webnovel

Pertemuan Dua Insan

"Thanks ya, udah mau nemenin dan dengerin curhatan gue," ucap Dinda berterima kasih kepada Asha.

Asha menanggapi dengan senyuman manis di wajah cantiknya.

"Santai aja! Yang penting lo seneng. Gue juga seneng, eh." Asha merangkul sahabatnya itu melangkah keluar dari kafe.

Baru beberapa langkah, Asha menghentikan langkahnya hingga membuat Dinda merasa heran.

"Kenapa Sha?" tanya Dinda khawatir.

Sementara Asha, matanya memandang jauh ke depan. Dengan jarak beberapa meter dari posisinya sekarang, di sana ada laki-laki yang tak asing bagi dirinya.

Asha tak menanggapi pertanyaan Dinda. Matanya terus menatap ke depan. Sehingga Dinda juga ikut menatap ke depan melihat apa yang membuat sahabatnya seperti itu.

"Siapa Sha?" bisik Dinda dengan tatapan tak lepas dari laki-laki yang ada di hadapan mereka.

Lagi dan lagi, Asha tak menjawab. Asha hanya merasakan kalau jantungnya tiba-tiba berdebar lebih kencang untuk alasan yang tidak diketahuinya.

"Sha! Are you okey?" Dinda menyikut lengan Asha.

"Ehm..." Asha gelagapan karena tidak tahu harus mengatakan apa kepada Dinda.

Sementara itu, tak jauh dari tempat berdiri Asha dan Dinda, ada tiga orang yang tenga menatap heran kepada dua gadis itu.

"Pak, itu kan...." Angga menggantung ucapannya dan beralih menatap Dimas yang berdiri di sebelahnya.

"Siapa? Kalian kenal?" tanya Arya.

Dimas mengatupkan bibirnya. Ia tidak menyangka akan bertemu Asha di tempat ini.

Angga diam. Begitu juga dengan Dimas. Lelaki itu masih diam dan tidak menjawab pertanyaan Arya.

"Dim?"

"Iya, gue kenal," jawab Dimas akhirnya.

Posisi mereka yang tidak terlalu jauh membuat Dinda dan Asha mendengar apa yang mereka katakan.

"Lo kenal ya sama orang itu?" Kali ini Dinda kembali bertanya sambil berbisik.

Asha yang sudah mendengar apa yang dikatakan Dimas tadi pun menganggukkan kepalanya.

Lantas kemudian, Asha dan Dinda kembali melangkah hingga kini kedua gadis itu sudah berhadapan dengan tiga laki-laki di depan mereka.

"Mas Dimas," sapa Asha terdengar sangat kaku.

"Hai..." Dimas pun ikut menyapa.

Tetapi, tetap saja keduanya sangat kaku. Ya, mungkin karena mereka tidak dekat. Apalagi ditambah pertemuan ini sangat mendadak dan tidak direncakan sama sekali.

"Ini temen kamu?" tanya Dimas berusaha mencairkan suasana.

Jujur saja, Dimas sendiri juga merasa sangat gugup. Apalagi di sana ada Angga dan Arya. Tentu saja ini bukan waktu yang diharapkan Dimas untuk bertemu dengan Asha di tempat ini.

"Iya, Mas. Din, kenalin, ini Mas Dimas," tutur Asha memperkenalkan Dimas kepada Dinda.

Dinda tersenyum simpul. Kemudian gadis itu mengulurkan tangannya kepada Dimas yang langsung dijabat oleh laki-laki itu.

"Ini Arya sama Angga." Dimas pun tidak mau ketinggalan untuk memperkenalkan kedua sahabatnya kepada Asha.

Singkat cerita mereka pun berkenalan. Setelahnya, Dimas, Angga dan Arya kembali ke kantor. Arya dengan mobilnya. Sedangkan Dimas dan Angga satu mobil yang dibawa oleh Angga.

Asha dan Dinda pun kembali ke tempat masing-masing. Dinda harus kembali ke kantor. Sementara Asha langsung kembali ke rumah.

"Duh, kenapa Dinda harus ketemu sama Mas Dimas sih?" runtuk Asha setengah kesal saat dirinya menunggu lampu merah.

Asha masih memikirkan bagaimana cara memberitahu sahabatnya tentang kabar pernikahannya. Eh, tanpa sengaja Dinda malah sudah bertemu dengan Dimas. Padahal Asha belum mau menceritakan tentang kabar tersebut.

Begitu lampu merah berubah berwarna hijau, Asha langsung melajukan mobilnya. Sebelum sampai di rumah, gadis itu sengaja singgah ke sebuah minimarket di pinggir jalan.

Asha mengambil satu cup es krim kesukaannya. Tak lupa pula, Asha mengambil beberapa camilan ringan.

Setelah selesai membeli apa yang ingin dimakannya, Asha segera ke kasir untuk membayar.

Asha kembali melajukan mobilnya menuju rumah saat jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Cukup lama waktu yang dihabiskannya di luar rumah kali ini. Untung saja, Elen belum meneleponnya untuk menyuruh segera pulang.

Hampir empat puluh menit berkendara, Asha sudah sampai di rumah. Gadis itu langsung masuk ke dalam rumah dan keadaan rumah sepi saat itu.

Asha melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Kemudian Asha menaruh tas tangan yang tadi dibawanya. Tak lupa, ia mengeluarkan ponselnya dari sana.

Asha mengecek ponsel tersebut dan ada satu pesan dari Dinda yang menanyakan apakah ia sudah sampai di rumah. Asha membalas pesan tersebut dan mengatakan kalau dirinya sudah sampai di rumah.

Usai membalas pesan tersebut, Asha membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ternyata meskipun menyetir juga bisa membuat tubuh sedikit lelah.

Tatapan Asha tak lepas dari langit-langit kamarnya yang dihiasi wallpaper berwarna seperti langit sungguhan itu. Pikirannya kembali berkelana pada pertemuan dengan Dimas tadi yang sama sekali tak pernah diduganya.

"Kenapa mesti tadi sih ketemunya?" rengek Asha sambil mengusap kasar wajahnya.

Ya, Asha memang tidak berniat untuk menyembunyikan Dimas dari sahabat-sahabatnya. Tetapi, gadis itu masih menunggu waktu yang tepat untuk mempertemukan mereka.

Karena bagaimanapun, Asha sudah tahu dan sudah yakin sekali kalau perjodohannya dengan Dimas pasti akan terjadi. Hal yang perlu dilakukannya adalah menerima apa yang sudah direncanakan kaluarganya.

Atau bisa jadi Dimas mau membatalkan perjodohan itu. Sudah tentu Asha akan sangat berterima kasih sekali kepada laki-laki itu.

"Ah, nggak usah mikirin yang aneh-aneh dulu!" ucap Asha menepis ingatan-ingatan aneh di kepalanya.

Waktu bergulir kian cepat, sebentar lagi matahari akan terbenam di ufuk barat. Di saat bersamaan, Asha terbangun dari tidurnya.

Sepertinya tadi, ia ketiduran setelah pulang tadi. Baru saja terbangun di saat hari sudah hampir gelap.

Dengan susah payah, Asha mengumpulkan nyawanya. Ya, begitulah bahasa yang cocok digunakan di saat bangun tidur seperti ini.

"Udah jam berapa sih?" Asha mengucek matanya dan melihat jam dinding.

Asha sedikit terkejut melihat jam yang sudah menunjukkan setengah tujuh itu.

"Ya ampun! Bisa-bisanya gue ketiduran," ujar Asha dengan mata yang masih terasa mengantuk itu.

Lantas kemudian, Asha bergegas ke kamar mandi dengan membawa handuk. Kalau tidak mandi, sudah bisa dipastikan kalau ia tidak akan tertidur malam ini. Jadi, meskipun sudah malam, Asha tetap mandi.

Apalagi tadi Asha cukup lama berada di luar rumah.

Hampir setengah jam di kamar mandi, akhirnya Asha sudah selesai mandi. Gadis itu keluar kamar mandi dengan jubah mandinya yang berwarna putih.

Wajah Asha terlihat lebih segar dan rambutnya tampak basah karena selesai keramas.

Seperti biasa, Asha melakukan ritual setelah mandinya dengan senang hati. Baru saja mengoles krim ke wajahnya, ponsel Asha bergetar menandakan ada panggilan masuk.

Asha segera meraih ponselnya yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidur. Bibirnya pun mengembang tersenyum indah melihat layar ponselnya saat ini.

Asha menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan video tersebut.

"Halo...."