5 Durjana memang!

PLAK!

"Waduh!!" Clara terlonjak kaget saat tiba – tiba saja ada seorang perempuan berdiri di depan pintu apartemen Anton yang bertepatan dengan Ia yang akan keluar dari pintu apartemen bersama anton.

"Dasar pria sampah!" Ucap si wanita pada Anton yang masih dengan ekspresi terkejut karena kejadian yang begitu mendadak.

Setelah memberi tamparan serta umpatan pada Anton wanita tadi lalu pergi begitu saja dari hadapan Anton yang masih sibuk mengusap pipi bekas tamparan dan belum terbangun dari efek keterkejutannya.

"Mirna!" Anton ingin mengejar wanita yang ternyata mempunyai nama Mirna itu, namun tangan Clara menarik kerah baju bagian belakang Anton sebelum Anton melangkah lebih jauh untuk mengejar Mirna.

"Duh! Clara lepasin! Gue harus kejar tuh cewek." Ucap Anton dengan nada kesal.

"Ngapain Lo kejar?" Tanya Clara santai

"Ya iyalah, LO ga mau kan gue jadi jomblo lumutan? Atau jangan – jangan Lo pingin gue jadi jomblo seumur hidup? Iya?!" Ucap Anton seraya memajukan wajahnya pada Clara.

Sontak Clara memundurkan wajahnya, lalu dengan satu jarinya Ia dorong kening Anton agar menjauh dari wajahnya.

"EH! Denger! Cewek macam itu ga cocok buat Elo." Kata Clara tak kalah sengit.

"Tau apa Elo tentang cewek tadi?"

"Yang gue tahu dia punya salah sat sifat yang harunya tidak Ia punyai buat jadi istri Lo."

"Maksud LO?"

"Dia cewek egois."

"Dari mana kamu tahu kalau dia egois?"

"Tanpa memberikan kesempatan sama elo untuk menjelaskan sesuatu atau paling tidak dia tanyakan dulu lah apa yang terjadi, ga langsung main gampar aja itu sudah cukup bukti kalau cewek itu egois, dan satu lagi..."

"Apa?"

"Kekanak-kanakan, alias tidak dewasa Man."

"Sok tahu LO."

"Seterah Lo mau percaya atau enggak sama gue." Clara langsung pergi begitu saja dari hadapan Anton yang masih diam dan hanya menatapnya.

"Mau berangkat kerja ga lo, apa mau dipecat ama si Sam?" Kata Clara sambil memegang pintu lift agar tidak tertutup.

Setelah menghembuskan nafas kasarnya Anton langsung berjalan menuju ke lift dimana Clara sudah berdiri menunggunya.

"Pasti sakit ya?" Tanya Clara tanpa dosa sambil menatap sebelah pipi Anton yang masih nampak merah.

"Sudah tahu pake nanya." Ketus Anton. Sedangkan Clara terkekeh tanpa rasa bersalah.

Di sebuah rumah mewah Samudera sedang menikmati sarapan paginya yang tidak biasa. Jika biasanya Ia akan menikmati sarapan pagi seorang diri tidak pagi ini, sang ayah tercinta datang dari LA khusu untuk menemuinya.

"Jadi ada apa ayah datang?" Tanya Samudera tanpa basa – basi.

Tuan Aksara yang mendengar pertanyaan dari abaknya itu langsung menghentikan kunyahannya.

"Apa kau keberatan kalau ayah pulang?"

"Jelas saja keberatan, karena pasti ada maunya."

Tuan Aksara tersenyum seraya menatap Samudera yang masih lahap- menyantap makanannya.

"Kamu selalu tahu apa yang ayah mau, apa kali ini kamu juga sudah bisa menebaknya?" Tuan Aksara tersenyum lalu kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Samudera menoleh pada sang ayah, "Tentu saja aku tahu."

"Kalau begitu, cepet kau bawa dia kemari."

"Cih! Sebenarnya yang anak ayah itu aku apa dia?"

Tentu Tuan Aksara sangat paham jika anaknya itu sedang merajuk.

"Tentu saja dirimu."

"Itu meragukan." Jawab Samudera yang kembali membuat Tuan Aksara terkekeh.

"kalian suadah sama – sama dewasa, bukan anak yang baru gede lagi."

"Itu tak akan merubah apapun, ayah tahu itu."

Tuan Aksara geleng – geleng kepala.

"Baiklah, kalau begitu seluruh saham ayah akan ayah berikan pada Clara bagaia mana?"

Sontak kedua mata Samudera membola sempurna "Ayah!" Geram Samudera.

Tuan Aksara ajustru tertawa terbahak – bahak melihat ekspresi kesal anaknya.

"Sudah sana berangkat bekerja, jangan sampai kau buat bangkrut perusahaan ku."

"Astaga! Ayah macam apa kau ini?"

Tuan Aksara semakin tertawa keras, sementara langsung bangkit dari duduknya, menyalami ayah tercinta lalu melangkah meninggalkan ruang makan untuk segera berangkat ke kantor.

"Hallo, Ton."

"Ya Tuan."

"Apa Clara masih bersama mu?"

"Tentu saja Tuan, seperti yang anda perintahkan."

"Baguslah, jangan biarkan dia pergi, katakan padanya si tua bangka mencarinya."

Anton hampir saja menyemburkan tawanya mendengar sebutan Samudera pada sang ayah.

"Baik, akan saya sampaikan Tuan."

"OK, sampai bertemu di kantor."

"Baik."

Di ruang kerjanya Clara yang sedang mengisi form pengunduran diri, tersenyum saat mendapatkan pesan masuk dari Anton.

"Aku rindu paman." Gumam Clara.

"Sebenarnya siapa dan seperti apa paman Lo Clara, gue jadi penasaran." Ucap Gladys yang mendengar gumaman sahabatnya itu.

"Ada deh, yang pasti dia orang yang sangat baik, dia sahabat mendiang ayahku."

"Pantas saja beliau dengan senang hati membiayai kuliah Lo sampai tamat, bahkan sampai lulus s2."

Clara tersenyum, ayah Clara dan Samudera adalah sahabat dekat, sedangkan Anton adalah anak dari asisten Tuan Aksara yaitu ayah Samudera.

Kedua orang tua Anton ikut bersama Tuan Aksara menetap di luar negeri, maka dari itu Anton memilih tinggal di apartemen dari pada haruspulang kerumah orang tuanya. Tanpa ada yang bisa Ia temui disana terkecuali para asisten rumah tangga yang telah bekerja puluhan tahun pada keluarganya.

"Ra, Lo serius mau masuk ke perusahaan Dimas?" Tanya Gladys memastikan.

"Tentu saja, dengan begitu aku bisa membalas sakit hatiku pada Dimas." Jawab Clara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop di hadapannya.

Gladys mangut – mangut, "Benar juga, laki – laki penghianat memang harus di beri pelajaran."

Clara hanya mengangguk, Gladys hanya tahu jika Dimas adalah kekasih Clara yang telah berselingkuh, namu n Gladys tak mengetahui masalah rumit keluarganya yang melibatkan Dimas sebagai pelaku utama pokok permasalahannya.

"LO harus selalu cerita ke gue apapun itu, jangan segan – segan mengatakan apapun sama gue, Lo harus percaya gue akan selalu ada buat bantu Lo." Kata Gladys meyakinkan Clara.

"Oke, Oke.. dah sana lanjut kerja, ntar kena tegor bu Beti baru tahu rasa Lo."

Bu beti adalah kepala divisi yang terkenal galak dan tegas pada seluruh karyawan di bawah naungannya.

"Iya iya..."

Di dalam ruangan Samudera terdengar gelak tawa yang menggema. Saat sampai di ruangannya Samudera di buat tertegun oleh bekas tamparan pada wajah Anton, mau tak mau Anton langsung menceritakan apa yang di alami oleh dirinya pagi tadi saat hendak berangkat ke kantor.

"Bos dan anak buah sama – sama menyebalkan!" Gerutu Anton dengan wajah kesal.

"Jangan lupa kalau Elo juga anak buah gue, jadi itu sama artinya Elo juga menyebalkan." Samudera kembali tertawa keras.

"Lagian memang betul apa yang di katakan Clara, perempuan macam itu ga akan cocok buat elo, masih banyak gadis di luar sana yang cocok buat elo. Sudahlah lupakan MIrna"

"Los dol itu mulut bener – bener ga ada filternya. Gampang amat nyuruh orang lain melupakan, dirinya aja masih belum move on, justru masih stak di tempat. Hem! Gitu aja belagu." Kesal Anton. Namun Samudera tak sakit hati justru Ia semakin tertawa.

"Maaf Tuan, ada Tuan Dimas di bawah." Ucap salah satu sekertaris Samudera.

"Dimas?" Samudera dan Anton saling pandang.

avataravatar
Next chapter