webnovel

Chapter 27

Hari selanjutnya, Ima masih ada di rumah sakit, dia bangun duduk memegang kepalanya. "Ugh... Kepala ku, di sini juga tidak nyaman... Tidur saja tidak nyaman dan, tubuh ku lengket semua karena tidak mandi.... Aku ingin mandi..."

Di saat itu juga, Regis datang dari luar ruangan. "Ima, bagaimana kondisi mu?" dia mendekat.

"Ah ini lebih baik, bagaimana dengan pekerjaan Mas Regis?" Ima menatap.

"Yeah, aku sudah menyelesaikan nya, jadi jangan khawatir," Regis membalas.

Tapi di saat itu juga, Ima berpikir lain. "(Sudah menyelesaikan nya kau bilang, kamu bilang begitu tapi pekerjaan mu jelas tidak bilang begitu, pastinya kamu selalu sibuk dan sekarang meluangkan waktu hanya untuk ku di sini...)"

"Ima…" Regis menatap membuat Ima tersadar dari berpikir nya.

"Ima, aku dengar ucapan mu tadi, kau ingin mandi?"

"Eh.,. Haha... I-iya... (Bagaimana dia bisa dengar, padahal dia baru saja datang ketika aku sudah berguman soal itu.)"

"Sebaiknya jangan mandi dulu, tubuh mu masih belum kuat, dan luka mu juga masih basah, nanti malah tambah parah," Regis menatap.

"Hmp... Tapi aku ingin membersihkan tubuh ku," Ima menatap kesal, pipi nya mengembang.

Hal itu membuat Regis terdiam dan tiba-tiba tersenyum seringai mendekatkan wajahnya membuat Ima terkejut.

"Kau ingin membersihkan tubuh mu? Biarkan aku yang membasuhnya," ia menatap, seketika di tangan nya ada handuk kecil dan baskom yang siap untuk menggosok kulit Ima.

"Apa?!! Tidak!?" Ima terkejut dan berteriak.

Tapi di saat itu juga ibunya masuk melihat itu, ia terdiam dan Regis menoleh.

"Ah... Ibu," ia langsung menyembunyikan yang tadi dengan rasa canggung.

"Oh hahhaa... Sepertinya aku mengganggu kalian lagi ya... Aku akan pergi saja—

"Tunggu ibu!! Tidak!! Aku ingin ibu di sini!" Ima merengek. Hal itu membuat Regis terkejut dan ibunya masih terdiam bingung.

Tak lama kemudian, ibu Ima meletakan handuk kecil setelah membasuh kulit Ima.

"Haiz... Regis kan bermaksud baik, kenapa malah kau tolak?" tatap ibu Ima sementara Ima menggeleng cepat.

"Ini tetap saja, meskipun dia hanya membasuh kulit ku tapi kan... Hiks... Dia itu pria... Aku benar-benar masih malu."

"Hahha, setelah menikah nanti rasa malu tubuh akan perlahan hilang, jangan heran ya."

"Apa?! Bagaimana ibu bisa tahu?!!" Ima terkejut.

Tapi di saat itu juga ada yang membuka pintu, siapa lagi jika bukan Regis, dia membawa sesuatu.

"Ima, aku membawakan mu sesuatu," dia menunjukan nya dengan senyum yang nyaman. Yakni boneka bulat yang imut berbentuk kucing hitam putih atau kucing tuksedo.

"Wahhh!" Ima langsung terkesan dari ranjang.

"Regis, apa kamu tadi pergi?" Ibu Ima menatap.

"Ah, iya, tidak mungkin aku mengganggu Ima yang berganti baju, jadi aku membelikan ini," kata Regis yang berjalan mendekat memberikan kucing itu membuat Ima langsung memeluk kucing itu.

"Ini sangat imut... Dari mana Mas Regis membelinya?" ia menatap.

"Di toko boneka dekat sini…" balas Regis.

Sebelumnya, Regis keluar dari ruangan Ima dengan terengah engah. "(Sialan.... Jika terus ada ibu Ima itu aku tak akan bisa menikmati Ima....)" Ia menatap sekitar dengan kecewa, lalu menggeleng.

"(Sudahlah, ibu nya sudah ada di dalam... Mungkin dia akan membasuh Ima lama, aku mungkin bisa ke suatu tempat,)" pikirnya sekali lagi.

Lalu ponsel nya berbunyi dari sakunya membuatnya harus melihat itu dari siapa, ia melihat itu dari Lio Zheng membuat wajahnya terdiam dengan satu alis terangkat.

"(Dia menghubungi ku? Terima saja,)" ia menghela napas panjang dan menerima nya, di saat ponselnya sudah di telinga, ia berjalan dari ruangan itu tepatnya berjalan keluar melewati lorong rumah sakit itu.

"Regis?" tanya Lio Zheng di ponsel.

"Yeah, kenapa menghubungi ku?" Regis membalas sambil berjalan.

"Dimana kau sekarang Regis?"

"Aku ada di rumah sakit."

"Kau sakit?"

"Aku tidak sakit, hanya saja Ima baru saja mengalami kecelakaan, tapi tidak begitu parah, aku hanya berharap dia baik-baik saja," kata Regis.

Mendengar itu saja membuat Lio Zheng terkejut. "Kecelakaan? Kecelakaan apa? Biarkan aku melihatnya, ada di rumah sakit mana?" dia bertanya dengan suara panik.

"Hei kawan.... Dia milik ku," kata Regis. Seketika Lio Zheng terdiam tak bersuara, dia sadar dengan kalimat Regis itu. Bahwa dia sudah tidak ada berhak bertemu dengan Ima setelah membuat Ima menangis saat itu.

"Ha... Baiklah..."

"Yeah, memang seharus nya begitu... Oh, kenapa kau menghubungi ku tadi?" Regis bertanya.

". . . Aku hanya ingin bertemu dengan mu, kita sudah bekerja saja dan kini saat nya memutuskan kontrak itu, kembalilah ke Korea dan bawa Ima sekalian," kata Lio Zheng.

"Jadi kau ingin melakukan jabat tangan kedua setelah kita melakukan jabat tangan membuat kontrak pertama dan jabat tangan kedua ini nanti adalah akhir dari kontrak begitu?"

"Yeah..."

"Baiklah, aku akan melakukan nya, tapi masalahnya, aku benar-benar tak mau kembali ke Korea, aku memang ingin membawa Ima ke Korea, tapi di sini juga ada banyak sekali kendala," kata Regis.

"Kendala?"

"Yah kau tahu lah... Soal ibu nya, apalagi Ima belum selesai kuliah nya, dia masih akan terus melanjutkan pendidikan nya... Dan aku belum bilang aku akan kembali ke organisasi..."

"Mau bagaimana lagi, kau harus kembali ke Korea dan meninggalkan gadis itu," kata Lio Zheng.

Di saat itu juga, Regis berhenti berjalan dan rupanya di depan nya ada Lio Zheng yang juga meletakan ponsel nya di telinga nya.

Mereka menurunkan ponsel nya dan mematikan nya, melangkah mendekat dan berjabat tangan. Mata Lio Zheng juga terlihat tidak kosong yang artinya dia benar benar sudah bisa melihat, kini tak perlu memanggilnya lelaki yang buta.

"Ini jabat tangan pemutusan kontrak," kata Lio Zheng. Maksud nya adalah pemutusan kontrak antara organisasi keamanan Jepang yang di wakilkan Lio Zheng dan organisasi keamanan Korea yang diwakilkan Regis, mereka melakukan kontrak kerja sama untuk organisasi mereka juga dan sekarang karena tugas bersama sudah selesai, jadi mereka memutuskan nya dengan cara berjabat tangan terakhir karena dari awal, mereka bertemu dengan berjabat tangan.

"Yeah... Semoga kita melakukan ini lagi," tambah Regis. Lalu mereka melepasnya dan Lio Zheng berbalik. "Sampai jumpa Regis.... Tunggulah gadis itu hingga kau mendapatkan apa yang kau inginkan dari awal," kata Lio Zheng, lalu berjalan pergi membuat Regis hanya tersenyum kecil menatap nya pergi sambil bergumam. "Tentu saja..."

Lalu di samping nya, ia melihat ada toko boneka dan melihat boneka kucing bulat di pajang di sana. "Oh.... Itu kucing tuksedo." dari sanalah dia membelikan boneka untuk Ima.

Hari berikutnya, masih sama di rumah sakit.

"Ima... Ini waktunya pulang," kata Regis yang masuk ke ruangan Ima dan Ima sedang duduk di ranjang membaca buku.

"Pulang?" Ima langsung menoleh.

"Ya, kau sudah lebih baik kan?"

"Ummm ya, ini lebih baik, aku sudah sembuh..." tatap Ima.

"Baiklah, aku akan bilang pada dokter, tunggulah sebentar."

"Bagaimana dengan ibu? Apa ibu tahu?"

"Belum, ibu mu sedang ada di rumah, jangan khawatir, aku membawa mobil tadi," balas Regis, ia lalu berjalan pergi membuat Ima terdiam. "(Benar juga, Mas Regis punya mobil, dia bisa membawaku maupun mengantar ku kemanapun, tak hanya mobil, dia juga punya motor, kenapa aku baru bertanya tanya sekarang soal uang Mas Regis.)"

Ketika Regis akan berjalan menemui dokter yang akan mencabut selang infus milik Ima. Tiba-tiba ponsel nya berbunyi panggilan membuat nya berhenti berjalan dan melihat dari nama kontak itu yang sepertinya penting.

Dia mengangkat ponsel nya dengan tatapan serius. "Bagaimana dengan informasi soal Sheniok?" dia yang langsung bertanya benar-benar menganggap orang yang menghubungi nya memiliki info soal Sheniok.

Dia seperti bicara soal Sheniok dan bagaimana mengetahui informasi soal Sheniok sendiri dan sekarang orang yang ada dalam panggilan itu menjawab.

"Sepertinya ada kendala di sini, kau bilang kantor Sheniok ada di gedung 57, tapi sepertinya dia tidak ada di sini, pihak yang menggantikan nya bilang bahwa dia pergi Korea dan pindah di sana," kata suara itu membuat Regis mengepal tangan.

"(Sialan.... Setelah melakukan hal yang sangat kejam pada Ima, dia benar benar malah pergi begitu saja, aku tak bisa memaafkan nya... Aku ingin membunuhnya langsung) Tinggalkan saja, setelah hal ini, aku akan kembali ke Korea... Mengurus semuanya... (Agar aku bisa langsung ke Jepang lagi....)" kata Regis.

"Ya, baiklah," suara itu membalas.

Setelah itu, tampak dokter menutup luka di tangan Ima karena selang cairan yang sudah dilepas. "Hati-hati di jalan," tatap nya.

"Ya, terima kasih," Ima membalas dengan ramah, ketika dia akan turun, Regis mendekat, ia langsung merentang tangan.

"Pf... Apa yang kau lakukan?" Ima menatap.

"Menggendong mu, ayo.... Aku tak akan membiarkan mu jalan," kata Regis.

"Haha... Pasangan yang serasih, dan juga, pria nya baik," kata dokternya, ia lalu berjalan pergi membuat Ima masih terdiam.

Tapi Ima ingat perkataan ibu nya. "Setelah kalian menikah nanti, kau tidak akan malu lama kelamaan, karena malu itu hanya menghambat kehangatan kalian nantinya."

"(Aku ingat ibu menambahkan kata itu... Kalimat itu mudah di mengerti, pelukan adalah sebuah kehangatan dan rasa malu ini, jika terus di pikirkan hanya akan mengganggu... Jadi mungkin, aku akan menerima nya,)" akhirnya Ima menghilangkan rasa malu itu, ia menghela napas panjang dan mendekat ke Regis memeluk leher Regis dengan melingkar kan tangan nya di leher Regis yang menggendong nya.

Regis memang menggendong nya tapi rasanya seperti sebuah pelukan yang sangat. "(Aku suka ini,)" Ima mengeratkan tangan nya.

Lalu Regis meletakan Ima di kursi mobil dekat supir. "Baiklah, kamu baik-baik saja bukan?" Regis menatap sambil memasangkan sabuk pengaman Ima.

"Ya..." Ima membalas sambil mengangguk.

Lalu Regis mencium kening Ima dan menutup pintu, dia kembali masuk ke bangku supir dan menyalakan mobilnya. "Ima.... Soal ayah mu... Maksudku... Sheniok, sepertinya dia pergi ke Korea tanpa minta maaf padamu... Dan aku rencana juga ke Korea untuk... Yah kau tahu lah, pekerjaan."

"Ya, aku tahu itu, pekerjaannya Mas Regis memang harus begitu, aku akan menunggu kok."

"Tapi... Aku jadi tidak bisa menunjukan mu rumah ku..."

"Rumah mu?"

"Ya, aku punya rumah di Jepang ini juga, mungkin kamu bisa ke sana sendiri tanpa aku, rumah itu juga besar dan mungkin kau bisa tinggal dengan ibu di sana, karena rumah itu kosong."

"Eh, tidak perlu, jangan begitu, eh kosong? kenapa kamu membeli rumah jika tempat nya kosong?"

"Haha, aku menggunakan nya untuk menyimpan barang-barang ku, seperti mobil dan motor ku dan yang lain nya... Di Korea aku juga punya sama, ketika kita menikah nanti, tinggal pilih tempat tinggal mana yang kau sukai," kata Regis.

Seketika, Ima yang mendengar itu menjadi terkejut dan langsung berwajah merah. "(Me-menikah... Aduh... Dia membahas itu lagi... Gimana ini... Hati ku benar-benar panik, apakah ini rasanya sudah dimiliki pria yang begitu pengertian,)" Ima benar-benar memerah meledak.

"Oh soal cincin pertunangan yang belum kita miliki, kita sudah lama tidak mampir di toko yang menjanjikan bukan, tapi aku punya toko lain... lebih bagus dan pastinya cocok, tapi sayang nya ada di Korea, mungkin aku akan membelinya ketika aku di Korea, hanya berikan aku ukuran jari mu saja ya Ima," kata Regis menatapnya.

"Um... I-iya... Ba-baiklah... (Aku mungkin akan sedih saat dia pergi…)" Ima diam-diam merubah ekspresinya menjadi kecewa.