Sementara, Kediaman Tuan Aksara.
"Paman!! Aku datang!!" Teriak Clara sejak turun dari mobil Samudera.
Clara berlari menuju ke pintu utama berbarengan dengan terbukanya pintu itu.
Tuan Aksara merentangkan kedua tangannya menyambut Clara.
"Selamat datang sayang..." Tuan Aksara memeluk Clara penuh rindu, anak yang selalu menjadi beban pikirannya semenjak sahabatnya meninggal.
"Paman sehat?"
"Sehat, bertemu dengan mu tambah sehat, ayo masuk." Tuan Aksara masuk ke dalam rumah dengan Clara yang bergelayut manja dilengan Tuan Aksara.
Samudera yang sejak tadi menjadi penonton keharmonisan ayah dan sahabatnya mencebikkan bibirnya.
"Dih! Sebenarnya yang anaknya itu aku apa Clara?"
Samudera menendang bebatuan yang tertata rapi di halaman rumahnya.
KLOTAK!
PRANK
Dan ternyata batu itu menyasar pada pot yang tak jauh dari lokasinya berdiri.
"Ya Ampun! Bunga gue..." Samudera lari melihat pot yang berserak dengan berselimut tanah dan media tanam.
"Den, kok pecah?"
"Ga sengaja pak, ga apa – apa biar saya yang rapikan, bapak tolong ambilkan pot yang baru di belakang."
Sang tukang kebun mengangguk patuh lalu lari kebelakang mengambil apa yang diminta oleh Samudera.
"Ibu maafkan aku, karena kekesalan ku bunga kesayanganmu jadi rusak." Gumam Samudera sambil memungut puing – puing pot lalu ia kumpulkan menjadi satu.
Di dalam rumah, Tuan Aksara dan Clara memperhatikan apa yang di lakukan oleh Samudera. Tuan Aksara menarik nafas panjang.
"Lihatlah, sahabatmu tidak pernah berubah, bahkan saat pemilik bunga itu telah tiada dia tetap merawat bunga itu dengan baik." Ujar Tuan Aksara nampak sendu terlihat jelas di wajah tuanya.
Clara tersenyum kecil lalu bersandar pada jendela besar sambil memperhatikan bos sekaligus sahabatnya itu yang sedang merapikan pot bunga.
"Dia masih anak manja yang sama, paman." Ucapan Clara membuat pandangan Tuan Aksara yang tadi menatap sang putra kini beralih menatap pada Clara.
Tuan Aksara terkekeh, "Kamu benar... dan hanya kamu yang mampu memahaminya dengan benar."
"Paman jangan melupakan Anton, itu tidak adil paman."
Tuan Aksara tersenyum lalu mengangguk- anggukkan kepalanya, tangan tuanya meraih jemari Clara lalu menariknya masuk menuju ke ruang makan.
"Ayo kita makan, paman sudah lapar."
Clara tidak menjawab, namun langkah kakinya mengikuti kemana Tuan Aksara membawanya melangkah.
"Kenapa Anton tidak ikut kalian kemari?"
"Entahlah, dia hanya mengatakan jika Ia masih ada keperluan."
"benarkah?" Tuan Aksara mengerutkan dahi.
Tuan Aksara sangat yakin jika Anton sampai tak menemuinya saat Ia kembali ke negara ini, Itu berarti ada sesuatu yang sangat penting untuk di kerjakan.
"Baiklah, dia memang anak yang rajin dan pintar sama persis dengan kedua orang tuanya."
Clara tersenyum lalu duduk di kursi yang berdekatan dengan Tuan Aksara, tak berapa lama Samudera masuk ke dalam ruangan.
"Kalian sungguh keterlaluan!" Ucap Samudera lalu duduk berhadapan dengan Clara.
Tuan Aksara dan Clara saling pandang.
"Apa maksudmu? Datang – datang langsung marah."
Samudera menatap sang ayah.
"Dasar tua bangka." Umpat Samudera lalu menyendokkan nasi ke dalam piring.
"Kamu tidak salah mengambil nasi sebanyak itu? Padahal baru saja kita makan Lho." Clara menatap heram pada Samudera.
"Aku lapar, kenapa?"
Clara mengeleng dengan dahi berkerut.
"Jadi kalian sudah makan?" Tanya Tuan Aksara.
"Iya, tadi sebelum kesini kami mampir ke cafe, karena Sam mendadak lapar katanya." Jawab Clara sambil mengalihkan pandangannya dari Tuan Aksara pada Samudera yang sedang lahap memakan makanannya.
Tuan Aksara tersenyum lebar.
"Kalau cemburu bilang." Bisik Tuan Aksara pada sang putra.
"UHUKKK!!"
Sontak saja bisikan Tuan Aksara membuat Samudera tersedak.
"begitu aja kesedak." Cibir Tuan Aksara.
Ayah dan anak itu memang seperti anjing dan kucing, selalu saja bertengkar jika sedang bersama. Namun Clara tau keduanya juga memiliki ikatan yang sangat erat, saling memperhatikan satu sama lain, Clara juga sangat tahu jika itu adalah cara mereka menghilangkan kesedihan mereka karena di tinggal Alma, Ibunda Samudera.
Clara memberikan minuman pada Samudera.
"Makasih." Ucap Samudera setelah menengak habis minuman yang di berikan oleh Clara.
"Ayah seneng banget kayaknya lihat anaknya menderita." Gerutu Samudera, namun Tuan Aksara hanya terkekeh dan melanjutkan makannya.
Acara makan malam pun usai, kini mereka bertiga sedang duduk di ruang tengah sambil menikmati cemilan.
"Kamu menginap disini kan, Clara?" Tanya Tuan Aksara dengan kepala menoleh pada Clara.
"Tidak!" Jawab Samudera.
"Ayah tanya Clara bukan kamu."
"Aku mewakili dia menjawab."
"Aku akan menginap disini paman."
"Heh!" Samudera mendelik.
Tuan Aksara terkekeh, sungguh anak laki – lakinya ini sungguh sangat manja dan selalu ingin di perhatikan.
"Siapa yang suruh kamu menginap disini?" Ketus Samudera.
"Kenapa memangnya? Bukan kamu sendiri pemilik rumah disini." Clara tak mau kalah menjawab.
"Tapi aku berhak atas rumah ini."
"Tapi aku kesini atas undangan paman, bukan undangan mu." Clara masih saja mendebat.
"IH! Kamu ini suka sekali dapat undangan dari om – om."
"Asal Om nya itu Om Aksara ga masalah, WEK!"
"HIH! Dasar kamu! Awas jangan ganggu aku tidur!" Kata Samudera kesal.
"Ga kebalik? Yang biasanya ganggu aku tidur kalau menginap disini itu siapa?"
"Kalian berdua ini, sampai kapan mau jadi kucing sama anjing?" Tuan Aksara menyela perdebatan mereka.
"Ayah! Jangan membelanya lagi."
Tuan Aksara mengelengkan kepalanya, "Terserah kalian, ayah mau tidur."
"Oya, Clara ini dokumen untuk mu, paman sengaja menyuruhmu datang kemari untuk menyerahkan dokumen ini. Bacalah.."
"Apa ini paman?"
"Baca saja, kau pasti akan mengerti. Samudera! Jangan tidur dulu sebelum Clara tidur!"
"Apa! Aku bukan sekuriti nya dia ayah.." Samudera berdiri lalu menunjuk pada Clara.
"terserah, tapi kamu harus menemani Clara hingga Ia memahami isi dokumen itu."
Samudera memutar bola mata malas, lalu duduk kembali dengan memeluk toples berisi cemilan kegemarannya. Sementara Tuan Aksara kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Clara dengan penuh penasaran lalu membuka dokumen yang di berikan padanya.
"Ini..." Sungguh Clara tak menyangka sebelumnya jika investasi yang Ia masukkan ke dalam salah satu anak perusahaan Tuan Aksara di London akan membuatnya menjadi pemilik saham terbesar.
Tuan Aksara membuka perusahaan baru di London menggunakan uang yang di investasikan Oleh Clara, dan tanpa Clara ketahui bahkan perusahaan itu sekarang telah sah atas nama dirinya.
"Sam..."
"Hem.."
"Sam!" Panggil Clara agak berteriak karena sahabatnya itu masih saja mengacuhkannya.
"Apa sih Clara!"
"Ini.."
Sam langsung mengambil dokumen yang disodorkan padanya. Seketika matanya membola saat membaca isi dokumen itu.
"Kenapa secepat ini?" Gumam Samudera yang masih bisa di dengar oleh Clara.
"Maksud Lo apa?"
Samudera menatap manik mata Clara, ini adalah rencana dirinya dan ayahnya untuk melindungi Clara.
"Ini perusahaan milik Lo." Ucap Samudera.
"Iya, maksudnya apa? Kenapa bisa begini? Gue ga pernah merasa membangun sebuah perusahaan, Sam."
"Ini bentuk rasa cinta gue dan ayah sama elo." Balas Samudera.