webnovel

PONZ crew

Sebuah kisah saja! Dari sebuah perjalanan panjang seorang pemuda belia usia yang bergelut dengan hati dan takdirnya. Ada cinta dan marah, ada sahabat dan kekasih! Ada hati dan raga yang menyatukan dua hasrat.

Jatisanyoto_77 · Realistic
Not enough ratings
29 Chs

[21] Buta Hati [2]

[Siang Saja Hanya Meninggalkan Panas, Menyentuh Kulit Ari. Malam Pun Sama, Cuma Membawa Gelap Dan Gulita, Bukan Resah.

Tapi CINTA?

Dia Menyanjung Dibalik Perih, Tersenyum Disisi Pedih Dan Merindu Membawa Sembilu!]

____

"YAKIN KAMU ITU NITA? " Tanyaku pada Gatot.

" IYA AL, YA KAN AKU JUGA TAU WAJAHNYA,..A... ! " Balas Gatot dengan nada keras.

Gatot akan melanjutkan omongan , tapi gas motor sudah kugeber lagi lebih kencang, mencoba mengejar motor yang ditunjuk oleh Gatot tadi sambil sesekali mata ku melihat setiap kendaraan yang lewat dijalur seberang. Tak berkedip.

"ITU.!AL! " Teriak Gatot seraya menunjuk sebuah motor didepan kami sekitar beberapa meter.

Sinar lampu jalan yang remang membuatku masih ragu. Tapi dari jaket yang dikenakan perempuan itu, aku pernah melihatnya. Sam persis. Helm juga. Rambut?  Ya, Bisa jadi!

Kutambah gas motor berusaha mendekati motor didepanku yang melaju pelan itu. Kusejajarkan lajunya perlahan dari samping kanan seraya terus memperhatikannya.

DAN,...

BENAR,... Gak salah lagi apa yang kulihat kali ini. Perempuan yang sangat kukenal meskipun aku melihat dari samping wajahnya itu sedang melingkarkan tangannya pada seorang pemuda yang memboncengnya. Dan tangan lelaki itu memeganggnya.

Nampak mesra dan terlihat mereka sedang bercanda. Seperti ku dulu...!!!

Dan yang semakin menampar wajahku adalah, aku mengenal lelaki yang membonceng Nita, wajahnya tak asing meski telah lama tak bertemu.

ANTOK ....!!!! 

Kakak kelas SMP, yang kala itu juga menaruh hatinya pada Nita dan sempat kutahu memberikan surat buat Nita waktu dilorong deretan kelas tiga.

"NITAA!!! " Aku memanggil namanya dengan nada yang lantang

Nita menoleh ke asal suara yang menyebutkan namanya.

Dan sama.. Terkejut!, sangat amat terkejut melihat mataku sedang menatap matanya lekat. Dan raut muka Nita seketika berubah pucat dan bingung. Ekspresi senang dan canda yang tadi sempat kulihat berubah tegang dan sunyi. Beberapa detik yang terasa begitu lama mencekam penglihatan dan hatiku.

Nita masih melihat wajah dibalik helm teropong yang kini sedikit kuangkat setengah. Sebagian wajahku kini terlihat olehnya. Dan itu sudah lebih dari cukup buat Nita untuk tahu siapa pemuda yang sedang dilihatnya, menatapnya tanpa kedip.

"ALDO??? . " matanya terbelalak, seraya melepaskan rangkulan tangannya pada pinggang Antok.

Pemuda yang bernama Antok itu juga memperhatikan ku dengan tatapan yang datar. Raut ketidaksukaan.

Panas tubuhku menyuruh tanganku mengepal ketika melihat Antok menggantikan posisi ku,diatas motor... dipeluk Nita.

"ALDO!.. " Dia cuma menyebut namaku lagi. Aku mengalihkan pandanganku. Nita sepertinya masih bingung akan berkata apa, saat helm teropong kuturunkan dan motor ku pacu meninggalkannya dan Antok.

Dan satu-satunya hal yang ada dipikiranku waktu itu adalah rumah Ike, kesanalah motor kuarahkan. Berdy, Gatot, Punto dan yang lain mengikuti dibelakang.

"ALDOO!!!! "

Entah siapa yang berteriak memanggil namaku, sepertinya Berdy. Tapi tak kuperdulikan sama sekali. Gas kupacu semakin kencang dan mataku hanya fokus pada jalan kearah rumah Ike.

Dan pastinya hatiku benar benar kacau saat itu. Tak tau apa yang sedang kupikirkan, hanya ingin menjauh dari gambaran wajah itu. Wajah yang dulu begitu kurindu dan kunantikan. Kini seperti menyayat dan merendam dalam larutan garam. Perih! membuatku tak mampu mengatakan bagaimana perasaanku malam ini. Habis sudah kosakataku.

Betapa tidak!, sebelum berangkat menuju rumahnya tadi aku sudah membayangkan wajah Nita akan terkejut melihat kedatanganku. Kemudian tersenyum meyambutku seperti biasanya dan menggenggam tanganku. Lalu aku memeluknya, begitu bahagia.

Tapi semua anganku itu salah. Ternyata Dia yang berhasil mengejutkanku dengan berboncengan mesra bersama Antok. Bercanda, tersenyum, dan memegang tangannya. Seperti yang biasa Dia lakukan ketika bersamaku.

Darahku seperti mendidih, adrenalin terpompa begitu cepat ke otaku. Dan denyut jantung tak terukur, hampir meledak mungkin melihat semua adegan yang terpampang jelas dimataku.....

Hufff...!!!!

"gimana al.. " tanya Berdy saat aku sedang memarkir motor didepan rumah Ike.

" hajar aja udah!!! " gatot menambahkan dengan raut kesal.

"berangkat ta al..?"  Punto menyela ucapan Gatot. Raut wajah mereka nampak kesal. Pastinya, karena mereka temanku.

" gimana al?? " Tanya Nanang sambil masih duduk diatas motornya.

" ga papa Nang, nanti aja ku selesaikan, Sekarang kan acara ultah Ike.. Gak enak nanti.!"  Jawabku berusaha menenangkan yang lain agar tak terpancing emosi. Aku mengajak teman teman masuk ke rumah, Berdy berdiri diteras sama Ike yang melihatku.

"maaf Ke, aku jadi ngrepotin kamu, gak enak ganggu acaramu "

" iya al, gapapa, kamu urus dulu aja masalahmu sama Nita " saran Ike. Aku menundukkan kepala. Berusaha menutupi kegundahan meski pasti Ike tau." duduk dulu al! " lanjutanya.

" iya Ke, makasih! "

Baru saja mau kusandarkan punggungku ke kursi.

" Nita tuh al! " Punto yang duduk di kursi sebelah menepuk bahuku sambil melemparkan pandangan ke arah motor yang baru saja parkir depan rumah Ike.

Dia turun dari motornya dan berjalan menuju ke arahku. Aku segera menghampiri nya sambil melempar pandangan ke teman teman yang juga melihat padaku.

"aldo..!!! " Nita ingin memelukku. Namun tangannya ku tepis.

'maafkan aku al.. Biar kujelaskan..! " ucapnya sambil terus ingin memegang tanganku yang berusaha kuhindarkan.

"apa yang mau kaujelaskan lagi Nita? Jelas sudah semuanya!! Terlalu jelas bahkan..!! "

" bukan al.. Bukan seperti itu..!! " imbuhnya berusaha menyampaikan sesuatu. Namun aku tak memberi nya kesempatan.

" lalu.. Seperti apa Nita, apa masih belum jelas, bahkan olehmu ? " tanya ku mulai gusar terbawa perasaan ." apa perlu kau tanyakan pada teman teman yang juga melihatnya?" Aku sebentar mengarahkan pandangan ke teras. Semua yang ada disana melihat kami.

" aku...aku a... " ucapan Nita terbata di buru linangan airmata nya.

" apapun yang kau mau katakan.. Aku sudah tak ingin mendengar nya Nita..! " jawabku yang saat itu bahkan tak tahu lagi apa yang kurasakan.

" pulanglah.. Kembali pada antok, jika itu memang yang bisa membahagiakanmu!! "

Nita menangis semakin jadi. Wajahnya yang ayu kini tertutup jemari lentik yang dulu sering kali kuciumi.

Hatiku mulai luluh, emosi yang tadinya berapi sekarang mulai mereda. Sebenarnya akupun sedih saat itu. Tak tega melihatnya menangis. Seperti dulu... Aku teringat, Empat tahun yang lalu tangisan pertamanya ketika mulai melepaskan kepergianku kembali pulang..

Namun sekarang lain....! Saat ini aku tak lagi mau menerima deraian airmata Nita. Dadaku tak mau lagi menjadi tumpuan kesedihan nya.!!

"maafkan aku aldo.. " ucapannya disela isak yang tertahan.

" sudah Nita! "

" aku mencintaimu,, hanya saja mas antok selalu ada disaat aku berkeluh.. Dia sering datang..!" Nita masih mencari pembenaran, dan itu hak dia. Aku menghargai nya. Karena memang mungkin apa yang kulakukan selama ini belum cukup untuknya.

" ya Nita... Aku paham, tapi apa itu cukup kau jadikan alasan untuk melakukan nya dibelakang ku? " Kembali emosiku memuncak ketika nama Antok disebutnya.

"  aku menyesal kenapa kamu gak pernah bilang kalo antok sering datang?, Aku selalu percaya padamu  dan kamu mengkhianatinya Nita!"

"maafkan aku al? "

" tak ada manusia yang mau dikhianati, Begitu pun aku! " tangan kiriku memegang bahunya.

Nita masih tersedu mendengar ucapan ku.

"sudah Nita.. Hapus air mata mu..itu tak bisa mengulang waktu.. Kuantar pulang, sudah malam.. Nanti ibu mencari mu"

" tapi al..? " tangan Nita masih mencoba menahanku yang akan membalikkan badan beranjak mengambil jaket disandaran kursi dan minta Gatot menjemput ku dirumah Nita.

Pikiran ku benar benar kalut, pikiran anak remaja yang dihadapkan pada kenyataan bahwa kekasih yang selama ini dicintai nya, telah menusuknya dari belakang.

Berikutnya Nita sudah dijok belakang motorku sambil masih menghapus sisa airmata nya.

Perjalanan ini begitu hening..Sepi sekali.! Selain karena memang saat itu sudah malam. Tapi juga tak ada canda tawa dan gurauan mesra disana.

'aldo..?? Boleh kupeluk? " wajahnya sedikit ke belakang telingaku. Aku cuma diam. Nita kali ini ijin, tangannya mulai perlahan bergerak melingkar dipinggangku, akhirnya kubiarkan Nita memelukku. Yang terakhir kali!!

Yah...

Kali ini beda.. Pelukan yang berbeda namun dengan tangan yang sama.

Seperti hambar..sebagian ragaku seakan tak mengizinkan . Tak rela!

Entah bagi Nita.

Dulu...

Pelukan ini begitu kurindukan. Bahkan aku kadang memimpikan nya.

Dulu...

Dekapan ini begitu membuat ku nyaman. Teduh, dan... Begitu bahagia.

Dulu kami menyusuri jalan beraspal dikota ini sambil tertawa lepas.

Saat ini aku melewati nya dengan kehampaan....tak ada lagi semua rasa itu. Kini

Hilang.... pergi tak ada yang tau.!!

Motor kuhentikan depan pagar. Suara knalpot motor ku disambut ibunya Nita yang sudah berdiri diteras.

"kok malam.. Dari mana?

" rumah ike bu " jawab ku.

" kamu knapa Nita? " ibunya memperhatikan wajah Nita sambil mengerutkan kedua alis.

" gapapa bu! " Nita berusaha menutupi, tapi aku yakin ibunya tahu.

" hemmm, ya dah kamu selesaikan, kalian kan udah besar! " ibu Nita juga menatapku.

"iyah bu" Lalu sebentar kemudian berlalu  kedalam mendengar jawabanku.

'sudah Nita,. Tugas ku selesai mengantarmu pulang... Gatot udah nunggu.. "

Mataku melihat Gatot yang parkir agak jauh dari kami, mungkin dia paham ingin menjaga privasi.

" tapi aldo... Kumohon.. Beri aku waktu " Nita masih menahan jaket ku. Kali ini lebih erat.

Aku berusaha melepaskan nya, namun Nita tetap tak mau.

"  sudah Nita.. Cukup!!" suara ku agak keras. Aku sudah tak mau lagi berlama lama disini.

Kata kataku itu akhirnya membuat Nita mau melepaskan genggamanya.

Dan kembali menutup wajahnya, karena sepertinya ia tahu. Kali ini takan mampu menahan ku lagi!!

" Terima kasih sudah menerimaku, sudah pernah menjadi bagian hidupku , dan terima kasih untuk semuanya.. Aku pulang Nita.. Jaga dirimu!! aku pamit...!" tanganya masih berusaha meraihku.

Akupun berlalu tanpa lagi menengok ke belakang!!  Karena aku takut itu akan melemahkanku melihatnya menangis.

Entah apa yang terjadi dengan Nita kala itu aku sudah tak mau lagi perduli. Mataku hanya melihat ke Gatot yang juga melihatku.

Gatot memboncengku,.. Aku terdiam dan ia pun paham.

"langsung pulang aja nanti Tot.. Gak usah nginap " Gatot cuma diam.

Kami kembali ke rumah Ike. Disambut banyak pertanyaan oleh Ike dan teman teman.

Malam itu aku langsung bertolak pulang.

Kami memutuskan tidak jadi menginap dirumah Didik.

Seperti nya teman teman ku juga tak mau lagi aku berlama lama dikota ini. Mereka paham.

Kota yang pernah mengantarkanku meraih puncak kebahagiaan. Kota dimana aku, Nita dan teman teman pernah menjadi bagian dipasir putihnya.

TUBAN,

Aku pamit!, kali ini aku benar-benar pamit.

Aku harus pergi meski dengan hati yang luka malam ini. Aku meninggalkan mu dengan rasa kecewa disakiti kekasih.

Namun aku juga berterima kasih padamu atas semua kebahagiaan yang pernah kausajikan.

Pantai mu, yang dulu mengiringi langkah langkah kecil kami ketika menapakkan jejak.

Ombak mu, yang selalu setia menghias setiap mataku dan matanya memandang sambil tersenyum.

Anginmu, yang pernah membelai rambut ikal sebahu itu dengan lembut.

Panas mentari mu, yang selalu menyemangati raga raga yang lelah akan perjalanan.

Dan terima kasih telah menjaga Nita dengan baik.. Sampai saat ini!.

"AKU PERGI..!!  TAK KAN KEMBALI!! " Teriakku dalam hati.

Dijok motor yang dikemudikan Berdy, kembali malam ini aku melihat kebelakang pada Gapura Selamat datang di Kabupaten Tuban yang berbentuk setengah lingkaran itu untuk terakhir kalinya.

[Biar kuabadikan menjadi sebuah catatan perjalanan hidup dan cintaku.]

_____________________

2o112o