webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Sakit Hati

"Ryan, kemana saja Kau, sudah sebulan tak menemuiku?" Wanita itu masih menggelayut manja, menaruh kedua lengannya di leher Ryan.

"Aku sibuk, Tania."

"Hey, Ryan.. Ada sesuatu yang ingin Aku tunjukkan padamu.. Ayo ikut!" Gadis bernama Tania menarik tangan Ryan. Dan Ryan mengikutinya tanpa menolak.

Kira masih berdiri menunduk ditempat yang sama, walaupun Ryan sudah pergi dengan Tania. Kira tadi bisa melihat Ryan dari pantulan lantai yang mengkilap. Ciuman Tania dan pelukan Tania juga dilihatnya dari pantulan lantai.

"Nyonya Muda.." Asisten Andi memanggil Kira membuat Kira tersadar kalau Dia tak sendirian.

"Ah, Hey, Asisten Andi.. Cepat ikuti Tuanmu, nanti Dia marah!" Kira menyuruh Asisten Andi pergi.

"Tapi Tuan akan lebih marah kalau nanti Tuan sudah sadar, Nyonya tak ada bersamanya!" Asisten Andi mengingatkan

"Hahahah.. Kalian memang orang gila semua... Baiklah, Kau jalan didekat mereka. Aku akan berjalan agak jauh dibelakangmu!"

"Tapi.. Ny.."

"Kau jangan khawatir, Aku ga akan kabur. Tuh. Supirmu juga mengikuti Kita sambil bawa belanjaan kan? Dia bisa mengawasiku. Aku ga akan kabur! Percayalah! Sana pergi!" Kira mendorong punggung Asisten Andi dan Asisten Andi tak punya pilihan selain mempercayainya. Dia pun Segera pergi mengejar Tuannya. Setelah memberi Kode Pak Man untuk mengikuti Kira.

"Issshhhh.. Tuan Muda.. Apa Anda sadar baru saja menusuk hati seorang wanita? Seorang yang baik-baik dan mengharapkan Anda? Satu-satunya wanita bersih yang ada didekat Anda!" Asisten Andi sangat geram dengan kelakuan Tuan Mudanya. Apalagi dengan wanita disamping Ryan yang seorang Gold Digger sejati. Tapi sekesal apapun Dia dengan Ryan, Dia tetap setia mengikuti Ryan belanja keinginan wanita itu dari toko ke toko. Membeli semua yang diminta wanita itu..

Bagaimana dengan Kira?

Dari kejauhan.. Ya, Kira membuat jarak tiga puluh meter. Dia berjalan sendiri. Hanya sesekali windows shopping, disepanjang jalur yang dilalui Ryan. Hanya saja untuk kali ini, Kira tak bersemangat melakukannya. Hatinya sakit melihat Ryan yang mudah meninggalkannya, padahal mereka tadi sedang jalan berdua. Dan Ryan langsung lupa padanya setelah melihat wanita itu.

"Apalah Aku ini.. Aku ga boleh berharap lebih.. Aku hanya seorang budak baginya. hahaha.. Kira.. jangan sedih ya! La Tahzan..." Kira mencoba menyemangati dirinya sambil windows shopping.

Dari kejauhan, Kira juga melihat belanjaan wanita itu. Banyak sekali.. Toko perhiasan. Butik baju. Butik sepatu. Butik tas. Produk kecantikan. Perlengkapan olah raga. Bahkan sekarang mereka sempat berhenti di pameran mobil BMW yang ada di Hall Mall ini. Kira hanya menonton, menyaksikan semuanya dari jauh.

"Ya Rob.." Dua kata itu akhirnya disebut di bibir Kira. Kata yang ingin dihindari Kira. Karena Kira akan menangis bila menyebut kata itu dengan suasana hatinya sekarang. Kira menangis. Walau hanya aliran bening dari matanya.. Tapi sesak didadanya sangat kerasa. "Aku.. Hatiku sakit, Ya Rob.. Hatiku sakit.. " Keluh Kira didalam hati. Air mata semakin bercucuran dari mata Kira. Dia menunduk, menghentikanlangkahnya. untungnya, Kira memakai cadar, jadi tak ada orang yang memperhatikan. "Ya Rob.. Janganlah Engkau meninggalkan Aku seperti setiap orang telah meninggalkanku.. Hanya Engkau yang Aku punya untuk menguatkanku.. Aku mohon.. Jangan tinggalkan Aku.." Kira berbisik lirih di hatinya.

Dia ingin berhenti mengikuti Ryan dan Tania. Tapi Kira tak ingin menambah masalah hidupnya. "Aku harus kuat! Bismillah.. Aku punya Engkau, Ya Rob.. Aku yakin.. Tak ada penolong sebaik Engkau.. Tak ada pelindung sebaik Engkau.. Dan hanya kepada-Mu tempatku bergantung.. Aku percaya Engkau tak meninggalkanku.. Kira kuat!!!" Kira menyemangati dirinya sendiri. Karena Kira tahu, hanya Dia yang bisa menyemangati dirinya sendiri. Tangannya menghapus bening yang ada di matanya.

"Kira?"

Kira diam lalu menengok ke kiri, ke arah suara.

"Agus? Kamu ngapain disini?"

"Aku.. Kerja. Nih Aku pakai celemek. Aku kerja part time!" Agus tersenyum ke Kira. "Kamu ngapain malem-malem disini?"

"Ehm.. Itu.. Aku pergi anter suamiku belanja." Jawab Kira.

"Lelaki yang lagi bermesraan sama cewek itu kan?" Agus mulai merasa kesal didalam hatinya. Dia enggan mengakui lelaki itu adalah suami Kira.

"Heheh. Mereka sepupu, kok!" Jawab Kira melindungi suaminya.

"Terserah Kamu aja, Kamu pikir, karena IPK-ku dibawah Kamu nol koma satu poin, Aku ini bodoh?" Agus tersenyum ke Kira.

"Ehmm.. Tolong dirahasiakan di kampus, ya.. " Pinta Kira.

Agus mengangguk

"Oh iya. Data praktikum... Mmm... Kamu mau?"

Mata Kira langsung berbinar-binar. Kira mengangguk. "Iya, Aku mau.. Eh, tapi.. Aku tadi ga ikut praktikum, kan." Kira menunduk lemas.

"Kak Farid bilang, temen sekelompok Kamu harus kasih data praktikum ke Kamu. Soalnya bukan salah Kamu ga ikut praktikum." Agus tersenyum. "Tapi besok, Kamu diwajibkan dateng ke laboratorium buat test bagian Kamu aja. Karena yang data Kamu buat itu, Kita juga belum dapet datanya, Ra! Kamu harus kerjain itu!"

"Hah? Kamu serius kan, Gus? Jadi Aku ga akan dapet nilai D?" Kira udah meloncat kegirangan.

Agus mengangguk.

"Iya udah.. Aku mau.. Aku mau.. Mana datanya?" Kira sudah memberi tangan seperti memohon meminta data.

"Tunggu didalam, yuk! Sekalian minum! Aku sekalian ambil datanya di loker!"

"Ooh. Okeeeee.. "

Kira masuk ke dalam restoran franchise tempat Agus bekerja.

"Ini minum dulu, Ra!"

"Makasih, ya!" Agus memberikan Kira teh dalam botol. Dan Kira langsung meminumnya dengan pipet tanpa membuka niqob.

"Tunggu sebentar, ya.. Aku ambil dulu bukunya.

Kira mengangguk setuju.

"Hmm.. Alhamdulillah.. Dari tadi Aku nangis sampai sesek dadaku.. Sekarang dapat air minum.. Alhamdulillah. Makasiiiih Ya Rob.. Makasih juga sudah mempermudah urusanku.. Aku ga harus ikut praktikum ulang atau kehilangan beasiswaku.. Hihi.. Makasiiiiih banget.. Engkau memang de best! I love You, Ya Rob!!!" Kira bergumam sendiri dengan pikirannya.

"Ini, Ra.. Bukunya." Agus memberikan catatan praktikumnya. Lalu duduk dikursi yang berhadapan dengan Kira.

Kira membuka catatannya. Melihat datanya.

"Ah.. Astaghfirulloh..."

"Kenapa, Ra?" Agus memperhatikan Kira.

"Pulpen, buku, sama handphone-ku ada ditas. Aku ga bisa nyalin datanya." Jawab Kira lemas.

"Oh, bentar, Aku ambilin kertas sama pulpen!" Agus tersenyum pada Kira. Berdiri dari tempat duduknya dan masuk lagi ke dalam menuju loker.

"Hmm.. Rapih juga tulisan Agus!" Kira membolak balik catatan Agus. Seseorang yang selalu memiliki nilai setingkat dibawah Kira atau sama. Mereka berdua memang the best di program studinya. Kira di kelompok perempuan. Sedangkan Agus di kelompok laki-laki. Sudah setahun mereka ada di program studi yang sama. Tapi baru kali ini mereka mengobrol banyak dan baru kali ini Kira membutuhkan bantuannya untuk data hasil praktikum. Biasanya, Kira hanya berbicara saat ingin menyerahkan laporan praktikum atau sedang ada pembagian tugas kelompok praktikum.

"Ini, Ra!" Agus memberikan kertas dan pulpen untuk Kira.