webnovel

Kenapa Tidak Ada Baju Perempuan ?

Yola menelpon bos berulang-ulang tapi tidak ada jawaban, akhirnya dia memberanikan diri menelpon ponselnya, setelah beberapa deringan terdengar suara serak bos seperti baru bangun tidur

"hmmm..."

"eh....bos" Yola menjauhkan gagang telpon dari telinganya dan menatapnya dengan heran

"ada apa ?" suara serak bos terdengar tidak senang

"eh....maaf bos menganggu"

"hmmm...."

"ada Bapak Andrew menunggu di luar, katanya kemarin sudah janjian sama bos"

"oh.....whoooaaaahh....." Yola terperangah tidak yakin dengan apa yang di dengar, 'bos baru bangun tidur, jangan-jangan bos habis melakukan sesuatu pada gadis yang di bawanya aahhh....mustahil, bos bukan orang cabul' Yola menggelengkan kepalanya menepis bayangan tidak senonoh antara bos dan gadis yang di bawanya dari kepalanya. "suruh dia nunggu di ruang meeting"

"baik bos" Yola menutup telpon dan memberikan senyum manis pada pria jangkung berdarah campuran yang berdiri di depan mejanya "mari pak saya antar ke ruang meeting"

🍒🍒🍒🍒🍒

Lima belas menit kemudian Marco muncul dengan baju bersih dan wajah segar, sebelum berjalan ke ruang meeting dia menghampiri meja Yola

"nanti jam sebelas pesankan makan siang untuk dua porsi, kirim ke ruangan saya" Yola mengangguk, namun sebelum berbalik Marco menambahkan instruksi "dan jangan ada yang masuk ruanganku termasuk kamu" sekali lagi Yola mengangguk sambil menatap punggung bosnya yang berjalan menjauh.

'bos punya wanita simpanan' batin Yola 'eh tapi bos kan belum nikah jadi gadis di dalam bukan wanita simpanan, ah pacar rahasia'

Tepat jam dua belas makan siang yang Yola pesan datang, namun Yola ragu-ragu untuk membawanya ke ruangan bos, dia ingat instruksi bos untuk tidak masuk ke ruangannya. Akhirnya Yola memutuskan untuk menekan nomor di ruang meeting

"ya ?" suara bos langsung terdengar singkat, padat, jelas tanpa basa-basi seperti biasa

"eenn bos makanannya sudah datang"

"bawa masuk ke ruanganku, tapi jangan membuat suara"

sebelum Yola menjawab si bos sudah menutup telpon. Yola menghela nafas dan berjalan pelan memasuki ruangan si bos sambil menenteng makanan. Dengan gerakan sepelan mungkin Yola membuka pintu dan melongokkan kepala, menyapukan pandangan ke seluruh ruangan dan dia melihat sosok punggung wanita berambut panjang memasuki kamar mandi. Yola segera berjingkat masuk dan meletakkan makanan di atas meja, dia sengaja berlama-lama sambil menunggu gadis itu keluar dari kamar mandi, jujur dia penasaran dengan 'pacar rahasia' bos. Yola melirik kamar mandi sambil berjongkok dan pura-pura merapikan meja, saat suara pintu kamar mandi hampir terbuka ada suara bariton di belakangnya

"kamu sudah selesai ?" bulu kudung Yola langsung meremang, dengan ngeri dan perasaan bersalah seperti maling yang ketangkap dia membalik badan

"sudah bos"

"oke, kamu boleh pergi untuk makan siang"

Yola mengambil langkah besar menuju keluar sambil melirik dengan ujung matanya ke arah kamar mandi dan sekilas tampak seorang gadis keluar dari kamar mandi, dia menunduk sambil menarik-narik kaosnya yang basah, rambutnya sebahunya tergerai menutupi setengah wajahnya 'angkat wajahmu.....angkat wajahmu' batin Yola penuh harap, tapi sampai dia mencapai pintu dan menutupnya gadis itu tidak mengangkat kepalanya.

"kamu tidak membawa baju ganti ?" tanya Marco saat melihat kaos istrinya yang basah

"aku tidak berencana untuk tidur di sini bagaimana aku menyiapkan baju ganti ?"

"kamu bisa pake bajuku" kata Marco sambil melangkah ke arah lemari di dekat kamar mandi dan mengeluarkan sebuah kaos.

Chloe melihat kaos di tangan Marco dengan mencibir

"jangan bercanda, bagaimana kira-kira penampilanku mengenakan kaos besar milikmu ?" Marco melirik kaos di tangannya dan mengedikkan bahu "ah....lupakan biar aku cari sendiri baju yang cocok untukku" Chloe mengabaikan kaos di tangan Marco dan mulai mengobrak-abrik lemari baju "kenapa tidak ada baju perempuan ?" gumam Chloe, tapi Marco yang berdiri di sampingnya mendengarnya

"kamu pikir kantorku toko baju ?"

"terus bagaimana di masa lalu kalau pacarmu datang dan bajunya basah kayak aku ?" Chloe bertanya sambil mengeluarkan kepalanya dari lemari dan menatap Marco

"aku tidak pernah membawa perempuan masuk kantorku, kamu yang pertama" Marco menjawabnya datar.

"mustahil ?" Marco mengangkat sebelah alisnya "pria sepertimu ?"

"pria seperti apa aku ?"

"pria tampan seperti kamu dan Stefan pasti punya banyak mantan pacar" Chloe mencibir

"jangan samakan aku dengan Stefan" Marco memberikan tatapan peringatan, Chloe mengabaikannya dan krmbali beralih ke baju yang tergantung di lemari

"ku rasa ini bisa aku pakai"

Chloe menarik sebuah kemeja lengan panjang berwarna kuning lemon

"bukannya itu sama besarnya dengan kaos tadi ?" Marco bertanya sambil menatap kemeja di tangan istrinya, sejak kapan dia punya baju berwarna seperti itu, selama ini bajunya hanya berwarna putih, hitam dan abu-abu dan sejak kapan baju ini tergantung di lemarinya

"aku bisa mengatasi yang ini" Chloe tersenyum "kamu lihat saja nanti" dia mengerlingkan matanya dan beranjak masuk ke kamar mandi.

Beberapa saat kemudian Chloe muncul, kemeja Marco sudah berubah jadi dress di badan istrinya, lengan panjangnya telah di lipat sampai siku dan chloe menambahkan ikat pinggang, dan Marco menelan liurnya 'sial kenapa bajunitu terlihat imut di badannya', dengan susah payah Marco bersuara

"tunggu dulu mana celana panjangmu ?" Marco tampak syok melihat istrinya mengenakan kemejanya yang telah berubah jadi mini dress di atas lutut, menampilkan kaki rampingnya yang mulus

"gak cocok, jeansnya bukan model pencil"

"pake lagi celanamu" perintah Marco sambil memijat keningnya

"gak cocok" Chloe protes

"cocok gak cocok kamu harus pake lagi"

"kenapa ?" Tanya Chloe keras kepala

"kamu mau pamer paha ?"

Chloe menunduk dan melihat sebenarnya batas kemeja tepat di atas lutut

"ntar juga aku ganti seragam" Chloe masih belum menyerah

"tapi kamu perlu melewati banyak orang untuk sampai di bawah, cepat pake celanamu, atau aku akn membungkusmu pake gorden" muka Marco sudah hitam karna marah, akhirnya Chloe mendesah dan masuk kembali ke kamar mandi.

🍒🍒🍒🍒🍒

Setelah selesai makan Chloe merasa puas dan dia bersandar di sofa dengan nyaman, beberapa menit kemudian matanya mulai mengantuk.

PLAK

Chloe menampar pipinya sendiri, Marco terperangah

"apa yang kamu lakukan ?"

"aku mengantuk" jawab Chloe pelas, namun matanya sudah segar kembali karna tamparannya

"..>_<.." Marco beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan keluar dari ruangannya.

Tak lama dia kembali dengan membawa kantong es dan duduk di samping istrinya, dia menempelkan kantong es ke pipi istrinya yang merah

"ah...."

sensasi dingin di pipinya membuat Chloe meringis

" apa yang salah dengan otakmu, kalau mengantuk lebih baik tidur, jangan menyiksa diri sendiri" Marco mengomel sambil terus mengompres pipi istrinya. Chloe meliriknya dan tangannya sibuk bermain ponsel.

Di lantai dasar, di dalam toko

Andrew duduk di tempat yang sama seperti kemarin, dia mengamati gambar di dinding. Hatinya terasa hangat saat dia menatap gambar itu. Bagaimana kabarnya gadis itu, setelah sekian tahun dia masih bekerja di sini. Andrew ingat dulu sesekali dia akan menjemputnya sepulang kerja malam. Tapi seingatnya dekorasi toko tidak seperti ini, sekarang tempat ini sudah instagramable. Apakah gadis itu juga sudah berubah ? apakah dia masih memiliki perasaan cinta terhadapnya ? Andrew mendesah.

Seandainya waktu bisa di putar dia akan memperbaiki kesalahannya, dia akan tetap bersama dengan gadis yang di cintainya, bahkan mungkin mereka sekarang sudah menikah dan punya anak. Ah seandainya hidup seperti cerita novel.

Dalam lamunannya dia melihat sosok gadis yang masih akrab dalam benaknya melintas di samping toko dan tak lama dia muncul sambil menyapa teman-temannya dengan riang

"siang....."

Suaranya membuat Andrew menatap gadis itu dengan senyum tersungging di bibir. Tapi gadis itu tidak menyadari ada seseorang yang menatapnya.