31 Bab 31 Kambuh

"Baiklah, jika ibu menginginkannya kenapa tidak?" ujar Wan Lie menyusul langkah ibunya.

***

Tiba-tiba hal tak terduga kembali terjadi. Fu Xie Lan yang merasa bahwa kondisinya sudah membaik seketika jatuh terduduk di lantai depan kamarnya, ia meringis kesakitan, tubuhnya diselimuti panas yang membakar, segel yang ada di tubuhnya kembali bereaksi.

Wan Lie seketika panik menyaksikan ibunya, buku-buku yang ia bawa tidak lagi bertengger tenang di tangannya dan jatuh berhamburan di lantai. Ia segera berlari mendekati ibunya yang merintih kesakitan. Wan Lie mengulurkan tangannya dan mencoba mentransmisikan mana yang ada di dalam tubuhnya untuk meredam rasa sakit yang ditimbulkan segel yang mulai memenuhi tubuh ibunya.

Satu menit...

Dua menit...

Tiga menit...

Tidak berhasil, apa yang ia coba lakukan tidak membuahkan hasil. Ibunya tetap kesakitan. Peluh dan wajah Fu Xie Lan yang sudah berubah warna menjadi pucat membuatnya ingin berteriak frustasi.

Tidak, ibunya membutuhkan mana yang lebih besar untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa detik ia berperang dengan dirinya sendiri, ia tidak ingin meninggalkan ibunya saat sedang seperti ini, namun keadaan benar-benar memaksanya untuk segera bergerak meminta pertolongan. Tetua Bao dan tetua Chen, setidaknya hanya itu orang yang ada di pikirannya sekarang.

Tanpa menunda lagi, ia segera beranjak. Dengan perasaan panik, takut serta khawatir ia meninggalkan Fu Xie Lan setelah memebawa tubuhnya ke tempat yang lebih nyaman, tempat tidur.

Fu Xie Lan yang ditinggal sendiri meringkuk kesakitan, salah satu tangannya terkepal erat dengan tangan yang lain mencengkram bantal, sudut bubirnya mulai mengeluarkan darah karena mengginggitnya tanpa sadar  akibat menahan rasa sakit. Rasa panas yang memenuhi tubuhnya terus meningkat membuatnya berpikir bahwa beberapa detik lagi mungkin tubuhnya akan meledak, peluhnya mengalir deras, napasnya terengah-engah dan sangat lemah, kesadarannya mulai memudar, namun masih bisa ia pertahankan. Ia tidak ingin mati, ia harus bertahan.

Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang.

"Wa..Wan Lie, to...tolong," akhirnya ia berhasil mengeluarkan suara meskipun hanya berupa bisikan setelah menahan rasa sakit, pandangannya yang mulai mengabur tak dapat lagi melihat jelas  sosok yang sekarang beranjak ke arahnya.

Fu Xie Lan mencoba menyentuh sosok itu untuk dijadikan pegangan namun berakhir dengan sebuah cengkraman, lalu menarik surai abu-abu pria itu yang menjuntai sebagai akibat dari rasa sakitnya yang luar biasa, membuat pria itu sedikit terkejut. Sedikit rasa bahagia terpancar dari dalam hatinya karena wanitanya menyentuhnya, ya walaupun tindakan itu tidak bisa dikategorikan sebagai menyentuh.

"Tenanglah, sekarang ada aku Queen," ucap pria itu berbisik lembut.

Seketika mana dengan jumlah besar menyelimuti tubuh Fu Xie Lan, perlahan namun pasti segel itu memudar dan tampaklah kulit polosan Fu Xie Lan, tetapi sebelum itu terjadi, ia tidak lupa untuk memasang penghalang agar mana besar yang ia keluarkan itu tidak diketahui oleh orang lain.

Fu Xie Lan merasakan perubahan pada tubuhnya, sakitnya berkurang, hawa panas yang sebelumnya seperti membakar tubuhnya kini perlahan menjadi sejuk, ibarat seseorang yang berkelana di gurun pasir tiba-tiba mendapatkan sumber mata air yang sangat banyak. Sangat nyaman dan itu membuat matanya terpejam menikmati perubahan itu. Akibat tubuhnya sangat lelah dan energinya terkuras habis karena sakit di tubuhnya, rasa kantuk yang sangat dahsyat menderanya, tanpa membuka mata ia berusaha kembali berbisik mengucapkan terima kasih pada sosok yang ia kira adalah Wan Lie.

"Terima Kasih, Wan Lie," dan tertidur.

"Tampaknya pria lain mencoba merebut posisiku di hati wanitaku," pria itu tersenyum menyeringai kemudian merogoh sesuatu dari saku celananya, sebuah kalung dengan liontin ruby yang sangat indah.

"Kalung ini akan melindungimu untuk sementara dari rasa sakit akibat segel di tubuhmu." Mengenakan kalung ke leher jenjang Fu Xie Lan dengan sangat berhati-hati.

"Sedikit lagi Queen, sampai mereka berdua menemukan persembunyian penyihir hitam itu, aku sudah tidak sabar untuk segera memusnahkan mereka dan kembali bersatu denganmu," ucapnya menatap sendu sambil sesekali mengusap lembut pipi Fu Xie Lan.

"Bersabarlah Queen, aku akan berusaha untuk tetap menjagamu dan mencari cara agar segel di tubuhmu bisa hilang," ucapnya lagi yang lebih seperti berkata pada dirinya sendiri.

Sebelum meninggalkan ruangan itu, ia mengecup kening Fu Xie Lan sangat lama, meskipun sesak dan tidak ingin, ia harus tetap menjauh dan menjaga jarak dengan ratunya. Semua ini ia lakukan untuk keselamatan ratunya.

.

.

Beberapa detik setelah kepergian pria itu, sosok Wan Lie, Huang Bao, dan tetua Chen memasuki ruangan dengan tergesa-gesa.

Menyaksikan ibunya sudah dalam keadaan normal dan tidak kesakitan lagi seketika membuat lututnya lemah tak mampu lagi menopang tubuhnya, ia jatuh terduduk di lantai tanpa ia sadari, menghembuskan napas lega karena akhirnya ibunya kembali baik-baik saja.

"Tuan muda, apa yang sebenarnya terjadi?"

Mendengar pertanyaan yang sepertinya berasal dari Huang Bao, Wan Lie hanya diam, duduk mematung, menatap Fu Xie Lan. Ia tidak lagi peduli dengan panggilan orang tua itu untuk dirinya, Wan Lie sudah berkali-kali mengingatkan mereka untuk tidak memanggilnya tuan muda namun si tua itu masih sering saja melakukannya.

"Nak, apa yang bisa kami bantu?" tanya tetua Chen, bingung. Beberapa saat yang lalu, putra lord itu panik seperti orang kerasukan dengan mimik khawatir tergambar jelas di wajahnya. Huang Bao juga memiliki pemikiran yang sama, saat ini mereka sama sekali tidak bisa menemukan benang merah atas tindakan putra lord itu.

"Paman, paman kecil, apakah ada cara agar segel di tubuh Ibuku bisa menghilang?" Wan Lie memulai bersuara, menatap kedua pria tua itu bergantian dengan wajah yang sangat tidak bisa dibilang baik, karena perasaannya yang kacau ia sampai melupakan bahwa apa yang ia katakan membuat kedua tetua itu tenggelam dalam jurang kebingungan yang sangat dalam.

"Ibumu? tapi..."

"Ah maksudku gadis ini, Fu Xie Lan. Apakah ada cara menghilangkan segel di tubuhnya paman?" Potong Wan Lie segera karena menyadari kesalahannya.

Tatapan pemuda itu seketika membuat kedua tetua merasa tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak, putra junjungan mereka menatap mereka dengan perasaan seperti meminta pertolongan, sedang mereka tidak tahu harus berbuat apa, membuat keduanya saling menatap frustasi.

"Nak, apa maksudmu? Apakah segel itu kembali ber...."

"Benar paman, beberapa saat yang lalu segel itu kembali bereaksi pada tubuh gadis itu," ucapnya kembali memotong.

"Tapi bagaimana bisa?" Kedua tetua mengalihkan pandangannya ke sosok Fu Xie Lan yang sedang terlelap seperti tidak pernah terjadi apa apa padanya.

avataravatar
Next chapter