"Aduh! Ampun!"
"Clara! WOY!"
"Bangun ga Lo?!" teriakan Clara melengking di telingga Samudera.
"Tuh suara apa toa mesjid sih, kenceng banget!"
"Sialan Lo!" Clara memukul bantal pada tubuh Samudera.
Samudera lalu berlari menuju ke kamar mandi, namun lagi – lagi langkahnya terhenti karena ucapan Clara.
"Mau kemana Lo?"
"Ke kamar mandilah."
"mau ngapain?"
"Ya mau mandi Clara, mau ngapain lagih?"
"Ini masih jam dua dini hari Lo mau mandi?"
Samudera sontak menatap jam dinding kamarnya lalu menoleh menatap Clara.
"terus lo ngapain bangunin gue jam segini? Ih dasar cewek aneh! Selalu aja gini nih kalau Lo nginep rumah gue." Gerutu Samudera.
"Boleh ga sih gue pancung kepala Lo?" Ucap clara.
"Busyet serem amat!"
"Ayo ikut gue.." Clara langsung menarik tangan Samudera agar mengikuti dirinya.
"mau kemana sih?"
"Pokoknya sekarang Lo ikut gue, ga usah brisik!"
"Ya Ampun Clara, paling ga biarin gue ganti baju dulu napa..."
"Ga perlu, yang penting kan Lo dah pakai baju."
"Aish!"
Clara tak lupa mengambil kunci mobil Samudera yang tergeletak di atas meja. Sedangkan Samudera hanya menurut saja kemana Ia akan di bawa oleh gadis pujaan hatinya itu.
"Untung sayang." Gumam Samudera sambil berjalan mengikuti Clara yang masih menarik tangannya.
Clara hanya diam walau dengan jelas Ia mendengar gumaman Samudera.
"kalian mau kemana? Terus kenapa Samudera di tarik – tarik gitu kayak sapi."
"Ayah!"samudera hendak protes namun sang ayah justru tertawa.
"Maaf paman, kami mau pergi ke apartemen Anton."
"malam – malam gini?" Tanya Tuan Aksara.
"Iya Om."
"Memangnya Anton kenapa?" Tuan Aksara mengikuti langkah Clara dan Samudera menuju ke pintu utama.
"Anton patah hati, takutnya dia bunuh diri, paman." Ucap Clara justru membuat Samudera menepuk keningnya, sedangkan Tuan Aksara tersenyum kecil.
"Ya sudah, hati – hati, jangan sampai lupa jalan."
Samudera dan Clara sontak menatap Tuan Aksara yang tersenyum jenaka.
"Kan bisa tersesat kalau sampai lupa jalan." Lanjut Tuan Aksara dengan tersenyum kaku.
"Mana mungkin kita tersesat ayah, ga lihat nih dora senior hahaha." Samudera dan Tuan Aksara tertawa terbahak sambil menatap pada Clara yang sedang melipat wajah kesal.
"Mana ada dora rambut panjang?" Clara mencoba mengelak.
"Tuh lihat poni jangan di lupakan.." Samudera terus tertawa bersama sang ayah.
"Ayo masuk!" Clara langsung mendorong Samudera ke dalam mobil.
"Aduh! Gue Samudera bukan sapi dodol.."
"Gue tahu.. kami berangkat paman..." Pamit Clara.
"Ya, hati – hati."
Selama perjalanan Samudera terus menguap karena kantuk yang tak tertahan, untung saja Clara peka akan hal itu, maka Ia lah yang berinisiatif untuk menyetir.
"Kenapa sih Lo panik banget Cuma karena Anton patah hati... lagi pula kan udah biasa juga dia patah hati." Ucap Samudera memecah keheningan.
"Bawel banget sih lo, ntar kalo dia bunuh diri gimana?" Tanya Clara dengan melirik Samudera yang matanya sedikit terpejam.
"Gue yang patah hati Lo cuek mulu."
"Lo? Patah hati? Hahahaha... kapan Lo pacaran?"
"Sialan lo, gue ga pacaran aja sering patah hati, sialnya lagi cewek itu ga tahu diri udah bikin gue patah hati."
Clara tertawa, "Muka Lo tuh muka ngeselin tahu ga? Pantas aja lah tuh cewek ga mau ama Lo."
"Termasuk Lo?" Tanya Samudera dengan menoleh pada Clara yang sedang sibuk menatap jalanan malam.
"Kali... Hahahaha.." Jawab Clara cuek, sedangkan Samudera langsung memalingkan wajahnya keluar jendela.
Emang Clara yang ga pernah peka atau memang Clara ga mau peka terhadap perasaan yang dimiliki Samudera sih? Terkadang Samudera di buat bingung dengan sikap Clara.
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di apartemen Anton. Keduanya hendak turun, namun setelah Clara turun lebih dulu, Samudera mengingat dan mencari sesuatu...
"Lo cari apa?" Tanya Clara pada samudera melalui jendela mobil samudera.
"Sendal..."
"Emang Lo bawa sendal?"
"Ya Ampun Clara, kenapa Lo ga ingetin gue pakai sendal sih.."
"Lha suruh siapa Lo ngetawain gue.." Ucap Clara lalu berjalan meninggalkan Samudera yang masih nampak kebingungan.
"Ra... tunggu Ra..."
"Buruan!"
"Sialan nih Bocah, gue sumpahin tahu rasa Lo."
Clara tertawa, "Lo mau nyumpahin gue jadi monyet, atau jadi apa?"
"Keenakan Lo kalau jadi monyet.."
"Terus.."
"Gue sumpahin Lo jadi bini gue.." Ucap Samudera sambil ebrlari meninggalkan Clara dengan bertelanjang kaki memasuki lift.
"Sialan Lo." Clara akhirnya ikut berlari mengejar Samudera yang telah sampai di dalam lift terlebih dulu.
"Aduh Ra sakit!" Teriak Samudera sambil mengelus kakinya yang diinjak Clara.
"rasain tuh! Biar Lo ga bisa lari terus ninggalin gue."
"Sembarangan, bisanya juga elo yang ninggalin gue duluan."
TING
Suara nyaring lift menandakan mereka telah sampai pada lantai yang mereka tuju.
"Spada.." Clara langsung membuka pintu apartemen Anton begitu saja, karena memang Ia sudah sangat hafal dengan pasword apartemen Anton.
"Lah... dia tidur... Lo bilang dia patah hati..." Ucap Samudera yang melihat Anton tergeletak di lantai beralas karpet terbal dengan televisi yang masih menyala.
"Terlalu pusing kali dia, jadi dia tidur." Clara berkilah.
"Woy bangun lo!" Samudera menepuk pundak Anton yang tidur tengkurap.
Sontak Anton langsung membuka mata dan heran melihat kedua sahabatnya muncul di hadapannya tanpa ia harapkan.
"Ada apa an kalian kemari?" Tany anton namun tak beranjak dari posisi rebahannya.
"Tuh si Clara bilang Lo mau bunuh diri karena patah hati." Jawab Samudera sambil menunjuk Clara yang telah menghilang entah kemana.
"Dikerjain Lo sama Clara, terang – terangan pagi tadi dia bikin gue patah hati, kalau gue mau bunuh dirin kenapa ga dari tadi aja gue?"
Samudera berpikir, lalu menatap pintu kamar yang ering di pakai oleh Clara jika menginap di apartemen anton.
"Clara sialan!"
Sedangkan Clara di kamar tertawa terbahak karena berhasil mengerjai Samudera, Ya dia selalu tak bisa tidur jika berada di rumah Samudera, dan selalu seperti ini hasilnya, Ia akan membangunkan Samudera tengah malam lalu mengajak laki – laki itu begadang semalaman, atau berkeliaran mencari makanan di tengah malam.
Di kediamannya, Tuan Aksara tersenyum sambil menatap foto Clara bersama Samudera.
"Pasti kamu tidak bisa tidur, Nak." Gumam Tuan Aksara.
"Rumah ini terlalu banyak menyimpan kenangan untuk dirimu dan tante, kamu seperti anak kami sendiri. Semoga memang kamu berjodoh dengan Samudera sayang."
Diusia senjanya, Tuan Aksara masih harus bergelut dengan peliknya dunia bisnis demi Clara, demi menjalankan semua hasil investasi Clara.
"Aku akan berjuang untuk anak – anak kita, kawan. Doakan aku hidup lebih lama lagi agar bisa mendampingi mereka hingga mereka bahagia dengan pasangan masing – masing, walau kita telah sepakat untuk menjodohkan mereka, namun biarlah kebahagiaan mereka lebih penting." Tuan Aksara bergumam masih dengan membuka album foto keluarganya yang sedang berlibur dengan keluarga Clara.