webnovel

PPL Story

Pertemuan Visya dan Adit ketika PPL ternyata membuat keduanya terjebak dalam hubungan rumit yang berkepanjangan. Mereka bertemu dan mulai mengenal satu sama lain ketika harus menjadi satu tim PPL di SMP Nusa Bakthi. Bahkan hubungan mereka tampak sangat dekat. Intensitas pertemuan setiap hari di sekolah itulah yang menjadikan mereka sangat dekat. Hal tersebut tentu saja disadari oleh teman-teman setim mereka. Awalnya Visya merasa biasa saja dan menganggap Adit sebagai rekan setimnya, namun perlahan seiring berjalannnya waktu Visya pun sedikit baper pada Adit. Tentu saja karena Adit yang kelewat perhatian pada Visya. Wajar kalau Visya jadi baper. Disatu sisi, awalnya Reynan hanya ingin bermain-main dengan Visya. Tetapi dia justru yang jatuh cinta pada Visya. Adit akhirnya ingin mengakhiri acara main-mainnya dan ingin serius pada Visya. Waktu itu, ketika PPL hampir berakhir, Visya izin selama seminggu karena harus mengikuti pekan ilmah mahasiswa nasional. Kebetulan Visya dan timnya menjadi salah satu perwakilan kampus. Oleh karena itu Visya izin. Selama Visya izin, banyak hal yang terjadi. Akankah Visya dan Adit bersatu? Visya yakin jika Adit memang takdirnya maka entah bagaimapun ia pasti akan kembali, begitu pula sebaliknya.

Indah_Sari_2781 · Teen
Not enough ratings
3 Chs

Wajah Baru

Malam ini adalah malam di mana aku dan Nini akan bertemu dengan rekan PPL kami. Aku menjemput Nini di indekosnya lalu kami berdua bergerak menuju lokasi tempat janjian.

"Benar di sini Ni?"

"Iya kok kalau menurut lokasinya. Aku ngikutin petunjuk maps."

"Ya udah kita masuk yuk!"

Aku dan Nini masuk ke dalam cafe, kami berdua mencari rekan-rekan kami. Tetapi karena kami tak mengenal mereka membuat kami sedikit kebingungan. Kami berdua mengedarkan pandangan ke segala arah untuk mencari orang yang kami cari. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk, dia memberitahu kalau dia menggunakan kemeja navy dan saat ini dia telah melihat kami berdua. Aku pun langsung mencari seseorang dengan ciri-ciri tersebut. Benar saja dia tengah menatap ke arah kami. Lalu aku mengajak Nini untuk menghampiri seseorang itu. Saat berjalan ke arah seseorang yang kutahu namanya Rio itu Nini berbisik padaku.

"Beneran dia Sya?"

"Kita tanya saja nanti, semoga saja benar."

Kami berdua saat ini sudah di depan cowok yang kami kira Rio ini. Kami bertanya untuk memastikan dan syukurnya dia benar Rio. Rio mempersilakan kami duduk karena dia bilang yang lain masih di jalan. Meski agak canggung kami bertiga mulai berkenalan. Toh pada saatnya nanti kami akan satu tim dan bertemu setiap hari. Jadi tentu kami harus mulai mengakrabkan diri. Tak berselang lama beberapa anggota tim kami yang lain juga mulai berdatangan. Kami juga langsung berkenalan satu sama lain.

"Kurang dua orang lagi nih, gimana kalau kita pesan makanan dulu?" ujar Rio

Kami semua setuju dan menyebutkan pesanan masing-masing. Tiba-tiba ada dua orang datang menghampiri kami dan mengucapkan permintaan maaf karena terlambat. Kami memaklumi dan menanyai mereka untuk memesankan makanan. Ambil menunggu pesanan kami datang kami berkenalan secara lengkap. Kini kami berempat belas sudah saling memperkenalkan diri. Kami berharap kedepannya kami akan menjadi tim yang solid.

Tim kami ini terdiri atas tujuh program studi. Rosa dan Iren dari prodi pendidikan matematika. Aku dan Nini dari prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Tina dan Rita dari prodi pendidikan seni tari. Rio dan Zul dari pendidikan jasmani dan keolahragaan. Santi dan Mita dari prodi pendidikan bahasa Inggris. Vicky dan Adit dari prodi pendidikan seni rupa. Widia dan Keke dari prodi pendidikan seni musik.

Dengan latar belakang yang beragam itu tentunya dibutuhkan rasa toleransi yang tinggi. Semoga tim kami ini bisa menjadi tim yang kompak. Setelah perkenalan yang cukup panjang ini akhirnya pesanan kami datang. Kami pun mulai menyantap makan malam ini dengan diselingi obrolan-obrolan ringan.

"Sya, kamu diliatin sama Adit tuh." Bisik Nini.

"Nggak ah Ni, udah ah jangan gitu mending lanjut makan!"

Nini tak membahasnya lebih lanjut dan melanjutkan makannya. Begitu pula denganku, aku tak mau memikirkan omongan Nini yang menurutku mengada-ada.

***

Kami saling berpamitan karena acara sudah selesai. Aku mengantar Nini pulang terlebih dahulu baru setelah itu aku pulang. Sesampainya di indekas aku langsung merebah tubuh di atas ranjang. Hari ini cukup melelahkan juga ternyata. Meski lelah aku tak bisa langsung tidur karena harus mulai mengerjakan tugas yang sebentar lagi dikumpulkan. Setelah merebahkan diri beberapa menit tiba-tiba ada notifikasi masuk ternyata aku dimasukkan ke grup PPL. Setelahnya aku bangun untuk mengganti baju dan menambil wudu untuk menunaikan salat isya. Selepas salat aku membuka laptop dan menyiapkan beberapa buku sebagai referensi. Aku membuka buku agendaku untuk melihat cara pengerjaan tugas ini. Setelah itu aku membaca buku-buku referensi dan menandainya. Kemudian aku mulai mengerjakan tugas tersebut. Untuk mencari tambahan referensi aku juga menggunakan internet untuk mencari jurnal, artikel, maupun buku elektronik.

Tak terasa sekarang sudah tengah malam, aku menyudahi pekerjaanku dan membereskannya. Aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu aku memakai krim lama lalu bersiap untuk tidur. Baru sekitar lima menit aku memejamkan mata, terdengar suara ketukan pintu. Aku bangun dan menuju pintu utama, ternyata temanku baru pulang.

"Makasih ya Sya, aku lupa bawa kunci."

"Iya, ya udah selamat istirahat ya! Aku balik ke kamar dulu."

Aku kembali ke kamarku dan bersiap untuk tidur. Tak lupaku untuk membaca doa supaya senantiasa terjaga ketika aku tidur. Pukul 03.00 pagi aku terbangun karena mendengar alarmku berbunyi. Aku beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudu dan menunaikan tahajud setelahnya. Aku membuka Al-Qur'anku untuk kugunakan mengaji. Setelah itu karena hari masih dini hari aku kembali untuk tidur dan kembali bangun pukul 05.00. Segera aku menunaikan salat subuh lalu melanjutkan aktivitas rutinku setiap pagi. Karena hari ini hari minggu, setelah aku selesai mencuci baju aku segera bersiap untuk berbelanja sayuran, lauk-pauk dan bumbu-bumbu dapur.

Sebelum aku keluar Mbak Dini menanyaiku.

"Mau belanja Sya?"

"Iya Mbak, Mbak Dini mau nitip sesuatu?"

Mbak Dini dengan senang menyebutkan titipannya. Aku pun mencatatnya di HP sambil mengulang titipan Mba Dini. Lalu Mbak Dini memberikan uang padaku untuk membeli pesannya tadi. Setelah itu aku mengeluarkan motorku dari garasi dan memanasinya sebentar.

Sekitar sepuluh menit kemudian aku sudah sampai di sebuah warung sayur yang sudah ramai oleh ibu-ibu yang berbelanja. Aku pun langsung mengambil bahan-bahan yang kubutuhan dan juga pesanan Mbak Dini tadi. Setelah antre beberapa menit kini aku tiba di kasih untuk membayar belanjaannku. Setelahnya aku kembali ke indekos. Sesampainya di indekos aku langsung menata belanjaan di kulkas tetapi sebelum itu aku membersihkannnya terlebih dahulu. Sekarang tingga beberapa bahan saja yang kusisihkan karena akan aku oleh menjadi makanan. Tiba-tiba Mbak Dini datang, dia bilang mau membantuku jadi kami berdua memasak bersama. Sekitar 45 menit kemudian masakan kami telah siap. Lalu aku dan Mbak Dini beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi kami berkumpul di meja makan untuk sarapan, begitu pula dengan penghuni indekos ini. Suasana persaudaraan kami memang begitu hangat, hal ini dikarenakan kami sudah tiga tahun lebih bersama. Kami telah bersama-sama bahkan dari indekos yang sebelumnya, jadi wajar kalau kami sudah seperti keluarga. Apalagi di Indekos ini hanya diisi empat orang jadi serasa rumah sendiri. Kami memang tinggal seatap dengan bapak dan ibu pemilik indekos tetapi hubungan kami juga sama baiknya. Beliau sangat peduli terhadap kami dan sudah seperti keluarga sendiri pula.

Hari minggu seperti ini memang kami biasa ngumpul di indekos, maklum karena biasanya kami memiliki kesibukan masing-masing yang mengakibatkan jarang bertemu meski satu atap. Kami berkumpul di ruang santai untuk menonton acara televisi pagi sembari ngobrol. Ini adalah kebiasaan minggu pagi kami. Berbeda lagi jika hari sudah beranjak siang, kami mulai berkutat dengan kegiatan masing-masing. Ya, itulah sedikit cerita tentang keluarga kecilku di perantauan ini.