21 [19] Pasir Gunung Bromo

Sedang nongkrong di Cak pon. Regik, teman lain kelas baru aja datang membawa gitar sama Punto, anak SMA lain. Gatot menyambut dan langsung memberikannya padaku.

"kopi jahe cak  pon!! " regik memesan kopi favorit nya sambil duduk disamping ku.

"gimana al,Kapan ke Tuban lagi.. Mo ikut"

"belum tau gik.. Nunggu Berdy aja"jawabku singkat.

'ikut aku kalo jadi.. " Punto menyahut sebelum memasukan nasi bebek ke badannya yang gede, diatas rata-rata.

" iyalah pasti kukabari! " jawabku sambil mulai memetik senar gitar memainkan lagu Dan, sheila on seven.

Setengah jam berlalu, sebuah motor terlihat menepi agak jauh dari tempat kami duduk. Aku memperhatikan.

Seorang perempuan membuka helmya dan berjalan di trotoar. Mendekat ke arah kami.

Sinar lampu warung perlahan mulai menerangi wajahnya..

"NITAAA!! "

Hampir saja kulempar gitar dipangkuan saat itu.Sangat amat terkejut...!

Aku bergegas menyambutnya. Menatapnya sekejap sebelum kedua tanganku memegang bahunya, kudekatkan, kudekap, erat, seperti tak peduli bila dekapan itu bisa menghentikan nafasnya. Nita pun sama. Beberapa detik kubiarkan raga ini menikmati sebuah kenyamanan.

"kapan datang, kok gak bilang.. Katanya ke jogja.? "bertubi pertanyaan kulontarkan.

Nita tersenyum menjawab" maaf ya aku bohongi kamu,Mau kasih kejutan aja!!,..sebelum kesini aku telpon Berdy. Mau tau kamu biasa main dimana?? " jawab Nita sambil tersenyum.

Ucapan Nita memuaskanku.

Betapa tidak? Baru saja si regik menanyakan kapan ke Tuban. Ehh, berikutnya Tuhan sudah mengabulkan kegundahanku.

Setelah kuperkenalakan pada teman teman, sedikit obrolan, minum es teh manis pesanan Nita, "aku keluar dulu ya! " pamitku pada semua mata yang memperhatikan Nita.

"ati ati ya nita!" pesan Gatot sambil tertawa.

Aku menghidupkan mesin, Nita naik dijok belakang. Dan kami mulai menyusuri jalan beraspal kota kelahiranku, kota tempat dimana Aku dan Nita pernah saling menautkan hati, mengikat rasa untuk saling memahami dalam dekapan rasa sayang.

Kota dimana untuk pertama kali kami tahu bahwa tatapan mata bisa memberikan dampak yang luar biasah hebat bagi kehidupan aku dan  Nita kemudian.

Kota dimana untuk pertama kalinya ku coretkan catatan indah tentang hati yang terpikat ASMARA REMAJA. Dan malam ini cinta itu telah dijok belakang memelukku. "kamu kesini sama siapa? "

" bareng ayah sama ibu kerumah tante,.  Magersari.,, belakang kantor Bupati ituloo.. "

" ohh..yang lama " aku mengangguk.

Sinar bulan yang berusaha setia menerangi gelapnya malam dibumi mengiringi putaran roda motorku.

" al, ini lewat jalan yang malem itu kamu mau ngasih aku surat ya? "wajah Nita disamping wajahku.

" hahahaha kangen ya! " Dan cubitan mendarat dipaha.

" aku rindu al, semua hal tentang jalan ini membuatku bahagia! " aku cuma mendengarkan sambil memperhatikan jalan.

" Besok kan tanggal merah ya.. Gimana kalo kita jalan al? "

" emm, boleh, sendiri apa ngajak anak anak? "

" bisa nggak kali ini aku pengen cuma sama kamu, berdua aja aldo? "

" boleh sih, tapi apa kamu gak takut? "

" takut?.. Apa? " wajahnya sedikit diarahkan melihatku. Seperti penasaran.

" Takut jatuh cinta lagi hahahaha! " Nita tertawa sambil memeluk erat.

----

Aku memacu gas motor dengan kencang. Karena perjalanan akan lama, keburu panas.

Nita yang memakai jaket parasit warna merah muda memeluk erat. Tanpa kata. Hanya pelukan rindu yang terjeda karena jarak dan waktu.

Setelah lebih satu jam diatas motor, kami tiba di area gunung Bromo setelah melewati jalanan beraspal yang berliku.

Hamparan pasir dikaki gunung itu terlihat luas. Bukit dengan pohon besar nampak hijau menyejukkan berjajar seperti melingkarinya. Tak habis mata memandang

Nampak beberapa mobil jeep beroda besar melintas menginjak injak gundukan pasir putih. Seekor kuda berjalan pelan dikendalikan penunggang yang memakaikan sarung dibahunya lewat didepan kami. Sepertinya penduduk lokal.

Aku berhenti dan memarkir motor agak ketengah dataran pasir. Roda motorku yang ceper sedikit berat diatas pasir, seperti terbenam.

Masih belum beranjak dari jok motor kulepas pandangan ke sekitar. Mengagumi semua Mahakarya ciptaan Tuhan ini yang begitu indah disajikan. Seakan ingin memuaskan makhluk ciptaan Nya yang bernama Manusia.

Nita merangkul leherku, " bagus ya al, enak, sejuk, seneng disini!"

"ya kamu pindah sini aja, kan sama gimana? " tangan kuarahkan ke dadaku.

" ahh, kamu! " Rengek Nita manja sambil memasukan tangannya ke saku jaket jeans ku. Nampaknya mulai kedinginan dia.

Pastilah,karena Nita terbiasa dengan cuaca panas pantai yang menyengat.

" aku benar-benar bahagia hari ini al, cuma berdua sama kamu "

" ya nita, sama! " aku menggenggam tangan kirinya, Nita menggenggam tangan kananku. Raga ini bersatu. Seperti hatiku saat ini yang seakan tak mau beranjak dari semua kenyamanan yang disajikan oleh Gunung Bromo yang perkasa! Pohon pohon besar nan hijau dan nampak tegar. Lautan pasir putih yang bergelombang. Awan biru yang teduh dibalik mentari yang melembutkan sinarnya. Udara sejuk yang dibawa angin nan menyentuh lembut kulit kami berdua. Dan tentu saja, Nita yang bersamaku, dijok belakang motor ku, yang memelukku penuh Rindu.!!!

Rasa ini berbeda, karena saat saat seperti ini begitu jarang kami rasakan, baik aku dan Nita dipisahkan oleh jarak dan waktu. Tak bisa kami paksakan merasakan ini setiap saat, setiap hari. Semoga kamu bisa mengerti apa yang kumaksud.

Mengerti bahwa kami masih anak remaja yang digelorakan hasrat begitu besar untuk bisa selalu bersama. Tak mau dipisahkan.

Bahkan oleh malaikat Izrail sekalipun!

"Nita.. Kenapa ya gunung itu besar? "

Pandangan mata Nita tertuju pada gunung yang mengepulkan asap tipis. "emm knapa ya,... ya kan diciptakan Tuhan segitu al" jawab Nita.

" belum tepat...! "

" jadi? "

" ya karena dia gunung, kalo kecil namanya kerikil..tuh! " aku menunjuk kebawah. Nita tertawa sambil mengacak acak rambu ku.

" jalan yuk al? " Nita menarik tanganku berjalan pelan diatas pasir putih yang ditumbuhi sedikit rumput diatasnya.

" aldo.. Aku pengen seperti ini terus "Ucapan Nita memberatkan helaan nafasku. " aku gak pengen jauh al.. Gak enak rasanya!! "

Ucapannya yang kedua pun masih bernada sama. Dan aku belum bisa berkata. Cuma sesekali menatap matanya.

"sama Nita.. Aku juga, Tapi gimana lagi, aku gak mungkin pindah kesana, aku gak bisa merubah takdir ini, Aku dan kamu cuma bisa menjalani nya"

Nita seperti enggan menerima kata kata itu. Wajahnya tanpa ekspresi kali ini.

" kita jalani saja, Sampai Tuhan berkehendak lain Nita! " Pungkasku sambil ku belai rambutnya  dan merangkulnya. Mencoba Menenangkan hatinya yang kutahu sedang gelisah.

Aku juga gelisah Nita, hatikupun resah dan galau akan hubungan ini. Ada khawatir yang mulai terselip dan berusaha meronta. Ada cemburu yang ingin bersekutu. Hanya saja engkau tak tahu. Dan aku memang tak ingin kamu tahu. Cukup aku, hatiku...dan Tuhan!

Berikutnya aku berusaha melupakan sejenak percakapan tadi, kami melepaskan pandangan kehamparan padang pasir yang mulai terlihat banyak orang yang berlalu lalang dengan motor ataupun kuda.

Kuambil ranting pohon kering lalu kugambarkan dipasir.

"Nita.. Kenapa ya cinta selalu digambarkan dengan daun pohon waru..? " tanya ku sambil menunjuk gambar dipasir yang baru saja kubuat itu.

Nita melihat sejenak lalu menggelengkan kepala. Tanda menyerah. Wajahnya masih dingin. Sepertinya dia masih terlarut percakapan sebelumnya. Aku paham.

" ya biar semua orang mudah menggambar nya.. Cobak kalo gambar nya daun pepaya, bakalan lama.."

Jawabanku sedikit bisa membuat Nita tersenyum sejenak meski masih setengah hati.

----

Waktu hampir senja saat kami memutuskan kembali pulang meski sebenarnya baik aku dan Nita masih betah disana. Satu setengah jam berikutnya roda motorku telah memasuki kota dengan selamat. Alhamdulillah!!

Aku langsung mengantar Nita ke rumah tantenya.

Nita mengetuk pintu. Aku berdiri dibelakangnya "assalamualaikum.. "

" walaikum salam.. " sambut suara laki laki dari dalam rumah itu, sesaat pintu mulai terbuka.

" oh Nita to.. Kok lama perginya.. Ibumu barusan telpon " ucap Lelaki itu.

" iya om maaf " jawab Nita sedikit tertunduk.

" maaf om , tapi saya udah ijin kok sama ibunya kemaren kalo mau main " jawabku membela Nita.

" ya udah kamu mandi dulu sana, tuh liat wajahmu kusem gitu.!! "

Seraya tersenyum Nita pun berlalu ke dalam, lelaki yang sepertinya om nya Nita mempersilahkan ku menunggu diteras.

" silahkan diminum " ucap seorang perempuan setengah tua yang membawakanku teh diletakkan dimeja. Mungkin pembantu rumah tangga tantenya.

" iya makasi "

Belum habis teh panas kuteguk, Nita sudah keluar dari dalam dan duduk di kursi sebelahku. Aroma segar harum menyeruak hidungku. Hemm..

Rambut yang usai disampo itu masih basah disisir pisah tengah benar-benar selalu bisa melenakan mataku. Dan binar mata hampir bundar itu juga masih selalu bisa menghipnotis hatiku. Seperti dulu..!

"nita... bentar lagi aku pulang ya.. Udah malem,.. Nanti gak enak sama om juga tantemu "

" gak papa kok,kan udah dirumah" dia membalas tatapan mataku. " aku masih pengen sama kamu.. al.. Masih kangen "

Aneh, Kalimat itulah yang sebenarnya kubenci tapi juga kurindu. Kata kata itu selalu bisa menentramkan hatiku sekaligus membunuhku, perlahan! Betapa setiap rasa itu datang engkau tak disampingku Nita.

Dan aku harus menanggung nya sendiri disini.

Begitu pun kamu .. Disana.

"iya sama.. Kalau ada waktu aku pasti kesana lagi"

"kapan..? " Nita mengejar jawaban.

"belum tau.. Pasti kukabari kalo mau kesana ya"

Kalimat terakhirku sepertinya gak memuaskan Nita. Dia cuma tertunduk seakan menyimpan tanya yang lain tapi tak tersampaikan.

Aku menoleh ke arah ruang tamu yang dibatasi kaca, kuangkat wajah yang sedang tertunduk, kupandang sebentar dan kucium bibirnya. Nita senyum tersungging.

Sesaat kemudian aku berpamitan pada tantenya dan Nita mengantarku sampai ke pagar depan.

"Nita.. Aku pamit ya.. Terimakasih untuk hari ini, saat ini dan semua yang sudah kamu lakukan untuk bisa bersamaku "

Nita masih gak berkata, aku memegang bahunya. "aku tahu ini berat bagiku dan bagimu Nita, ,aku harap kamu masih mau menjalaninya bersamaku " Nita tak bicara, hanya menatapku. Menyimak semua kata-kataku.

" aku pulang Nita "

Dan airmata Nita pun tumpah, aku langsung memeluknya." sudah Nita! " ucap ku ditelinganya.

Memang, Inilah saat paling berat dalam hubungan kami. Dimana kami harus berpisah tanpa tahu kapan akan bertemu lagi.

Ketika aku tak tahu seberapa kuat menahan rindu untuk setia tak berpaling.

"Jangan nangis...Nanti aku sedih, ingatlah aku selalu ada bersama mu, dalam hati" kuregangkan pelukan meski sebenarnya ragaku tak ingin.

Ku hapus air mata yang masih mengalir dibawah kelopak matanya, kucium keningnya. "  Assalamualaikum.. "

Aku berlalu perlahan menuju motor sambil kulihat Nita mengeringkan sisa airmata dengan tangannya dari spion.

Aku menoleh sekali lagi sebelum mulai meninggalkan bayangan tubuhnya yang perlahan hilang disamarkan malam seiring motorku yang menjauh.

______________________

Lihat Nita!

Ada sisa butiran pasir putih disepatuku.

Pasir itu bersaksi ketika kaki kaki kita menapakkan jejak.

Pasir itu menjadi saksi bahwa kamu dan aku pernah disana .. Merengkuh hasrat.

Butiran putih itu juga menyaksikan kita berjanji Setia .

Butiran kecil itu mengikuti ku sampai disini.

Seolah ingin menyaksikan kita menepati janji.

Pasir putih Gunung Bromo menjadi bagian catatan hidup dan cintaku, padamu, Selalu...!

____________________

19112o

avataravatar
Next chapter