webnovel

Carisa yang manja

"Jadi kerjasama dengan perusahaan Dimas sudah terlaksana?" Tanya Clara mengulang apa yang di sampaikan oleh Anton .

"Hm." Sahut Anton dengan anggukan.

"Ih! Makasih ya bos." Samudera melirik Clara dengan ekor matanya.

"Jangan lupa di tunggu ayah di rumah, nanti malam." Ucap Samudera mengingatkan Clara.

"Iya.. iya pasti ga akan lupa kok.."

"Ehm... "

"Apa lagi...?" Tanya Samudera tanpa menatap Clara dan masih asik dengan cemilan di hadapannya.

CUP

Satu ciuman di pipi Samudera membuat dia diam tak bergerak sedikitpun. Begitu juga dengan Anton yang menyaksikan itu hanya melongo tak percaya dengan apa yang ia saksikan.

"Gue enggak, Ra?" Tanya Anton menggoda Clara.

"Satu pelukan buat elo." Ujar Clara seraya memeluk sekilas Anton dari samping.

Sehangat itu persahabatan mereka, sedalam itu kasih sayang mereka satu dengan yang lain, bukan Clara tidak mengetahui apa yang di rasakan oleh Samudera untuk dirinya, namun segala sesuatu nya Clara ingin jelas, termasuk keinginan hatinya. Clara tak ingin salah melangkah yang justru akan menghancurkan persahabatan mereka yang sudah terjalin begitu lama.

"Kok LO diem Sam?" Tanya Clara menatap sahabatnya yang satu itu hanya diam dengan tatapan pada dirinya yang sulit di artikan.

"LO ga salah tempat cium gue?" Tanya Samudera yang sontak membuat Clara bingung.

"Maksud LO?"

"Kenapa LO cium di sini bukan disini?" Jawab Samudera dengan menunjukkan pipi kemudian bibirnya.

PLAK

Satu pukulan keras di bahu Samudera, sedangkan Samudera tertawa terbahak melihat ekspresi kesal Clara.

"Oey! Jangan marah.... nanti cantiknya luntur..."

"Emang bedak, luntur!"

Samudera dan Anton tak sanggup lagi menahan tawa mereka melihat kelucuan wajah Clara yang nampak kesal.

"Udah pulang yuk! Udah sore ni." Ajak Clara pada akhirnya.

"Langsung ke rumah ya.." Ajak Samudera seraya bangkit dari duduknya.

Clara hanya mengangguk dan berjalan di sisi Samudera diikuti Anton setelah membayar makanan mereka.

Ketiganya keluar dari cafe secara beriringan, sampai akhirnya mereka tiba di parkiran cafe.

"AAAAA.... Sakit dodol!" Teriak Anton, sontak Samudera yang telah duduk di kursi kemudi serta Clara yang baru saja masuk di samping Samudera menoleh pada Anton.

"Kenapa sih?" Tanya Clara

"Masih nanya lagi, lihat ni.." Anton menjulurkan jarinya yang lecet karena tak sengaja terjepit pintu mobil yang di naiki Clara.

"Lha kok bisa?" Tanya Clara lagi tanpa dosa.

"dah sana balik..." Usir Anton.

"Jari Lo ga papa?" Tanya Clara serius.

"Tumben Lo peduli.."

Clara terkekeh..

"Ya udah sih, kita pulang dulu ya.." Pamit Samudera.

"Tapi itu... jari... nya Anton."

"Dia ga akan mati Cuma karena jarinya lecet." Ujar Samudera sambil memutar setir mobil keluar dari parkiran.

"Idih..." Clara mencibir.

Sementara Anton yang masih sudah di dalam mobil dan sedang mengoleskan obat di jarinya, langsung terdiam saat mendengar suara yang sangat Ia kenal.

'Carisa,'

Anton membuka jendela mobil agar lebih jelas melihat siapa yang berbicara di belakang mobilnya.

"Tapi Om, Carisa juga ga tahu dimana kakak sekarang berada." Suara carisa terdengar jelas di telingga Anton.

"Om tidak mau tahu carisa, kamu harus segera mencari tahu dimana kakak kamu berada, nasib perusahaan tergantung pada Clara." Ucap Laki – laki paruh baya yang di panggil Om oleh Carisa.

Sejenak Anton dapat melihat kegalauan Carisa, lalu beberapa detik kemudian Carisa terlihat menarik nafas panjang.

"Baiklah paman, Carisa akan mencari tahu keberadaan kakak."

"Kamu harus tahu Carisa, perusahaan kita membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan harapan kita hanya kakak kamu."

'Dana? Apa kaitannya dengan Clara?' Dalam hati Anton bertanya, kemudian menajamkan kembali telingganya.

"Iya Om, Carisa tahu. Tapi bagai mana kakak bisa mendapatkan uang sebanyak itu Om?" Tanya Carisa.

Sedangkan sang paman hanya mengelengkan kepalanya.

"Kamu ini memang berbeda dengan Clara. Kakak mu itu sangat pintar dalam mengelola keuangan dan kekayaan milik ayahmu, kau tahu penyebab dari kakak mu di usir dari rumah?"

"Karena Kakak adalah penyebab dari kematian ayah." Jawab Carisa.

"Dan kamu tahu sendiri hingga detik ini kita belum mendapatkan bukti jika Clara terlibat dalam pembunuhan ayahmu, lagi pula rasanya itu tidak mungkin." Jawab sang paman.

"Kenapa paman?"

"Clara selalu berhati – hati dalam menentukan keputusan, dan lagi Clara adalah orang terdekat ayahmu sejak ibumu meninggal, Clara yang tahu betul seluk beluk perusahaan walau Ia tak pernah terlihat ikut andil mengurus perusahaan, tapi paman tahu di balik ke suksesan ayahmu disitulah kakakmu, namun karena orang – orang licik itu, kakakmu di tuduh mencuri uang perusahaan."

"Begitukah paman?" Tanya Carisa dengan tatapan nanar pada pamannya karena baru mengetahui kebenaran yang sesungguhnya tentang kakaknya.

"Tapi paman, apa suntikan Dana darin keluarga Dimas tidak cukup untuk memulihkan krisis di perusahaan ayah?" Tanya Carisa.

Sang paman menarik nafas panjang, "Sejak dulu keluarga Dimas adalah musuh keluargamu, tapi entah mengapa sejak ayahmu meninggal dan Dimas mempunyai hubungan dengan mu, keluarga Dimasberubah menjadi sangat baik."

"Bukankah itu bagus, paman?"

Sang paman lagi – lagi mengelengkan kepalanya, "Justru itu yang paman takutkan."

"Kenapa?" Tanya Carisa dengan wajah penuh kebingungan.

"Tidak apa – apa, kadang kita tidak boleh terlalu mempercayai seseorang walaupun itu orang terdekat dengan diri kita, apa lagi dalam dunia bisnis yang hampir tidak ada kawan abadi. Sudahlah Carisa kamu sekarang pulang saja, ini sudah sore, paman juga haruspergi."

"Paman mau kemana? Kenapa paman tidak ikut pulang bersama ku? Pasti nenek senang jika lihat paman datang."

"Carisa, belum saatnya Paman pulang, masih banyak hal yang haruspaman lakukan, kamu jaga diri dan juga jaga nenek."

"Kenapa semua orang pergi meninggalkan aku paman?" Carisa menunduk sendih dengan air mata yang mulai mengalir.

"Carisa, paman harus mencari tahu apa penyebab kematian ayahmu, dan juga paman tetap harus mencari kakakmu, jika semua sudah jelas paman akan pulang. Ingat Carisa kamu tidak boleh terlalu percaya dengan siapapun, OK."

"Walau itu dengan kakak paman sendiri?"

"Ya, siapapun itu bahkan nenek sekalipun."

Carisa terisak, dia yang begitu manja kini harushidup sendiri tanpa orang – orang yang selalu menyayanginya, kakak, ayah dan Ibu semua pergi, dan Carisa tak pernah mengetahui mengapa semua hal buruk itu bisa terjadi."

"Paman, apa aku bisa menemuimu? Dimana aku harus menemui paman? Atau no ponsel paman?"

"Carisa, paman yang akan datang padamu, sekarang pulang lah." Sang paman mencium kening keponakan manjanya itu kemudian berlalu dengan sebuah mobil jeep, yang menjadi kesukaannya.

Begitu juga dengan Carisa yang langsung masuk ke dalam mobil miliknya setelah sang sopir membukakan pintu.

"Jangan katakan pada siapapun jika aku baru saja bertemu dengan paman." Perintah Carisa pada sang sopir.

"Baik, Nona."

"Apa separah itu kondisi perusahaan ayah Clara?" Gumam Anton sambil mengetuk – ngetuk setir mobil.