. Raja merasakan kembali kekacauan pada tubuhnya seperti yang dialaminya tadi di jalan tol. Kepalanya mendadak menjadi berat, suhu tubuhnya mendingin secara dramatis, keringat dingin membanjir keluar tanpa bisa dicegah lagi. Tulang-tulangnya seolah lepas semua dari persendian. Rasa sakit itu luar biasa dahsyat sampai-sampai Raja tidak bisa mengeluarkan suara.

Sin Liong yang luar biasa terperanjat buru-buru meraih kain hitam dari dalam tasnya. Untunglah lampu di kabin pesawat sudah mati. Namun cahaya dari monitor yang menyala karena beberapa orang di kelas bisnis sedang asik menonton, terlihat samar. Sin Liong mengerti apa yang dimaksud dengan cahaya atau sinar sekecil apapun akan bisa membunuh Raja saat fase puncak itu terjadi. Dia melihatnya dengan mata kepala sendiri! Raja terlihat kejang-kejang seperti orang sekarat!

Tanpa pikir panjang, kain hitam ditutupkan mulai dari kepala hingga ujung kaki. Sin Liong tidak peduli melihat tatapan heran pramugari dan penumpang lainnya di kelas bisnis itu. Dia hanya meletakkan telunjuk di bibir lalu bangkit berdiri dan berbisik di telinga pramugari yang dengan wajah terkejut buru-buru menghampiri beberapa penumpang yang masih menonton sambil memberi penjelasan pelan kepada mereka.

Sin Liong tersenyum tipis di kegelapan. Bisikannya cukup ampuh. Semua layar monitor di seluruh kabin bisnis mati. Raja tidak lagi kejang. Tubuhnya melemas di kursi pesawat tanpa daya. Sin Liong memeriksa detak nadi pemuda itu. Sangat teratur dan normal. Namun badan itu terasa super panas! Sin Liong merasa seperti memegang bara yang menyala saat menyentuhnya tadi!

Sin Liong menunggu dengan hati tegang. Sepertinya saat inilah Puncak Reinkarnasi terjadi. Tidak ada lagi yang bisa diperbuat.

Sebuah guncangan kencang nyaris membuat Sin Liong terpelanting. Dia lupa mengenakan sabuk pengaman karena situasi yang begitu tegang menghilangkan fokusnya pada hal lain. Pesawat sepertinya masuk ke wilayah udara dengan awan Cumolonimbus yang sangat pekat dan terbentang secara luas karena guncangan itu kembali terjadi berkali-kali.

Pengumuman dari kokpit membuat Sin Liong tercekat. Aah! Mungkin karena inilah Raja mengalami puncak reinkarnasi!

"Para penumpang yang terhormat. Mohon agar segera kembali ke tempat duduk anda dan pastikan menggunakan sabuk pengaman. Kita sedang meninggalkan wilayah udara laut china selatan dan pesawat akan melintasi cuaca buruk untuk beberapa saat."

Meninggalkan laut China Selatan! Itulah kata kuncinya! Sin Liong membatin dengan yakin. Dugaannya mereka saat ini sedang meninggalkan batas wilayah Majapahit di zaman dahulu. Satu hal yang membuat proses menuju Puncak Reinkarnasi yang dialami Raja terjadi.

Guncangan berikutnya sangat keras. Meskipun sudah mengenakan sabuk pengaman, namun Sin Liong merasakan dirinya hampir terpelanting. Perutnya yang dililit sabuk pengaman terasa sangat sakit. Terdengar juga suara mengaduh dari sana-sini karena memang turbulensi itu luar biasa. Kelihatannya beberapa orang terluka di kabin belakang karena lampu kabin dinyalakan seketika dan beberapa pramugari nampak terburu-buru lari ke belakang dengan raut muka cemas. Turbulensi sudah berhenti. Pesawat berjalan dengan tenang. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Sin Liong menoleh ke kursi sebelahnya untuk memastikan Raja baik-baik saja. Sin Liong tertegun dengan wajah terbengong-bengong.

Raja memang baik-baik saja dan sudah menyingkirkan kain hitam dari tubuh dan kepalanya. Minum air mineral dengan santai sambil memutar-mutar sebuah cincin perak di jari tangannya.

Tidak ada sedikitpun perubahan pada diri Raja. Tidak juga lebih ganteng atau menjadi semakin jelek. Hal yang membuat Sin Liong bengong justru karena tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Raja seolah baru bangun tidur dan sekarang sedang rileks menikmati perjalanan. Padahal tadi jelas-jelas dia sekarat! Ya ampuun, apa sih yang sedang terjadi? Sin Liong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

* * * *-*