22 [20] Buta Hati [1]

"Jika RINDU adalah sebuah DOSA ,

pastilah aku jadi MANUSIA pertama yang dimasukkan TUHAN ke NERAKA.

Karena RINDUKU padamu seluas ALAM SEMESTA, Tak bertepi! "

______Sebulan setelah pertemuan terakhir dengan Nita dan melewatkan satu hari penuh kenangan yang mengisi lembaran putih catatan hidupku dengan tinta yang merenda indah wajahnya yang ayu, rambut ikal sebahu, mata yang hampir bundar, senyuman dilesung pipi tipis, pelukan hangat penuh rindu dan bibir indah merekah di Bromo kala itu. Semua masih tergambar jelas diotakku.

Entah, malam ini aku benar-benar merindukannya. Kadang aku bahkan merasa seperti aneh ketika melihat sorot lampu motor menerpa wajahku saat duduk di trotoar depan Warung Cak Pon. Aku langsung menoleh melihatnya. Dan berharap itu Nita.

Apakah cinta ini sudah membuatku jadi gila? Atau itu hal yang wajar dan dialami setiap orang yang sedang rindu akan kehadiran kekasihnya?

Entahlah.... Gadis itu benar-benar telah membuatku jatuh cinta sejauh ini. Kuakui, dia berhasil menebar jaring pesonanya dan mendapatkan perhatian dan hatiku.

Berdy dan Sigit datang berbarengan, membawa motor sendiri sendiri dan parkir di depan tempat ku duduk di warung Cak Pon.

"darimana Ber? "

" rumah Sigit,, kamu sendiri al? " balas Berdy bertanya sambil duduk disebelah.

" cak pon! " jari telunjuknya diangkat. Sigit memesan es teh. Cak Pon paham.

" iya Ber, Punto katanya mau kesini! "

Tak lama Punto yang anak SMA swasta menyusul naik motor sendirian dia. Ya.. Soalnya Punto berbadan tambun, 1oo kilo lebih katanya. Gak kuat kalo buat boncengan motornya.

Punto memesan kopi lalu duduk berjajar dibangku kayu panjang disebelah ku.

"gimana Ber.. Jadi kapan ke Tuban.. Pengen main Dipantai " Tanya Punto membuka obrolan senja itu

" rencana bulan depan Pun, Ike mau syukuran ulang tahun.. Tumpengan" Berdy menjelaskan dan aku mendengar obrolan mereka dengan seksama. Ikut senang pastinya. Bakalan seru!

Ketemu Nita lagi.

Ingin rasanya segera mengabarkan hal ini, meskipun aku belum tahu kepastian hari keberangkatanya. Sudah membuatku senang saja mendengar nama Kota itu disebut,

Tuban, Aku akan menjenguk mu,

Mengobati luka rindumu..

Sampaikan pada yang Terkasih..

Usah Risau..!

_____Gatot dan Nanang baru saja datang boncengan, aku sedang memperhatikan mereka berdua parkir disebelah motor Punto, ketika hampir bersamaan dari arah berlawanan sorot lampu sebuah motor menarik perhatianku, menepi dan juga parkir di samping trotoar tapi agak ke utara warung cak Pon. Iga nampaknya, dan satu lagi.?

"Kristin..???? " Sedikit terkejut aku waktu itu. Ngapain dia malam malam kesini? Iga dan Kristin berjalan mendekati kami yang lagi duduk.

" Kristin al! " Ucap Gatot yang juga baru datang. Aku menolehnya sebentar.

" al.. " Iga menyapa.

" eh.. Ga, kris, da pa, kok malem, mau beli bebek cak pon ? " tanyaku sambil mengulurkan tangan pada mereka berdua.

'main,, gak boleh?" jawab Iga sedikit sewot tapi langsung senyum.

"nggak gitu, cuman tumben aja main kesini" aku senyum sambil mengalihkan pandangan. "kris.. Apa kabar.. Dari mana? "

" baik al..dari rumah Iga, tros kesini, Kamu gimana? "

Cak Pon nyeletuk dari dalam warung sambil menyiapkan soto pesanan Nanang sama Sigit . " hayo aldo..! " tertawa beliau.

Aku menoleh dan Kristin tersenyum mendengar ucapan Cak pon. Aku paham maksudnya, aku yakin Kristin juga mengerti.

" duduk disini apa didalam? " tanya ku.

" sini aja al, banyak angin, seger " jawabnya sambil mulai duduk.

" iya ga sini aja, enak sambil liat motor lewat hehehe " celetuk Gatot. Kami tertawa.

"ini lo al.. Kristin minta ditemani kesini, dari kemaren sebetul e.."

"Nampak wajah Kristin sedikit memerah.

"enak ya tempat nya.. Pinggir jalan.. Depan sekolah lagi..! " ucap kristin mengalihkan perhatian.

"iya.. Kamu pesan apa.. Kopi, teh es jeruk atau aku?"  godaku disambut riuh temen temen.

Kristin nampak semakin salah tingkah. Betapa tidak. Dari tatapan matanya malam itu sepertinya dia masih memendam keinginan itu. Rasa untuk menjadi pacarku. Tiga tahun lalu, dan sampai hari ini belum kuijinkan pintu hati ini menerima nya.

Namun dia begitu gigih mempertahankan rasa itu. Sampai saat ini, sampai malam ini.

Salut  Kristin, Aku masih menghargai nya.

Tapi maaf,.. belum untuk saat ini. Aku masih mencoba menepati janjiku pada Riak laut disana! Ku harap kamu mampu memahami nya.

Kami terlibat percakapan yang seru saat itu. Kristin nampak menikmati malam itu, bersamaku dan teman temanku. Pecah sekali suasana malam itu karena ada Gatot yang selalu bisa mengisi rongga kosong setiap obrolan. Dan teman teman yang lain,

Mereka sangat menerima kehadiran kristin dan iga. Begitupun sebaliknya.

Kami menghabiskan beberapa waktu berikutnya dengan mendengar alunan gitar yang dimainkan Nanang bergantian sama Regik.

Masih setia dengan lagu dewa 19,sheila on seven, Slank dan grup band top lainnya kala itu. Tapi entah kenapa ketika menyanyikan lagu band Slank - Anyer,... Aku sedikit terbawa perasaan.

Pada bait :

"... MALAM INI.. KEMBALI SADARI AKU SENDIRI.. GELAP INI... KATA HATI HARUS TERPENUHI.. "

---[SEBULAN KEMUDIAN] Pagi itu kami sudah berada dititik kumpul  basecamp PONZ crew seperti yang sudah direncanakan malam sebelumnya. Ada lebih banyak motor yang parkir disana. Ya kali ini lebih banyak yang ikut,  Punto juga dengan model rambut " gimbal" nya ala Bob Marley.

Hahahaha... Hidup rasta masta !

Motor mulai dihidupkan, gas dimainkan dan deru knalpot modifikasi yang mengeluarkan suara keras memecah keheningan pagi itu mulai meninggalkan basecamp.

"ATI ATI YA DIJALAN! " Lagi, pesan cak pon agak keras dari trotoar depan warung sambil memperhatikan kami yang mulai meninggalkan basecamp satu persatu dengan teriring senyum dan doa.

" IYA CAK PON! " teriak sebagian kami.

Motor Berdy yang memboncengku memimpin lima motor lainnya. Perjalanan panjangku menjemput impian sudah dimulai! Hati yang sejak kemarin malam mulai gundah dan mata yang enggan terpejam kini tercerahkan. Seperti dahaga yang menemukan mata airnya. Teriring wajah wajah ceria anak remaja menyambut takdirnya. Bebas, lepas  menurutkan hati!

Dan kami kembali menyusuri jalan beraspal dibeberapa desa dan kota yang pernah kami lewati beberapa waktu lalu. Pemandangan bergantian disuguhkan alam semesta.

Rindang pohon dan terik surya mengiringi tubuh dan jiwa jiwa muda yang suka akan pendewasaan.

"NGOPI DULU! " Teriak Berdy sambil menoleh belakang. Yang lain ikut menepi didepan warung yang pernah kami singgahi.

Bersama teman yang menyandarkan persahabatan pada perasaan dan keinginan yang sejalan. Dan hati ini yang kembali terasa lebih hidup dari hari kemarin.

Hati yang lebih tenang dijanjikan bertemu pujaan. Hati yang begitu bahagia di pandu pada kekasih terCinta.

NITA! Sebentar lagi aku akan datang mengetuk pintu rumahmu. Dan jangan lupa untuk tersenyum! Aku kangen kamu!

[Hampir Tiga Jam Perjalanan]

Rombongan motor kami mulai memasuki Kabupaten Tuban. Gapura selamat datang dengan warna cat putih dan tulisan hitam itu masih sama menyambutku seperti terakhir kali aku melihatnya.

"gimana Ber, mampir gak? "tanya ku.

" MAMPIR DULU!! " Berdy setengah teriak, dan kami memutuskan berhenti dulu dipantai dan pastinya disambut hangat oleh Punto.

Seperti sebelumnya. Dan kamipun menepikan motor disamping warung dari bambu dengan cat putih yang sudah usang.

Teman teman mulai berhamburan kepantai, berlari, tertawa dan menendang air laut yang hendak singgah ke pantai. Melemparkan batu karang yang terbawa ombak ketengah laut.

Punto yang habis membasahi rambutnya dengan air laut berjalan menuju warung dan memesan kopi. Duduk di geladak bambu disebelah Berdy yang merebahkan tubuhnya sambil memperhatikan yang lain dari jarak.

"kopi apa es teh.? " Punto menawarkan. Aku melepas jaket jeans lalu kulempar ke stang motor yang kuparkir depan warung.

" teh aja Pun... Tadi kan udah kopi disana! "

Punto mengibas bagian bawah pinggulnya. "lumayan jauh al.... Panas pantatku"  ujar Punto sambil nyengir. Aku dan Berdy yang mendengar ucapannya pun tertawa.

" iya Pun, Berdy tuh sering, udah kebal pantatnya hahahaha! " imbuhku, kami tertawa lagi.

" habis ini kita ke rumah didik aja al, istirahat dulu disana, isoma! " ucap Berdy memutuskan istirahat di rumah Didik, temannya yang dulu pernah kita datangi, baru nanti malam habis maghrib ke rumah Ike pacar Berdy,baru kerumah Nita. Begitu rencana awal disusun.

Aku sengaja gak telpon Nita kali ini, mau kasih kejutan aja. Gantian...!!  Pasti senang dia. Biar Nita juga merasakan dikejutkan kekasih hati yang selalu dibawanya dalam doa dan mimpi. Seperti aku dulu waktu Nita mengejutkanku malam itu.

Biarkan Nita juga merasakan sensasi nya.!!!

[sejam kemudian] Rombongan yang dipimpin Berdy itu mulai menaiki dan menyalakan mesin. Deru suara knalpot motor yang mulai dihidupkan menghapus suara deburan ombak dipantai itu. Tas berisi gitar kembali ditempatnya. Dipunggung ku.

"udah... Gak da yang ketinggalan ? " tanya Nanang pada yang lain.

" sudah, semua!! " Koko dan Gatot menjawab kompak. Dan motor bergantian meninggalkan jejaknya dipasir. Jejak langkah kaki dan jiwa anak remaja beranjak dewasa yang sedang mencari jati diri. Mendewasakan pemahaman.

Jajaran motor kami yang parkir depan rumah Didik menarik perhatian ibunya yang segera membuka pintu dan berdiri memperhatikan kami yang mulai berjalan mendekat.

"Assalamualaikum bu, didik ada? "

" masyaallah, iya walaikum salam, ada ber lagi tidur bentar ibu bangunkan " beliau tersenyum, kami memperkenalkan diri.

" ayo duduk dulu, biar ibu buatkan minum, kalian pasti haus baru nyampek! "

Aku mengambil duduk diteras. " ndak usah repot bu, saya es teh aja!. Hahahaha! " sahut Gatot seperti biasanya. Ibu Didik dan kamipun tertawa kompak mendengar candaan sore itu. Gak masalah, ibunya Didik sudah mengerti sifat Gatot, kan udah pernah kesini.

Tak lama Didik keluar dari dalam membawa minum juga cemilan kacang kulit ."kok gak ngabari dulu Ber?" sambil tangannya menyalami satu persatu "Didik."

'gak apa, enak gini dik, santai aja! " jawab Berdy. Dan kami mencicipi makanan yang disuguhkan.

Setelah istirahat dan membersihkan tubuh dari keringat, lepas maghrib kami mulai melewati jalanan kota mau ke rumah Ike. Dan konvoi motor kami menarik perhatian sebagian orang. Betapa tidak....

Menurutku, Tuban termasuk kota yang lebih sepi dibandingkan tempatku. Sehingga konvoi motor seperti ini tentu saja sesuatu yang jarang terlihat, disana waktu itu.

Dan itulah yang kami harapkan. Ego anak Remaja yang merasa Aku.

Ketika kami lewat dijalan dua lajur dengan pembatas tengah lampu jalan, Tiba tiba Gatot berteriak.

"AL, ITU TADI BUKAN NITA?" Gatot mendekat disisi kanan motorku. Dia menoleh ke jalur sebelah.

"MANA TOT? "tanya ku mengikuti tatapan mata Gatot. Yang lain masih penasaran.

" TAPI BONCENGAN SAMA COWOK KELIATANNYA AL! " ucap Gatot masih dengan nada agak keras.

" IYA TA TOT, DIKEJAR AJA! " saran Berdy yang di jok belakangku.

" YA DAH AYO PUTAR JALUR AJA DIDEPAN, TUH!! " ajakan Gatot kuikuti, berputar dijalur putar balik juga oleh yang lain. Aku penasaran. Benarkah..??

_________________

2o112o

avataravatar
Next chapter