webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Makan Malam Bersama

Ryan memberikan tanda pada Andi untuk ga membeli buku-buku tadi dengan tangannya. Dan Andi mengikuti dari belakang.

"Apa wanita itu bodoh? Tak memanfaatkan kebaikan hati Tuan Muda? Padahal Dia orang pertama yang ditemani langsung oleh Tuan Muda untuk belanja." Andi bingung. Karena biasanya Ryan menyuruh supir menemani wanitanya berbelanja, bukan seperti yang dilihatnya hari ini.

"Kau mau kemana lagi?" Tanya Ryan setelah keluar dari Gramedia.

"Aku sudah selesai, Kamu mau belanja apa lagi?" Tanya Kira. "Oh iya.. Untuk tasnya.. Terima kasih banyak, ya.. Aku bisa hemat tiga ratus lima puluh ribu.. Hihi.. Makasiiiiih ya!" Kira berterima kasih tulus.

"Kamu seneng banget bisa hemat segitu!" Jumlah uang yang ga pernah masuk kalkulasi Ryan. Bahkan banyak wanita yang dibelanjakannya tas seharga tiga ratus lima puluh juta ga berterima kasih seperti yang Kira lakukan.

"Iya lah, Aku seneng bangeeeet.. Uang segitu, Aku bisa tabung buat bayar fotokopi modul kuliah, buat beli pulsa, buat nge print tugas, sama bayar printilan-printilan dikuliah yang ga ditanggung beasiswa. Hehe.." Mata Kira.. Satu-satunya yang terlihat oleh Ryan saat ini menunjukkan pancaran kebahagiaan yang menyejukkan hati Ryan. Rasa yang membuatnya nyaman dan bahagia. Walaupun ada sedikit sesak didalamnya.

"Dia berjuang untuk membiayai pendidikannya sendiri tanpa bantuanku selama ini? Bahkan Dia tak mencoba memanfaatkanku untuk kepentingannya sendiri?" Hati Ryan sedikit sesak dengan ini. Telah menelantarkan wanita disampingnya.

"Kenapa tak meminta uang padaku untuk kuliahmu?"

"Suamiku.. Kamu sudah banyak membiayaiku. Pakaianku semua dilemari baju, itu semua baru-baru, bagus-bagus.. Makananku dirumahmu, semua enak-enak, bersih dan bergizi, Kau berikan Aku kendaraan untuk antar jemput kuliahku, memberikan Aku supir dan pengawal pribadi, dan memberikanku izin untuk kuliah. Itu semua lebih dari cukup dan Aku saaaangaaaat bersyukur dan berterima kasih buat semuanya. Jadi, ga ada alasan untuk Aku meminta uangmu untuk membiayai kuliahku. Kamu udah baik banget ke Aku! Makasih ya!" Kira tulus mengatakan semuanya pada Ryan.

"Oh no... Kenapa lagi Aku ini? Langsung memeluk wanita ini setelah menndengar kata-katanya?" Yah, Ryan langsung memeluk Kira setelah Kira selesai menyelesaikan kalimatnya tadi. Ryan tak tahu mengapa tubuhnya bergerak seperti ini. Bahkan tanpa disadarinya. "Apa Aku mabuk? Tapi Aku ga minum apa-apa?" Ryan semakin bingung.

"Huffff. Suamiku memelukku lagi.. Kenapa Dia? Kalau begini terus.. Aku bisa jatuh cinta padamu.. Dan akan membuatku semakin sakit kalau melihatmu membawa wanita silih berganti ke rumah.. Aku mohon.. Berlakulah kasar padaku, supaya Aku ga semakin sakit melihatmu lembut dengan wanita lain." Jerit hati Kira.

"Tuan Muda.. Semoga wanita ini bisa membuatmu bahagia.." Asisten Andi sangat bahagia melihat Tuan Mudanya tak lagi sama seperti sepuluh tahun terakhir ini. Dia berharap, Tuan Mudanya bisa melepas semua kegundahan hatinya selama ini.

"Kenapa mudah bagimu berterima kasih padaku?" Tanya Ryan pada Kira setelah melepaskan pelukannya. Dan mereka berjalan santai entah kemana, Ryan tak punya tujuan. Hanya ingin berjalan saja.

"Kau kan suamiku.. " Jawab Kira.

"Kau masih ingat apa yang Aku katakan digedung tua itu, sebelum Aku menikahimu?" Tanya Ryan memastikan sedikit gugup.

"Iya, Aku masih ingat.. Kita menikah. Bukan karena Kamu menyukaiku.. Tapi itu adalah pembalasan atas kematian orangtuamu! Kita menikah, dan Aku akan menjadi budakmu selamanya!" Kira mengatakan tanpa ada kekurangan sedikitpun..

Ryan melepaskan tangannya dari Kira. Memandang Kira dengan wajah yang menakutkan. Jantungnya berdegup kencang. "Jadi Kau masih ingat semuanya?"

Kira mengangguk.

"Lalu Kau mengharapkan apa sekarang? Ingin membuatku jatuh cinta padamu dan Kau ingin menikamku dari belakang untuk kepentinganmu sendiri?"

Kira menggeleng. "Aku cuma bersyukur dan berterima kasih untuk semua kebaikanmu. Kau bilang Aku budakmu.. Tapi Kau begitu baik padaku memberikan semuanya. Tentu Aku harus berterima kasih. Seorang budak, ga seharusnya memakai pakaian sebagus ini, mendapat makanan yang enak-enak dirumahmu, mendapat supir pribadi dan diantar jemput dengan mobil mewah, lalu diajak belanja seperti ini. Apalagi yang harus Aku lakukan kalau bukan berterima kasih padamu?" Mata Kira dan Ryan saling bertatapan.

Kruuuk kruuuuk kruuuuk

"Aaakh..." Kira memegang perutnya dan sakitnya melilit. Dia sudah kelaparan.

"Kau lapar?" Tanya Ryan kaget mendengar perut Kira berbunyi dan Kira memegangi perutnya.

Kira mengangguk.

"Ayo!" Ryan menarik Kira, merangkulnya kembali dan membawanya ke restoran jepang yang ada dilantai yang sama dengan toko buku, restoran langganan Ryan. Disana, ada Ruang privasi sehingga Kira bisa makan dengan membuka cadarnya. Pikir Ryan.

Kira berhenti didepan restoran

"Ayo masuk!" Ryan menariknya..

"Ehmm. Suamiku.. "

"Apa lagi?" Ryan bingung dengan wanita yang digandengnya. Kenapa banyak sekali pertanyaan?

Kira menarik tubuh Ryan sehingga bisa berbisik ditelinganya "Disini makanannya mahal-mahal, apa ga di foodcourt aja?" Lalu melepaskan tarikannya dari tubuh Ryan.

"Hahahaha..." Ryan tertawa sampai wajahnya yang putih bersih terlihat seperti tomat.

"Siapkan tempat yang biasa!" Ryan melirik Andi, dan Andi sudah mengerti.

Ruangan khusus untuk Ryan, tanpa CCTV. Ryan tak suka makan ditempat dengan CCTV. Karena merasa diawasi.

Pelayan menghidangkan berbagai menu masakan jepang dan Ryan menyuruh mereka semua pergi. Tak seperti biasanya Ryan selalu mau pelayan melayaninya. Dia membuka jasnya, menggulung tangannya, memasang serbet dibajunya, lalu mulai memasukkan bahan untuk shabu-shabunya dan juga memanggang daging. Berbagai macam sushi juga ada dimeja.

"Kenapa diam saja?" Tanya Ryan sambil melirik Kira.

"Aku ga ngerti mau ngapain." Jawab Kira.

"Ehmm Kita cuma berdua! Ruangan ini tanpa CCTV!" Ryan mengingatkan.

"Ah.. " Kira segera membuka cadarnya. Dan tersenyum ke Ryan. "Maaf."

"Makan ini!" Ryan menaruh daging yang sudah dipanggangnya untuk Kira.

Kira diam dan mengangkat tangannya, mengusapkan ke wajahnya, lalu mengambil sumpit dan memakannya.

"Hmmmm.. Subhanlloh.. Enaaaaak" Kira tersenyum senang.

"Kau terlihat cantik dengan senyummu seperti itu! Heissssshhh.. Apa-apaan Aku ini! Hufff!" Ryan memalingkan wajahnya dari Kira.

"Makan yang banyak. Lihat caraku, dan lakukan sendiri, oke?"

Kira mengangguk. Memperhatikan cara memasak Ryan, lalu Dia mencobanya. Kira yang sudah paham, mulai melayani Ryan. Memberikan apa yang Ryan mau, dan Kira juga makan untuk dirinya sendiri. Ryan tak terlalu menyebalkan. Dia memberikan Kira kesempatan untuk makan.. Lagi pula.. Ryan sudah merasa senang dengan melihat Kira yang makan dengan lahap.

"Hah, Kau makan banyak juga.. Dari kapan Kau tak makan?" Ryan berpikir didalam hatinya.

"Apa Kau sudah kenyang?" Tanya Ryan, yang melihat Kira Diam dan mengangkat kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya dengan dua tangan tadi.

Kira mengangguk "Aku kenyang sampai susah jalan sepertinya! Hufff..."

"Hah? Apa maksudmu? Kau ingin Aku menggendongmu sampai mobil?"

Kira menggeleng cepat

"Bukan itu maksudku.. Aku pakai majas hiperbola tadi, hehe.. Aku cuma butuh duduk lima belas menit menurunkan semua makanan ini, dan Aku bisa jalan lagi. Hihi.. Aku makan banyak banget, ya.. Maafkan Aku ya, Kau jadi membayar mahal banget untuk makananku.." Kira menunduk.

"Tak ada makan malam gratis. Layani Aku dengan baik nanti dirumah! Mengerti?" Ryan melirik Kira.

Kira mengangguk, tersenyum ke Ryan.

"Besok, apa rencanamu?" Tanya Ryan.

"Ehm.. Besok dikampus? Aku mau kuliah biasa, terus.." Kira menghela napas panjang dan menunduk.

"Apa lagi?" Tanya Ryan yang melihat Kira tak melanjutkan jawabannya.

"Aku akan memohon untuk ikut praktikum ulang, yang hari ini gagal."

"Apaaaa? Apa maksudmu dengan memohon?"

"Yaaa.. Aku akan melakukan apapun. Memohon supaya mereka mengizinkan Aku ikut praktikum ulang.. Aku ga akan nyerah, karena Kalau nilaiku D. Aku ga akan dapat beasiswa.. Dan sulit untukku untuk dapat beasiswa S2, dan menjadi scientist di lembaga penelitian besar di dunia." Kira tersenyum pada Ryan.

"Jangan lakukan itu!" Ryan menatap Kira tak suka.

"Haah? Mkasudnya?"

"Jangan memohon pada manusia lain kecuali padaku! Aoa Kau paham?"

Kira mengangguk

"Tapi maafkan Aku, suamiku.. Aku harus tetap memohon besok di kampus. Aku harus , karena kesalahanku hari ini di kampus. Aku ga mau kehilangan beasiswaku. Itulah satu-satunya step yang harus Aku lewati untuk mewujudkan impianmu." Guman Kira didalam hatinya

"Aku tak akan membiarkanmu melakukan apapun untuk orang lain..hanya Aku.. Hanya padaku Kamu boleh memohon. Aku ga bisa melihatmu memohon pada orang lain. Apa Kau pikir Aku ga bisa memberikan semua yang Kau butuhkan sampai Kau harus memohon pada orang lain?" Ryan ngedumel dslam hatinya.

"Ayo pulang!" Ryan berdiri dan menggandeng tangan Kira.

Asisten Andi sudah membayar semuanya, Ryan langsung keluar dengan menggandeng Kira.

"Ryaaaaan...." Seorang wanita cantik, dengan dress berwarna biru dengan rambut bergelombang sangat indah datang mendekat dari arah belakang Kira dan Ryan, berjalan memutus pegangan tangan Ryan dna Kira karena tubuh wanita itu melewati tangan yang berpegangan tangan tadi. Lalu Dia memeluk Ryan, mencium langsung ke bibirnya.

Kira mundur kebelakang dan menunduk. "Astaghfirulloh haladzim.. Ya Rob.. Kenapa sekarang hatiku jadi sakit melihat ini? Huff.. Sudah kubilang, lebih baik Aku mendapatkan perlakuannya yang kasar daripada perlakuan baik dan menjadi seperti sekarang. Hatiku sakit melihatnya dengan wanita itu!" Kira yang masih menunduk, mengeluh atas gemuruh di dalam hatinya.