webnovel

Chapter 10

Setelah itu berjalan pergi dari sana dengan rasa kecewa. Sepertinya dia cemburu pada wanita tadi yang bisa mendapatkan senyuman Lio Zheng.

Ia berjalan ke lorong akan menaiki lift, tapi siapa sangka. Ia berhenti berjalan melihat Lio Zheng ada di sana sedang menunggu lift. Berdiri tegak dan memiliki penglihatan kosong di depan.

Ima terdiam, ia menghela napas panjang lagi dan perlahan berjalan ke sana, ia berdiri di samping Lio Zheng yang tidak mengetahui itu. Ima menatap ke tongkat pembantu orang buta yang di pegang Lio Zheng di kedua tangan nya itu.

"(Kenapa dia ada di sini, apakah dia tidak menaiki tangga lagi... Sepertinya dia agak kesusahan naik tangga dan semoga saja kita tidak berhenti di tempat yang sama,)" pikir Ima, sepertinya dia sedang tidak mau mengobrol dengan Lio Zheng, karena biasanya dia langsung membantu Lio Zheng.

Lio Zheng terdiam, ia tak mendengar suara apapun. "(Apa hanya perasaan ku? Aku sedang ada di lift bersama siapa? Atau aku tidak bersama siapapun?... Tapi, aku sudah jelas mencium aroma parfum yang selalu di pakai Ima...)" ia rupanya tahu keberadaan Ima yang diam-diam di samping nya itu karena aroma parfum Ima, dari awal bertemu dia sudah menandai Ima dengan parfum tersebut, mungkin karena parfum itu tidak di gunakan orang lain juga.

"(Ayolah.... Cepatlah sampai lift... Cepatlah sampai... Aku ingin ke perpustakaan saja hari ini....)" Ima sudah gemetar, tapi ia sadar sesuatu, ketika ia melihat ke arah Lio Zheng.

Rupanya Lio Zheng terdiam juga. "Mungkin, hanya perasan ku," gumam nya membuat Ima berpikir bahwa Lio Zheng benar-benar tidak sadar ia ada di samping nya.

"(Apa dia mengira hanya perasaan... Ini agak aneh, tapi syukurlah jika dia tidak menyadari ku,)" Ima menghela napas panjang.

Tapi tiba-tiba tangan Lio Zheng malah terulur berhenti di dinding lift, siapa sangka, dia memojok Ima yang terkejut diam kembali menutup mulutnya.

"(Apa... Apa yang dia lakukan!?)" Ima gemetar.

Lalu Lio Zheng perlahan mendekatkan wajah nya membuat Ima semakin terkejut. Ia akan mendorong Lio Zheng, tapi Lio Zheng mengatakan sesuatu duluan.

"Ima... Ini memang benar kau... Akui saja," tatap nya. Ia lalu berhenti memojok Ima.

"Apa?!! Kenapa kamu bisa tahu.... (Kupikir dia akan melakukan apa tadi.) Katakan padaku, kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini," Ima menatap.

"Yeah, rupanya memang benar kamu ya... Aku tahu karena aroma parfum mu, meskipun aku tidak bisa melihat tapi indra penciuman dan pendengaran ku lebih tajam," kata Lio Zheng.

"Haiz.... Sepertinya aku ketangkap yah.... Aku berencana untuk diam saja."

"Kenapa kau diam, biasanya kamu membantu ku, sudah lama kamu tidak datang ke supermarket..."

". . . (Apa dia mencoba mengatakan bahwa dia rindu aku yang selalu ke supermarket dulu.) Maafkan aku..."

"Dan... Apa kau juga ada di kampus ini?" tanya Lio Zheng.

"Eh... Um... Iya... Apakah ini aneh... (Hingga pada akhirnya, aku menolong nya diam-diam menjadi ketahuan, sekarang Lio Zheng tahu aku kuliah di sini juga,)"

"Oh bagus, dari jurusan apa?"

". . . Kesehatan."

"Ah, aku di bagian pendidikan, aku mengajar mahasiswa di sini juga," kata Lio Zheng.

"Ah, aku mengerti... Eh apa...?! Hah?! Kamu dosen??!" Ima terkejut menatap.

"Yeah, aku dosen... Pekerjaan ku hanya sebentar jadi untuk menikmati waktu, aku hanya iseng bekerja sambilan di supermarket," kata Lio Zheng.

Tapi Ima masih terdiam tak percaya. "(Tunggu, apa?! Kenapa aku masih saja belum mengerti ini?!!... Dia dosen, tapi kenapa kelihatan muda sekali.... Astaga, sepertinya ini mulai sangat aneh....)" Ima pusing memegang kepalanya tak bisa mengerti situasi nya.

"Ima... Kenapa kita sudah jarang bertemu?" Lio Zheng menatap.

"Apa?! (Aku tidak menyangka dia mengatakan itu?! Dia benar-benar mengatakan itu?! Apakah dia suka aku...)" Ima masih terdiam kaku.

"Ima? Apakah kau lelah karena tugas kampus mu, maafkan aku jika mengharap kan mu datang di supermarket."

"(Apa apaan... Setelah dia tersenyum dan tertawa pada wanita tadi, dia pikir aku tidak cemburu, aku tetap akan mengakhiri ini nantinya) Maaf kan aku, pekerjaan ku jelas sangat sibuk, apalagi akhir-akhir ini aku harus bekerja sampai malam."

"Ima bekerja? Bekerja di mana?"

"Hanya pekerja kafe sambilan saja."

"Kalau begitu, bisa aku mampir."

"Jangan!" Ima langsung menyela membuat Lio Zheng terdiam.

"Maksud ku, aku pulang malam jadi jangan sampai kamu ikut pulang malam juga..."

". . . Hahaha, baiklah kalau begitu, kita bertemu saja di kampus ini bersama.... Ngomong-ngomong, kamu akan kemana?" Lio Zheng menatap.

"Aku akan ke perpustakaan, menunggu jam kelas ku nanti."

"Ah, kebetulan sekali aku juga ingin ke perpustakaan."

"Eh? Apa mau membaca.... (Dia bukan nya, buta....)" Ima terdiam bingung.

"Aku bisa membaca buku khusus untuk ku yang tidak bisa melihat dengan rabaan tangan.... Mari," kata Lio Zheng, di saat itu juga pintu Lift terbuka dan Ima tampak senang.

"(Aku benar-benar akan di perpustakaan bersama dia.... Ehehe.)"

Setelah selesai pulang dari kampus, Ima berjalan keluar dari kelasnya dan tak sengaja merasakan bahwa ponselnya bergetar pesan masuk.

Ia mengambilnya dari tas yang ia bawa. Itu pesan dari manajer Hinko, tepatnya manajer kafe tempat kerja sambilan Ima.

"(Hm? Ini....)" ia terdiam membaca pesan dari manajer Hinko itu.

== Ima, maaf, hari ini shift untuk mu libur dulu ya... Semoga kau menikmati hari mu ==

"Wah...." Ima langsung senang. "Yeah.... Akhirnya aku bisa pulang cepat ehehe," ia berjalan keluar gerbang dengan senang tapi siapa sangka.

Ia menabrak tubuh seorang lelaki membuat nya terkejut dan mundur. "Maafkan aku," ia menengadah menatap.

Tapi Ima terpucat karena itu adalah Argani. "(Di-di... Dia.... Tidak... Aku.... Aku tidak bisa!!)" Ima gemetar.

"Hei, kita bertemu lagi," kata Argani dengan tatapan yang agak sombong.

"Um... Um... Siapa ya?"

"Jangan pura-pura, itu sudah kelihatan kebohongan mu, sekarang tinggal ikuti aku," tatap Argani.

"Oh ayolah, aku sedang tidak mau... Berikan saja hukuman hutang uang padaku, jangan buat aku sebagai pacar mu."

"Aku tidak mengangap mu sebagai pacar beneran, hanya pura-pura saja di depan ibu, lagi pula kau juga tidak akan bisa mendapatkan hati ibu ku."

"Apa? Apa maksud mu?" Ima bingung.

"Ibu, dia menginginkan menantu yang sangat ia inginkan, tapi masalahnya, aku tak tahu seperti apa menantu yang dia inginkan, aku sudah membawa banyak wanita sesuai banyak kecantikan berbeda, tapi beliau tetap menolak nya... Dan sekarang kau harapan nya, ibu mungkin lebih suka wanita yang begitu polos seperti mu."

"Apa?! Bagaimana kau bisa mengira aku ini polos!"

"Terlihat dari tubuh maupun wajah mu, kau tidak menggunakan pakaian terbuka dan riasan yang begitu natural, benar bukan... Tapi mungkin ibu tidak melihat bagian itu, ah entahlah pokoknya kau wanita ke sekian kalinya, jadi terserah jika mau gagal atau tidak," kata Argani.

"Ck, jadi kamu tidak peduli soal kriteria ku dan hanya menuruti perintah ibu mu untuk bertemu pacar mu saat ini?"

"Yeah..." balas Argani.

"(Aku tak tahu apa yang terjadi tapi.... Ha....) Baiklah, tapi jika ini gagal, aku tetap tidak akan melunasi nya kan?"

"Yeah, terserah... Jika aku berubah pikiran."

"Apa?! Tapi kan aku tidak tahu... Harus seperti apa di depan ibu mu."

"Yah mau bagaimana lagi, aku juga tak mau ibu sedih tidak menemukan menantu yang cocok untuk putra nya yang sudah sukses ini, sudahlah, ayo," Argani berjalan duluan.

Ima hanya bisa menghela napas panjang. "(Ibu, maafkan putri mu ini.)"

Sesampainya di sebuah apartemen, Ima terdiam menatap apartemen itu yang besar.

"Cepat, apa yang kau tunggu," Argani menatap dingin. Lalu Ima mengikutinya.

Argani membuka pintu dan mereka masuk. "Ini apartemen ku, jangan salah dulu, aku punya rumah lebih baik dari ini, hanya saja apartemen ini untuk tempat bertemunya ibu dengan wanita wanita yang gagal dari ujian nya itu," kata Argani.

Ima melihat sekitar dan terdiam. "Um... (Kenapa... Berantakan,)" rupanya apartemen nya berantakan dan kotor.

Lalu ponsel Argani berbunyi, ia mengangkat nya langsung. Lalu menutupnya dengan cepat dan menghela napas panjang. "Ha.... Hei...." panggil nya membuat Ima menoleh.

"Sepertinya aku tak bisa menemui mu, ibu akan ke sini 1 jam lagi, persiapkan penampilan mu itu agar rapi, kau bisa menggunakan kamar mandi dan baju baju di sini."

"Eh mau kemana? Aku tak akan bisa berkata apa-apa jika ibu mu datang."

"Cukup sambut dia dan katakan bahwa kau pacar ku," balas Argani lalu ia berjalan keluar, seperti nya pekerjaan nya yang memanggilnya.

Ima terdiam ketika pintu tertutup dan hanya dia yang ada di apartemen itu. "Apa yang harus aku lakukan?" ia melihat sekitar, bahkan gorden nya tidak terbuka. Apartemen itu seperti sudah lama tidak di gunakan dan malas menggunakan nya.

"Dia bilang banyak wanita wanita yang menunggu ibunya di sini untuk di perkenalkan menjadi pacar nya, tapi kenapa tidak ada satu pun tempat ini yang bersih.... Haiz... Aku juga tidak kuat jika melihat tempat kotor seperti ini, ini waktunya menjadi Ima rumah tangga," ia langsung meletakan tas nya dan menemukan apron di sana.

Tak lupa mengikatkan rambut nya dan melinting bajunya untuk mudah di gunakan, ia terlihat menggunakan apron itu. "Baiklah, apartemen sebesar ini juga sudah jelas harus bersih," ia mengambil sapu. Sepertinya dia akan membersihkan tempat itu.

Selama 30 menit, dia berhasil membersihkan debu, sampah dan merapikan barang berantakan tak lupa membuka gorden agar semuanya tersinari matahari.

Ima melihat dari jendela bahwa sebentar lagi sore karena sudah jam setengah 4.

"Aku masih ada waktu setengah jam menyiapkan sesuatu sebelum ibu Argani pulang," gumam nya, ia lalu berjalan ke dapur dan membuka lemari es juga rak rak makanan di sana.

"Wah.... Banyak banget makanan nya, ada daging, sayur... Buah!!" Ima menatap senang. "Di rumah sama sekali tak ada bahan bahan se komplit ini.... Haiz.... Sudahlah, ini juga punya orang lain, aku akan memasak makan malam," ia mulai menyiapkan bahan-bahan dan memasak.

Mulai dari mengiris, memasak dan menyiapkan nya, hingga benar-benar selesai, semuanya tampak enak.

"Huf... Akhirnya selesai," tak lupa ia juga mencuci barang-barang yang ia pakai tadi. Lalu melepas apron nya.

Apartemen itu sekarang benar-benar sangat bersih dan rapi, apalagi makanan yang telah terjadi dengan tampak enak dan menggugah selera makan.

Ima menatap ke jam dinding. "Aku masih punya waktu 5 menit, baiklah, aku akan mandi..." Ia berjalan ke kamar mandi.

Di saat itu juga, tepat jam 5 sore. Ada yang masuk ke tempat itu. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang muda, meskipun dia paruh baya, dia tampak seperti wanita yang memiliki bisnis tinggi.

Dia masuk dan melihat sekitar, seketika mata nya benar-benar tak bisa dikatakan tenang, dia benar-benar berwajah tak percaya melihat tempat itu benar-benar bersih. "Apa yang terjadi? bukankah biasanya tidak serapi ini?"

Lalu ia juga mencium aroma yang enak, langsung berjalan ke dapur dan melihat makanan enak di sana.

"Siapa yang melakukan ini?" ia melihat sekitar, di saat itu juga menemukan tas Ima yang ada di bangku sofa. Ia mengambilnya. "Ini tas belajar?"

"Tidak mungkin bukan? Apakah ini tas milik orang lain, tidak mungkin ini milik Argani," ia masih memasang wajah serius itu. Sepertinya tak lain adalah, dia ibu dari Argani.

Dia benar-benar datang tepat pada waktunya, tapi sayang nya Ima masih bersiap di kamar mandi dan tidak tahu ibu Argani datang.