webnovel

Rasa Curiga

Amanda yang datang tiba-tiba tanpa terluka sedikitpun membawa tanda tanya di kepala yang melihat kehadiran Amanda.

Amanda pun terlihat bingung pada mereka yang sangat heran pada kehadiran Amanda.

"A-ada yang salah?" Tanya Amanda akhirnya, posisi nya masih berada di depan gerbang guild Rafoxa.

"Telinga kucingmu hampir menghilang." Ujar Erissa berbohong, benar-benar dalam wujud Erissa biasa bukan roh iblis.

Amanda menyentuh telinga kucingnya dan benar saja itu hampir menghilang, sangat kecil hingga hampir terlihat bahwa Amanda bukanlah manusia setengah kucing.

"Aku akan kehilangan darah ras ku." Nada sedih menyelimuti perkataan Amanda.

Aldero menyuruh Amanda untuk berbicara dengannya di ruangan Aldero yang luas. Stacey dan Jason serta Erissa mengantar Amanda sampai di depan pintu ruangan Aldero.

Amanda mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan Aldero, seperti biasa hawa di ruangan tersebut dingin.

Baru saja Amanda duduk di kursi, Meidiva sudah berteriak dari luar ruangan.

"Tuan!! Maaf mengganggu waktu mu, gulungan berharga h-hilang."

Aldero memukul meja dengan kedua tangannya dan menyuruh Meidiva menjelaskan gulungan apa yang hilang.

"Sama seperti gulungan sebelumnya, gulungan yang dia curi membahas tentang iblis." Aldero melirik Meidiva lalu beralih ke Amanda.

"Keluar lah Meidiva, kau urus gulungan tersebut. Ada hal yang lebih penting saat ini." Intonasi bernada tajam Aldero keluarkan, Meidiva menurut dan melakukan apa yang harus ia lakukan.

Aldero menatap tajam mata Amanda yang terlihat dalam, Amanda menjelaskan apa yang ia ketahui.

Bisa disimpulkan bahwa Amanda tersesat di hutan dan berakhir di kota yang asing baginya. Amanda tak ingat apa-apa lagi, yang dirinya ingat hanyalah beberapa orang mengantarnya sampai ke depan gerbang guild Rafoxa dengan kereta Pegasus.

"Oh begitu, mengenai telinga mu itu. Tak ada yang bisa ku lakukan jika menyangkut dengan ras." Aldero berujar, nada bersalah terdengar di akhir kalimat nya.

Amanda mengangguk paham kepalanya, berkata tak apa-apa padahal ini adalah suatu kejadian yang bisa dikatakan memalukan.

Kehilangan darah ras merupakan sebuah peristiwa kehilangan sebagian jati dirimu, hal ini disebabkan kurangnya perhatian dirimu mengenai ras mu. Setidaknya itu yang diketahui dan peristiwa ini benar-benar jarang terjadi karena dianggap memalukan.

Amanda keluar dari ruangan Aldero dan berjalan menuju kantin yang dimana teman-temannya sedang menunggunya.

Erissa masih tak bisa mengendalikan roh iblis yang ada didalam tubuhnya, Azazel.

"HEI HEI HEI! LIHAT INI, ADA YANG KEHILANGAN DARAH RAS NYA!! HAHAHAHA!" Azazel tertawa terbahak-bahak menertawakan nasib Amanda.

Amanda terkejut dengan apa yang didengarnya, sekejam apapun Erissa yang dirinya tau, Erissa tak mungkin berkata seperti ini.

Amanda sadar akan suatu hal, dirinya tak langsung meluapkan emosi namun menahannya karena ada sesuatu yang janggal.

"Dia bukan Erissa, dia Azazel sesosok roh iblis yang menjadikan Erissa sebagai rumahnya." Jason mencoba menjelaskan sembari menenangkan Amanda.

"Roh i-iblis?! B-bukannya dia berbahaya?" Amanda semakin terkejut dengan apa yang ia dengar,

Jason menjelaskan bahwa Azazel adalah roh iblis baik yang takkan membahayakan nyawa mereka.

"Tetap saja, iblis tak bisa dipercaya. Aldero bilang ada gulungan yang dicuri, gulungan tersebut ada sangkut pautnya dengan iblis. Jangan-jangan kau mencurinya Erissa, atau mungkin kau hanya berpura-pura menjadi roh iblis dan kau adalah iblis yang sebenarnya, bukan bermaksud menuduhmu hanya menyampaikan pendapat saja."

Kata Amanda dengan tenang namun masih terdengar suara gemetarnya.

Hampir semua orang yang berada di kantin tersebut menyetujui pendapat Amanda kecuali Jason, Alexador, Stacey dan Zedva.

Erissa kembali pada dirinya yang asli bukan roh iblis,

"I-itu tidak benar, Azazel benar-benar ada di dalam tubuh ini, kau baru saja menyaksikan nya." Erissa berkata tegas walau di awal dia sedikit tergagap.

Disaat situasi semakin memanas, Aldero dan Meidiva datang di saat yang tepat.

Aldero melirik ke sekelilingnya sebelum akhirnya berbicara.

Next chapter