webnovel

Bab 42

Tidak ada apapun yang terjadi dalam sisa perjalanan hingga pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Chek Lap Kok. Raja dan Sin Liong turun dan menuju ruang transit karena mereka akan melanjutkan perjalanan dengan pesawat lain menuju Chongqing.

Raja yang tidak menyadari bahwa dirinya nyaris mati di pesawat dan telah mengalami Puncak Reinkarnasi tanpa disadarinya sama sekali, merasakan perubahan luar biasa pada beberapa hal. Tubuhnya terasa sangat ringan, dia bisa melihat dengan jelas bahkan dari tempat yang cukup jauh dari pandangan mata normal, dan telinganya menjadi sangat gaduh!

Suara percakapan orang-orang terdengar nyaring baginya seolah semua orang berteriak persis di gendang telinganya. Raja hampir panik. Jangan-jangan organ pendengarannya sudah rusak gara-gara proses reinkarnasi yang terjadi. Pemuda itu memejamkan mata. Berusaha berkonsentrasi memilah beragam suara yang masuk. Awalnya Raja menemui kesulitan. Kepalanya menjadi sangat berat harus mendengarkan berbagai macam suara yang merasuki telinganya.

Kemudian setelah berkonsentrasi penuh terhadap hal-hal yang hanya ingin didengarnya, Raja berhasil memilah secara tegas di pusat pendengarannya dan menyaring suara gaduh itu dengan jelas. Termasuk sebuah percakapan dalam bahasa Mandarin yang sangat menarik perhatiannya. Satu hal ajaib lagi yang sama sekali tidak disadari oleh Raja. Dia sama sekali tidak pernah belajar Bahasa Mandarin!

"Manuskrip itu sudah aman sekarang. Kita dikirim oleh Hoa Lie untuk menambah penjagaan di Chongqing. Dia khawatir ada orang yang akan coba merampasnya kembali. Sistem keamanan di sana sangat kuat. Hoa Lie hanya ingin kita menjadi matanya di Museum Tiga Ngarai. Setiap saat."

Raja terhenyak. Mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua orang sedang berbincang satu sama lain. Sulit untuk mengidentifikasi siapa yang telah berbicara tentang manuskrip tadi.

"Apakah menurutmu memang ada orang yang nekat mencoba mencuri Manuskrip itu dari Museum Tiga Ngarai yang keamanannya luar biasa itu?"

"Entahlah. Tapi menurut Hoa Lie, kemungkinan itu sangat besar. Ada satu kelompok yang mati-matian memburu Manuskrip itu agar bisa disatukan untuk membuka Gerbang Waktu."

"Aku tidak yakin mereka punya peluang untuk berhasil. Sistem keamanan di Museum Tiga Ngarai tidak kalah dengan Gedung Putih di Amerika."

"Yup! Aku punya keyakinan yang sama. Hanya saja Hoa Lie berpesan bahwa kita harus lebih waspada. Mereka bukan orang sembarangan. Bahkan menurutnya, ini akan banyak melibatkan hal-hal gaib dan supranatural."

Tidak terasa saking tekunnya mengikuti percakapan yang menarik perhatiannya itu, tanpa sengaja Raja berhasil memfokuskan diri untuk mencari sumber suara. Sudut matanya melihat dua orang lelaki berperawakan sedang namun tegap sedang duduk bercakap-cakap. Cukup jauh, tapi Raja yakin merekalah yang sedang membahas Museum Tiga Ngarai itu.

"Sin Liong, coba kau perhatikan 2 orang di sudut itu. Mereka suruhan seseorang bernama Hoa Lie. Aku curiga nama inilah titik biru yang kita lihat membawa Manuskrip hingga masuk negeri China dan menyimpannya di Museum Tiga Ngarai." Raja berkata pelan kepada Sin Liong yang langsung terhenyak mendapati kenyataan bahwa keberadaan dua orang yang dimaksud Raja itu cukup jauh. Tidak masuk akal jika Raja bisa mendengar percakapan mereka, apalagi di tengah riuh rendah suara-suara manusia yang di sana-sini terdengar seperti dengung serombongan lebah.

Namun tak urung Sin Liong memperhatikan juga kedua orang yang nampak bugar dan tangguh itu. Sebagai seorang ahli bela diri, Sin Liong tahu dua orang itu jelas memiliki kemampuan yang tinggi dari sisi martial art.

"Selain itu, apalagi yang mereka bicarakan Raja?" Sin Liong agak penasaran.

"Mereka ditugaskan khusus oleh Hoa Lie untuk ikut menjaga Manuskrip di Museum Tiga Ngarai. Hoa Lie memasang undercover guard selain sistem keamanan yang sudah terinstal resmi di sana. Dia sepertinya sangat khawatir Manuskrip itu sedang kita buru."

Sin Liong terbelalak heran. Bukan karena isi percakapan yang diceritakan Raja. Namun cara menjelaskan Raja yang seolah-olah sedang berada di samping mereka dan bisa mendengarkan kata per kata. Ini luar biasa! Sin Liong semakin penasaran.

"Raja, aku sedikit curiga dengan bule di pojokan yang sedang menelpon asyik dengan gawainya. Gelagatnya agak mencurigakan sedari tadi karena berkali-kali terus memperhatikan kita. Bisakah kau dengar apa yang sedang diperbincangkannya di telepon?"

Raja menggeser pandangan ke bule yang dimaksud Sin Liong.

"Yes. I am following them right now." Lelaki Kaukasian itu nampak mengangguk-angguk patuh.

"No worries. I am in the same flight with them towards Chongqing." Kembali suara lelaki itu bernada patuh.

"Yes sir. I will be very carefull so they do not notice that someone following them. Are they really dangerous sir?" Lelaki itu bicara sambil melempar pandangan ke arah Raja dan Sin Liong tapi buru-buru melengos setelah matanya bersirobok dengan mata Raja.

"Well again, do not worry. I will be accompanied by my colleagues that would be arrive later in Chongqing. Both of them local and very tough. I will get that piece of manuskrip for you, sir."

Raja sangat yakin sekarang. Dia mengetik pesan di gawainya kepada Sin Liong.

Lelaki Kaukasian yang kau sebut tadi memang benar mencurigakan. Dia dan teman-temannya juga sedang mengincar Manuskrip itu di Chongqing. Kita tidak sendirian berburu Manuskrip itu.

Sin Liong membaca dengan mata tak berkedip pesan Raja. Pemuda itu membalas.

Yup. Aku sudah yakin urusan perburuan Manuskrip ini akan lebih rumit dari sekedar membobol Museum Tiga Ngarai. Banyak pihak yang menginginkan Manuskrip itu. Kita harus mengolah ulang rencana yang sudah kita susun.

Raja sebenarnya ingin menjelaskan lebih lanjut kepada Sin Liong bahwa ada percakapan lain lagi yang tak kalah mencurigakan dan sempat ditangkap pendengarannya yang luar biasa tajam, namun pengumuman boarding membatalkan niat Raja. Saatnya menuju Chongqing dan memasuki pusaran kekacauan yang pasti akan terjadi di sana.

"Eh maaf ... maaf!" seorang gadis tinggi langsing dan cantik yang berjalan terburu-buru sambil menelpon lalu tanpa sengaja menabrak Raja dan membuat pemuda itu terhuyung nyaris jatuh.

Raja hanya menghela nafas dan mengangkat tangannya memberi isyarat semua baik-baik saja. Untuk apa sih begitu terburu-burunya boarding? Bukannya dia tidak akan terlambat dan ketinggalan pesawat?

* * * * **