"Aku hanya mengingat masa lalu, secarik kertas yang kau berikan itu. Kau tau, dia pernah mengibaratkan aku dan dia adalah sebuah bulan. Hubungan masa laluku dengan Zedva hanyalah teman dekat tapi perasaan ini! Kenapa!!! Sudah berulang kali aku mencoba untuk menghilangkan rasa sesak ini, tapi tak bisa!" Erissa berkata sambil terisak-isak, baru kali ini Stacey melihat temannya menangis di hadapannya.
Stacey tak mengerti tentang perasaan rumit ini,
"Lebih baik kita lupakan tentang hal itu, sebaiknya kita bersiap-siap untuk lomba nanti." Ujar Stacey sambil menyiapkan tongkat sihirnya, ia tadi pagi hampir saja lupa membawa tongkat sihirnya yang berharga itu. Yah walaupun dia tak tau bagaimana cara menggunakannya.
Sekarang mereka berlima, termasuk lelaki muda yang mengaku dirinya sebagai Jason sedang berdiri di depan pintu masing-masing.
Stacey dan keempat temannya melangkahkan kakinya bersamaan ke dalam pintu tersebut.
Semuanya terlihat gelap dan lembab, Stacey terus saja melangkahkan kakinya tanpa ragu sedikitpun. Semakin dalam Stacey memasuki ruangan itu, semakin jelas dirinya untuk melihat.
Ini adalah sebuah ruangan yang berisikan hutan lembab dan berembun didalamnya.
"Apakah semuanya tiba ditempat seperti ini juga ya?" Gumam Stacey sambil terus berjalan maju.
'Tes Tes Tes'
Tetesan suara air terdengar pelan namun masih bisa terdengar di Indra Stacey. Suara itu terdengar di manapun, Stacey tak bisa memastikan keberadaan nya walau terasa sangat dekat dengannya.
Sampai sudah dirinya di penghujung hutan, sepertinya tertutupi oleh dinding bermotif sisik. Stacey menyentuk dinding yang terasa kasar di permukaanya itu, kasar dan licin.
'Graahhh!'
Dua bola mata tiba-tiba terbuka di dinding tersebut, menampilkan seekor naga besar dihadapan Stacey. Tak ada langkah mundur sedikitpun dari Stacey, dia akan kalah jika mundur dari langkahnya, itulah yang ada di pikirannya.
Apapun yang terjadi dia harus memenangkan lomba ini, Stacey ingat kata-kata Alexador.
"Apa kau tidak takut kepadaku?" Naga besar itu bertanya dengan wajah sangarnya.
"Aku tidak memiliki alasan untuk takut padamu!" Stacey berkata tegas tanpa ada rasa takut sedikitpun.
'Menunjukkan rasa takutmu dihadapan musuhmu maka musuhmu akan menemukan titik kelemahanmu.' Stacey bertekad kuat terhadap prinsipnya.
Stacey melewati naga besar itu, dinding kasar tadi merupakan sisik dari naga tersebut.
"Hey, aku akan membantumu melewati lomba ini." Naga besar itu menawarkan bantuannya untuk membantu lomba ini.
"Maaf aku tak butuh bantuan dari makhluk asing seperti mu."
"Aku adalah naga suci! Apa kau tidak pernah mendengar tentangku?" Naga besar itu bertanya serius, tak menyangka ada yang tidak mengetahui tentang dirinya.
"Naga suci? Apa kau sedang berdongeng?" Stacey berbicara dengan cuek, ia tak percaya bahwa naga suci itu benar ada keberadaanya.
Naga besar itu menghalangi Stacey dan melayang tepat di hadapan Stacey,
"Lalu yang kau lihat ini apa?!" Naga besar itu kembali melontarkan pertanyaan.
"Makhluk besar yang sedang tersesat didalam ruangan ini." Jawab Stacey seadanya dan menatap kedua mata Naga besar tersebut.
"Minggir lah naga besar, kau menghalangi jalanku."
"Hei aku memiliki nama! Panggil aku Bahamut!" Naga besar itu masih saja menghalang-halangi jalan Stacey.
Stacey menatap naga besar yang memiliki nama Bahamut itu, lalu menggerakkan lagi kakinya tanpa mendengarkan ocehan Bahamut mengenai betapa populer serta sucinya dirinya.
Bahamut masih saja mengekori Stacey dan tetap terus menerus membuat tawaran dengan Stacey, sudah berulang kali juga Stacey menolak tawaran tersebut.
"HAHAHAHA!!!" Seseorang tertawa dari balik bayangan hutan yang gelap.
Stacey tak melangkahkan lagi kakinya dan sedang bersiap untuk situasi apapun.
"Hai nona muda, apa kau terkejut????? Perkenalkan aku Marcellius, lelaki tampan yang akan menjadi lawanmu dalam perlombaan kali ini." Pria bernama Marcellius itu memperkenalkan dirinya dengan gemulai badannya yang terlihat aneh dimata Stacey dan Bahamut.
"Apa dia perlu ku bunuh? Dia benar-benar menjijikan." Bahamut kembali membuat tawaran kepada Stacey yang ditolak mentah-mentah oleh Stacey.
Stacey tak menanggapi perkataan Marcellius dan masih diam dalam posisinya, Stacey memperhatikan gerak-gerik Marcellius.
"Keheningan ini membuat dirimu canggung ya? Lomba kali ini adalah mengambil bola hitam ini dari tanganku, kau akan menang jika berhasil mengambilnya dariku dan kau akan kalah jika tidak sadarkan diri. Tapi aku takkan segan-segan padamu nona elf." Marcellius mengeluarkan bola hitam yang ukurannya lebih besar dari telapak tangannya dari belakang punggungnya, bola hitam pekat itu melayang diatas telapak tangan Marcellius.
Stacey mencoba menyerang dari segala arah, tapi kekuatan sihirnya kurang cepat untuk mengenai tubuh Marcellius.
"Apa kau perlu bantuan ku?" Bahamut menawari bantuan,
"Aku tak butuh bantuanmu naga besar!" Jawab Stacey tegas dan Marcellius berhenti.
Kesempatan kecil ini Stacey gunakan untuk menyerang Marcellius, air sihir berkekuatan sedang itu berhasil ditepis dengan mudahnya oleh Marcellius.
"Kau berbicara dengan siapa?" Marcellius bertanya karena apa yang dilihatnya sekarang hanyalah Stacey seorang.
"Hanya kau yang bisa melihatku saat ini, aku pun tak tau alasannya." Bahamut menjelaskan keadaannya saat ini.
"Bukan urusanmu!" Stacey tetap berusaha menyerang walaupun tak mengenai tubuh Marcellius sedikit pun.
Muak sudah Stacey dipermainkan oleh Marcellius seperti ini. Dengan sekuat tenaga Stacey mengerahkan kekuatannya menjadi lebih kuat serta besar dari sebelumnya.
Walaupun sudah mengerahkan kekuatan sekuat itu, tapi hanya sebuah goresan kecil yang mengenai pipi Marcellius.
"Cukup sudah bermainnya, kau membuatku kesal nona muda." Geram Marcellius dengan tatapan mata yang tak bersahabat.
Cepat dan gesit, Marcellius menyerang dengan cepat yang tak bisa dilihat oleh sudut manapun.
"Argh!" Pekik Stacey kesakitan.
"Hey hey hey, kau harus menahannya nona elf atau ini akan segera berakhir dengan cepat." Marcellius terus memberikan hantaman kuat kepada Stacey.
"Diamlah kau sok tampan!" Maki Stacey kesakitan.
Marcellius berhenti dari aksinya, sepertinya ia teramat jengkel bila dihina seperti itu.
Tak ada kesempatan bagi Stacey untuk menyembuhkan diri, saat Marcellius masih diam ditempat, Stacey melakukan serangan mendadak dan berhasil mengenai Marcellius.
'Sepertinya aku menemukan sebuah ide.' Pikir Stacey.
"Ada apa sok tampan? Apa kau menyerah?" Ejek Stacey untuk membuat marah Marcellius.
"Berhenti mengoceh seperti itu!!!"
Bahamut hanya menyaksikan mereka, Stacey semakin mengejek Marcellius sembari menghindari serangan Marcellius yang lebih lambat dari biasanya.
Stacey pun mencoba menyerang secara beruntun, bola-bola air besar berkekuatan tinggi siap melahap habis Marcellius. Sayangnya semua bola-bola air itu berhasil dihindari Marcellius, tapi ada kejutan dibalik semua itu. Bola air berukuran dua kali lipat badan Stacey tepat berada dihadapan Marcellius.
Alhasil Marcellius terhempas kebelakang, dengan cepat Stacey menyelimuti tubuh Marcellius dengan air yang diberi sedikit kadar oksigen didalamnya. Air itu mengikat tubuh Marcellius lalu Stacey mengambil bola hitam pekat itu dari tangan Marcellius.
"Aku yang menang tuan Marcellius!" Kata Stacey puas dengan kemenangannya.
"Sialan kau! Tuan Bra—" Belum sempat Marcellius berkata sampai akhir, Stacey sudah membuatnya tak sadarkan diri.
Stacey kembali melangkahkan kakinya dengan tubuh penuh luka, mencari jalan untuk keluar dari hutan lembab ini.
"Kau licik ya." Bahamut berkata sembari mengikuti langkah kaki Stacey dari belakang.
"Bukan licik tapi sebuah strategi hebat." Stacey membela dirinya sendiri tanpa menatap naga besar yang ada dibelakang nya.
Bahamut sudah menawarinya untuk mengobati luka Stacey tetapi Stacey tetap tak mau menerima niat baik Bahamut. Walau tak terlalu ampuh untuk menyembuhkan luka, sihir pengobatan Stacey setidaknya mampu untuk menyembuhkan luka dalam.
●●●
"Sial! Apa-apaan gurun pasir ini!" Maki Alexador ditengah panasnya gurun pasir yang membentang jauh.
Alexador terus berjalan walau kakinya sulit untuk menginjak dipermukaan pasir panas tersebut.
Alexador berlari menuju oasis di tengah gurun pasir ini, sebuah danau yang disekitarnya ditumbuhi berbagai pohon kelapa. Ini bukan sekedar fatamorgana, melainkan danau asli. Dengan langkah cepat Alexador menghampirinya karena tenggorokan nya kering dan tubuhnya memerlukan cairan.
"Bagaimana aku keluar dari sini? Sebelum itu aku akan minum terlebih dahulu." Kata Alexador memerintahkan dirinya sendiri.
Alexador mengambil air dari kedua telapak tangannya yang membentuk seperti mangkuk lalu meminumnya. Lega sudah Alexador, dahaganya sudah lepas dari dirinya ketika air yang diminum ya mengalir melewati kerongkongan menuju lambungnya.
"K-kenapa ada cahaya pucat dari—
UP!!!!!
SAIA HARAP KALIAN SUKA!!
JANGAN LUPA KLIK MENGUNDI! TINGGALKAN KRITIK DAN SARAN SERTA TAMBAHKAN KE KOLEKSI KALIAN YA!!!
jangan lupa hadiahnya hehe ;)
Instagram : @salsa.option
Facebook : salsa aimers
bay bay ! see ya in next chapter!!!!! :3