webnovel

Rumahku Istanaku.

Rencana untuk berlibur selama satu Minggu hanya dilakukan tiga hari. Gerombolan yang dipimpin Sarwenda telah merusak rencana liburan itu. Yuna tidak mengerti mengapa Sarwenda bisa berada diantara para iblis dan menjadi pemimpin mereka. Ia akan menanyakan hal itu pada Ahi esok hari, karena malam itu mereka berdua terlalu lelah. Pertempuran dengan para iblis itu menguras tenaganya, karena ini adalah pengalaman pertamanya menggunakan ilmu yang diwariskan Aki Kamajaya. Ia pun masih bertanya tanya mengapa mereka berdua memiliki cincin batu biru half heart. Yuna tertidur karena rasa kantuknya tak tertahankan. Ia teramat lelah dan malam itu tidurnya tak dihiasi mimpi satupun jua.

Sesampainya di rumah Ahi membiarkan Yuna segera menuju kamar tidurnya. Ia paham kalau Yuna lelah dan bingung. Setelah mandi dan meminum segelas air putih hangat ia menuju kamar membaca. Diambilnya daun lontar kuno peninggalan kakek buyutnya. Ia telah membaca semua informasi tentang adanya sepasang cincin batu biru half heart namun asal usul cincin tersebut tak tertera disana. Ia ingat bahwa kakeknya adalah seorang peneliti benda benda kuno, " Pasti kakek menyimpan arsip tentang cincin cincin tersebut" pikir Ahi. Ia mulai mencari diantara buku buku yang ada di ruang baca namun hasilnya nihil. Ia menggigit bibirnya, duduk di sofa sambil mengingat-ingat kata kata terakhir kakeknya." Cucuku, kakek terobsesi untuk membuka rahasia dari cincin peninggalan kakek buyutmu. Ada beberapa tulisan kuno dengan huruf Palawa, gambar sepasang manusia dan cincin ini ternyata memiliki pasangan. Tahu kah kau cucuku... pemilik cincin yang sama adalah pasangan sejati". Kakek menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan penelitian.

"Kakek berikan cincin ini untukmu, meski kau masih berusia lima tahun. Cincin ini dijadikan bandul kalung...dan kakek telah menyelesaikan tulisan mengenai benda benda bertuah termasuk cincin ini...namun informasinya sangat beresiko, karena mereka sangat pandai bertransformasi sebagai manusia. Cucuku...ini kuberikan padamu" Ahi teringat pada sebuah buku dengan gambar bintang di sampulnya. la menepuk keningnya, berusaha mengingat tempat buku itu disimpan. Saat usianya tujuh tahun kakek pernah mengajaknya bermain kapsul waktu,

" Kita simpan semua hal yang penting di kotak kapsul waktu ini" kata kakek waktu itu. Ahi kecil menarik kain celana panjang kakeknya," Ya, cu?" Kakek menghentikan menggali tanah.

" kotaknya kalau dikubur nanti hancur, kek" katanya, kakek tersenyum ia menggendong cucunya dengan penuh kasih sayang. " Cucuku yang pandai...kakek sudah pikirkan itu...lihatlah, kotak ini terbuat dari bahan yang tak akan berkarat. Jadi, semua harta kita ini akan aman dan kamu bisa membukanya dua puluh tahun dari sekarang" Ahi saat itu sangat senang,

" Kakekku memang ok banget" Ia menunjukkan jempol kecilnya. Kakek menurunkan cucunya dan mereka menggali tempat penyimpanan itu bersama. Ahi terharu mengenang kasih sayang kakeknya dan ia berusaha mengingat lokasi galian yang mereka buat saat itu. Dan ia benar benar melupakannya! Tak mampu mengingat lokasi galian ia memutuskan untuk beristirahat dan tidur.

Keesokan harinya, Ahi dibangunkan oleh aroma yang menggiurkan, secangkir kopi luwak dan nasi goreng kegemarannya. Nasi goreng seafood

Ia bergegas mandi, karena hari itu ia masih cuti maka ia hanya memakai kaos dan celana hawai. Ia segera menuju dapur dan melihat Yuna sedang membalik telur dadar. Wajahnya merah jambu karena panas dari kompor dan uap yang ditimbulkan oleh masakan. Ia terlihat cantik dan manis, tampaknya rasa letih telah terobati, " Selamat pagi, cinta....nyenyak tidurmu tadi malam?" sapa Ahi. Yuna menoleh kearahnya, membalas sapaannya dengan bibir mengerucut." Ga usah gombal, Mr. Barbarian pemalas. Lihat matahari sudah terbit sejak tadi" ujarnya berpura pura jutek. Ahi menghampiri dan mengelus kepala gadis itu. " Aku tidur terlambat tadi malam, ada beberapa hal yang harus kutemukan diruang baca, setelah ku ingat ingat lagi kami membuat peta, lalu aku menyimpan peta itu di...." Ahi tiba tiba saja menjentikkan jarinya. " Yuna, ayo pergi ke kamarmu" katanya gembira. Yuna mematikan kompor, mengangkat telur dadar dan meletakkannya kedalam piring ceper.

" Tuan besar Ahi, sarapan dulu ya'" kata Yuna menjawab kalimat Ahi, tapi Ahi tak mau menunggu ia menarik tangan gadis itu berjalan menuju kamarnya.

" Kau tahu ...di kamarmu ada meja hias berukir ...itu peninggalan nenek buyut, dan meja hias itu adalah hadiah dari kakek buyutku untuknya" sambil berjalan terburu buru ia bergumam." Aku meletakkan dalam laci rahasia di meja hias itu" senyumnya sangat sumringah, Yuna hanya mengikuti dibelakangnya tak tahu apa yang dimaksud Ahi. Sesampainya dikamar Yuna ia segera menghampiri meja hias terebut. Ia meraba dasar laci meja hias itu lalu menekan tombol tersembunyi. Dari dasar laci tersebut terbuka ruang lain dan disana ada selembar kertas yang telah menguning.

"Aha, akhirnya...ternyata ingatanku cukup tajam". Ia mengambil kertas tersebut. Yuna penasaran pada kertas itu dengan rasa ingin tahu ia merebutnya dari tangan Ahi,"Sebuah peta?"tanyanya.

" Dengan peta ini kita akan temukan rahasia dari sepasang cincin half heart " kata Ahi. Yuna memandang Ahi dengan sorot mata tak percaya dan lelaki itu mengangguk,"Aku menyimpan buku hasil penelitian kakek didalam kotak kapsul waktu, aku dan beliau menguburnya bersama ...agar tak lupa saat aku dewasa maka kami membuat peta ini. Aku menyimpannya dilaci rahasia meja hias nenek". Rasa bahagia terpancar dari wajahnya membuat penampilannya semakin mempesona. Yuna bertanya dalam hati "Apakah malaikat tampilannya seperti lelaki ini" wajah tampan, tubuh atletis dengan kulit khas lelaki Indonesia. "Ayo, cintaku, kita mencari lokasi kapsul waktu" ia berdiri dari duduknya di kursi meja hias. Yuna mengikuti langkah kaki Ahi yang lebar dan bersemangat. Mereka menuju halaman belakang rumah. Dalam Peta tertera kompas penunjuk arah," Arahnya sedikit miring kearah barat" Ahi memperhatikan peta dengan seksama. "Gelas gelas kaca dengarkan suara siapa diriku ini... ayah aku tak punya ibupun tak punya siapapun aku tak punya" Ahi bergumam Yuna tertawa. Lagu lawas dijadikan kode peta. "Hei, jangan ketawa ...bantu pecahkan kode ini" Yuna melihat sekitarnya dan terpaku pada satu pohon kedondong, hanya satu satunya pohon sejenis, tak ada lainnya.

" Pohon itu sendirian...lokasinya disekitar itu" Ahi meringis, "Ada ada saja kode kakek mentang mentang penggemar Cristin Panjaitan" ia mengacak rambutnya melanjutkan membaca peta. "Ada kodok dipinggir kali dua langkah lagi aku disini" mereka saling memandang. " Ealaaah... kode apaan ini" bersamaan mereka tertawa.

" Lihat ada kolam didekat pohon itu dan... ada arca kodok." Mereka membawa linggis dan cangkul kearah arca itu dan Ahi melangkah dua langkah dan hendak menggali saat Yuna menghentikannya. "Tunggu sebentar Ahi, ini kan langkah kakimu waktu kecil, pasti tidak disitu, setidaknya disini". ujar Yuna mengingatkan, Ahi menggaruk kepalanya. "Ok, Princess ku" katanya dan mulai menggali. Setelah satu meter kedalaman galian mereka menemukan kotak itu. Dengan gembira mereka mengambil kotak kapsul waktu dan membawanya kedalam rumah. Belum tiga puluh menit mereka meninggalkan tempat itu sesosok iblis menyamar sebagai satpam mendatangi tempat itu. Ia menghendus seperti anjing pelacak, lalu melolong panjang dan dengan irama yang unik.

Didalam ruang baca Ahi membuka kotak kapsul waktu dan menemukan benda benda masa kecilnya. Sebuah mobil mobilan Hot wheel, boneka beruang kecil yang dekil, dan sebuah buku dengan gambar bintang disampulnya.

" Ini dia yang kita butuhkan" kata Ahi.

Ia membuka halaman pertama dan membaca ulasan dari kakeknya. Selanjutnya daftar isi, dalam daftar isi tertera sebuah sub bab" a half heart ring". Ahi dan Yuna duduk di sebuah sofa dan membaca bersama.

Next chapter