webnovel

Bab 40

"Titik biru melanjutkan perjalanan dan hanya transit saja di Hongkong! Dia lanjut dengan Cathay Pacific CX 3262. Dari Hongkong tujuan Chongqing!"

Kedasih yang benar-benar antusias dan sama sekali tidak ingin merebahkan diri untuk beristirahat atau tidur, meloncat dari tempat duduknya. Sedari tadi dia terus mengikuti jejak titik biru yang berpendar kehijauan itu.

Tentu saja tidak ada yang menanggapi seruannya sama sekali. Semua orang sedang tenggelam dalam tidurnya di kamar masing-masing. Bahkan Babah Liong sendiri meski ada di ruangan Meta-Science, namun sedang terlelap dengan nyenyaknya di sofa panjang yang berada di sudut ruangan.

Kedasih tidak peduli. Dia benar-benar dalam dekapan adrenalin yang mengalir tak henti-henti di ruangan aneh ini. Jarinya dengan lincah mencari informasi tentang Chongqing. Matanya berhenti pada informasi penting yang ada pada layar. Hmm, pantas saja!

Kedasih tidak berhenti sampai di situ. Kembali mata dan tangannya sibuk di keyboard mengetikkan banyak perintah. Layar monitor bergantian menunjukkan judul dokumen environment, security, blue print. Kedasih menyimpan semua hasil hackingnya. Ini penting untuk Raja dan Sin Liong nanti.

Orang-orang masih belum muncul di ruang Meta-Science. Kedasih terus melakukan penelitian tentang Museum Tiga Ngarai. Semua hal detail dicarinya dengan seksama dari informasi publik di internet. Jika tidak mendapatkannya, Kedasih berburu di situs-situs pemerintahan dan fasilitas keamanan dengan melakukan hacking.

Titik biru kehijauan itu terlihat sudah berada di Chongqing. Berhenti lama di satu tempat sampai akhirnya 2 titik itu terpisah. Titik biru nampak bergerak sedangkan titik hijau statis di satu tempat. Hmm, bagian manuskrip itu telah disimpan di sebuah ruangan di Museum Tiga Ngarai. Kedasih membatin dengan senang. Setidaknya dia tahu persis posisi titik hijau itu berada. Sekarang dia harus mengeksplor itu ruangan apa dan tingkat keamanannya seperti apa berdasarkan hasil penyelidikannya tadi tentang environment, security, blue print.

Sebuah suara mengejutkan Kedasih yang sedang tekun sedang melakukan hacking kamera CCTV di Museum Tiga Ngarai.

"Wah, wah! Kau benar-benar tidak kenal lelah, Kedasih. Luar biasa!" Sin Liong muncul di pintu sambil menguap. Kedasih hanya menoleh sekejap dan melambaikan tangan menyuruh Sin Liong mendekat lalu melanjutkan kembali semua kesibukannya.

"Kau lihat, titik biru dan hijau itu telah terpisah. Orang itu telah meletakkan bagian manuskrip dalam sebuah ruangan di Museum Tiga Ngarai Chongqing. Titik biru itu melanjutkan perjalanannya ke Beijing dan kita tidak usah mempedulikan itu. Paling penting adalah ini, dan ini." Kedasih mengetikkan perintah.

Layar monitor besar menunjukkan video CCTV yang menyorot sebuah pintu. Pintu ruangan yang menyerupai brankas raksasa. Kedasih mengetikkan sesuatu lagi.

Blue print. Ruangan itu terletak di bagian belakang museum. Akses menuju ruangan itu cukup berliku. Harus melewati banyak ruangan museum lain.

Security. Sebuah daftar muncul di layar hasil hacking Kedasih tadi. Brankas sekelas The Legendary Swiss Vaults dengan pintu masuk ke dalam brankas raksasa tersebut menggunakan retina scanner, finger printer, dan DNA identifier, kemudian dilanjutkan dengan membuka kunci secara digital yang passwordnya berganti secara otomatis setiap 12 jam sekali. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengetahui password itu dengan menggunakan gawai khusus.

Tidak ada akses CCTV di dalam ruangan brankas. Namun Kedasih berhasil menelusuri jejak keamanan di dalam ruangan. Jika pintu brankas dibuka secara paksa, yang itupun cukup mustahil, maka mekanisme laser identificator akan segera berfungsi memicu alarm yang terhubung langsung dengan kantor keamanan museum. Dalam hitungan menit, ruangan dan brankas akan dikepung oleh lusinan petugas keamanan yang tangguh dan sangat terlatih.

Environment. Museum itu terletak di tengah kota yang sibuk. Jam berkunjung setiap hari kecuali hari Senin yang diputuskan libur dan tidak dibuka untuk umum, ditetapkan mulai pukul 09.00 dan ditutup pukul 17.00.

"Kesempatanmu menyusup masuk adalah pada hari Senin. Terjadi pergantian petugas jaga dan maintenance seharian di semua ruang museum. Kau lebih tahu harus bagaimana."

Sin Liong terperanjat mendengar penjelasan Kedasih. Jadi mereka tidak hanya akan pergi ke Hongkong? Tapi masuk lebih jauh lagi ke daratan China? Chongqing berjarak hampir 2000 km dari Beijing. Penerbangan langsung dari Hongkong ke Chongqing juga ada. Dia harus cepat menghubungi kenalan Babah Liong untuk segera mengurus visa masuk China buat dia dan Raja.

Raja dan Citra rupanya juga sudah terbangun. Kedasih dengan bersemangat bercerita tentang temuan-temuannya. Raja dan Citra nampak terperangah lalu saling berpandangan. Citra terlihat kembali diliputi kecemasan. China adalah negara besar dengan sejarah luar biasa besar. Semenjak dahulu menjadi episentrum pengetahuan. Obat-obatan, bela diri, magic, dan yang lainnya banyak bersumber dari negeri itu. Citra benar-benar sangat mengkhawatirkan keselamatan Raja. Pemuda itu mendatangi sarang harimau paling berbahaya.

"Jangan khawatir Citra. Aku akan pergi bersama Sin Liong. Setidaknya dia sudah hafal seperti apa kultur di sana. Jadi level bahaya bisa diturunkan karena aku bersama orang yang paham dengan situasi dan kondisi di sana. Bukan begitu, Sin Liong?" Raja bertanya kepada Sin Liong yang masih terpaku pada layar. Distrik Chongqing, hmmm.

Sin Liong agak gelagapan sambil memandang Raja dan Citra bergantian.

"A..aku tidak begitu paham seperti apa di sana. Aku pernah pergi mengunjungi China sewaktu kecil bersama Papa. Itupun hanya beberapa hari. Aku tidak betah dan minta pulang. Hahaha…" Sin Liong terbahak.

Citra terbelalak. Jadi 2 orang yang akan pergi ini sama sekali tidak punya pengetahuan apa-apa tentang China? Duh!

Babah Liong yang sudah terbangun dan menyimak percakapan, memberi isyarat kepada Citra agar mengikutinya keluar ruangan. Setelah berada di luar Babah Liong menutup pintu Meta-Science yang membuat orang-orang yang berada di dalam saling pandang bertanya-tanya. Sepertinya Babah Liong hendak bicara tentang sesuatu yang bersifat rahasia dengan Citra.

"Putri, aku tahu kau sangat mengkhawatirkan keselamatan Raja. Akupun sama. Negeri China adalah sumber dari segala sumber ilmu. Raja dan Sin Liong akan masuk ke lingkungan yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan."

"Iya, Babah. Aku sangat cemas sekali. Apalagi Raja belum sampai ke puncak reinkarnasi. Kemampuannya hanya tergantung pada Cincin Maung yang ada dalam tubuhnya dan itu tidaklah cukup." Citra berkata dengan lemas.

"Nah, itulah yang hendak aku katakan kepadamu Putri. Puncak Reinkarnasi Raja akan sampai tepat saat purnama bulan ini. Itu menurut perhitunganku. Dari petang hingga puncak purnama terjadi, Raja akan bergumul dengan kesakitan yang teramat sangat. Dia akan menjadi manusia paling rapuh yang bahkan terkena sinar lampu saja akan terbakar. Jika kejadian itu terjadi tidak dalam pengawasan kita, aku tidak yakin Raja akan sanggup melewati setengah malam yang mengerikan itu." Babah Liong merenung lama setelah berkata.

Citra terperanjat bukan main! Seburuk itukah proses Puncak Reinkarnasi itu terjadi?

"Lalu apa yang harus kita lakukan Babah? Apakah kita tunda dulu perjalanan mereka ke China?" Wajah Citra nampak sangat pucat pasi.

"Itupun juga tidak mungkin Putri. Kemampuan monitor titik hijau akan hilang beberapa hari lagi kecuali jika didekati kembali oleh salah satu dari Raja atau dirimu. Kita tidak pernah tahu, pada saat kita kehilangan kemampuan mengawasi, Manuskrip itu dipindahkan lagi oleh mereka. Dan kita bisa kehilangan jejak selamanya."

Raut muka Citra seolah semakin tidak berdarah.

"Jadi?"

Babah Liong menggeleng-gelengkan kepala dengan kalut.

"Mau tidak mau memang mereka berdua harus berangkat segera. Sebelum titik hijau itu meredup dan pudar."

* * * *