21 Diremehkan

Beberapa hari ini semua berjalan baik-baik saja. Berita jadiannya Ardilo dengan Taera semakin menyebar luas. Orang-orang yang awalnya tidak tahu siapa Taera itu, akhirnya kepo juga dengan Taera. Followers Taera di sosial media meningkat tajam. Dia juga semakin dikenal dan percaya diri untuk tampil di muka umum.

Saat mengetahui berita ini, pihak Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Ekonomi semakin mengawasi pergerakan BEM Fakultas Ekonomi. Bukannya melarang ketuanya pacaran, hanya saja mereka tidak ingin Ardilo lari dari tanggung jawabnya sebagai ketua BEM yang baru saja terpilih.

Perjalanan Taera di BEM juga masih di awal, setelah beberapa kali rapat departemen untuk membahas program kerja yang akan mereka ajukan, BEM Fakultas Ekonomi harus dilantik terlebih dahulu. Dan disinilah semua dimulai. Beberapa orang yang meremehkan Taera bermunculan.

"Jangan-jangan dia masuk BEM karena ada perlakuan khusus dari kak Ardilo..."

"Apa dari awal emang dia disuruh kak Ardilo masuk BEM ya?"

"Denger-denger dia tuh nggak ada pengalaman organisasi apapun. Mana bisa dia masuk BEM kalau dia nggak punya pengalaman organisasi?"

"Tahu dari mana lo?"

"Ya gue sih nggak sengaja denger pas wawancara. Dia ditanyain sama kak Yola..."

Begitu banyak cacian dibalik sikap baik orang-orang kepada Taera. Taera yang tak sengaja mendengar ini saat mau masuk ke gedung pelantikan hanya bisa tersenyum miris.

"Tae..." panggil Ardilo yang sedari tadi berdiri di belakang Taera.

Taera menoleh dan melihat Ardilo sedang menatapnya penuh keyakinan.

"Kakak...."

"Jangan dengerin omongan mereka. Biarin aja. Aku milih kamu untuk masuk BEM karena kualitas kamu secara objektif. Biar aja orang bilang apa. Tugas kamu sekarang, buktikan ke mereka kalau aku nggak salah pilih, oke," kata Ardilo kemudian tersenyum.

Inilah yang disukai Taera dari Ardilo. Dia selalu bisa memberikan jawaban penenang yang seolah bisa membuat hatinya kembali membaik dan merasa dia sangat berharga di dunia ini.

Taera pun tersenyum, "Iya kak."

"Ya udah, aku duluan masuk ya. Tadi aku sempet lihat Stefa. Kamu tunggu aja dia kalau nggak mau masuk sendirian," kata Ardilo memberi saran.

"Iya kak. Aku tunggu dia disini deh," kata Taera.

"Oke. Aku duluan ya, sayang," kata Ardilo kemudian menepuk bahu Taera untuk memberinya semangat.

"Jangan panggil sayang dong kak kalau di depan umum. Nggak enak kalau di denger orang," protes Taera.

"Lah kenapa? Masa sama pacar sendiri nggak boleh manggil sayang? Lagipula orang-orang udah pada tahu. Biarin aja. Biar mereka tahu kalau kamu itu pacar aku dan nggak ada yang boleh deketin," kata Ardilo kemudian tersenyum manis yang membuat Taera semakin jatuh cinta.

Bisa aja lo kak bikin hati gue terbang. Mana bandara jauh lagi dari sini, gue terbang naik apa? Batin Taera sambil senyum-senyum.

"Udah jangan senyum-senyum. Aku masuk dulu ya. Bye," pamit Ardilo.

"Hehe, iya kak," kata Taera.

Taera menunggu Stefa sampai di dekat gedung pelantikan. Saat itu Stefa terlihat sedikit gelisah. Membuat Taera sedikit bingung.

"Lo kenapa?" tanya Taera.

Stefa tampak bingung. Antara ingin bercerita dan tidak. Namun, Stefa tak ingin ada lagi rahasia diantara dia dan sahabatnya itu. Akhirnya Stefa memberanikan diri untuk berbicara.

"Beberapa anak DPM sama BEM ada yang gosipin lo sama kak Ardilo. Soal.... " Stefa bingung bagaimana mengatakannya.

"Soal gue yang masuk BEM dan jadi pacarnya kak Ardilo? Gue udah denger kok, Stef," kata Taera tenang.

"Lo udah tahu? Lo jangan ambil pusing ya. Biasalah namanya juga manusia pasti ada yang pro dan ada yang kontra. Tenang aja, gue akan selalu dukung lo. Masih banyak juga kok yang bakalan dukung lo. Lo nggak usah khawatir, oke," kata Stefa berusaha memberi semangat kepada Taera.

"Iya. Tenang aja. Gue akan buktikan sama mereka semua kalau gue layak masuk BEM," kata Taera dengan optimis.

Stefa tersenyum, dia lega Taera tidak bersedih dengan perkataan orang-orang. Padahal beberapa hari yang lalu semua pada mendukung, tapi dengan mudahnya kini mereka berbalik menyerang.

"Ya udah, yuk masuk," ajak Stefa.

"Yuk," kata Taera.

Mereka berdua kemudian berjalan ke gedung pelantikan. Saat mengisi daftar hadir dan mengambil snack, Taera mendengar beberapa orang yang bisik-bisik membicarakannya. Namun, Taera tak ingin ambil pusing. Dia dan Stefa kemudian segera masuk ke dalam dan duduk di kursi yang telah disediakan. Stefa bergabung dengan anak-anak BPH. Sementara Taera bergabung dengan anak-anak Departemen Seni Budaya.

"Hei cantik, sendirian?" tanya Belinda.

"Enggak kak, gue bareng sama Stefa," jawab Taera.

"Sama Stefa mulu? Kak Ardilo dianggurin," kata Koko kemudian tertawa kecil.

"Hus, ntar Ardilo denger dimarahin lo," celetuk Erlita.

"Tadi sempet ketemu kok. Cuma dia duluan terus aku nunggu Stefa," kata Taera.

"Lain kali barengan dong. Biar mesra gitu," kata Danisa meledek.

Anak-anak Departemen Seni Budaya saling meledek Taera dan membuat wajahnya bersemu merah.

"Udah ah. Jangan bahas itu terus," kata Taera.

"Oh ya, besok malam kita ada rapat sama Komisi 3 DPM ya. Buat bahas program kerja setelah disetujui sama Ardi," kata Belinda.

Mereka mengangguk dan segera mencatat di buku agenda mereka. Tak lama kemudian acara dimulai. Selama berjalannya acara, Taera memang sedikit kepikiran dengan perkataan orang-orang tentang dirinya dan Ardilo. Tapi dia tidak ingin memikirkannya terlalu dalam. Karena dia harus fokus dengan apa yang kini sudah menjadi tanggung jawabnya.

***

Setelah program kerja di setujui oleh Ardilo dan pihak BPH, malam harinya anak-anak Departemen Seni Budaya mengadakan rapat bersama Komisi 3 dari DPM Fakultas Ekonomi. Mereka janjian tepat jam 7 malam.

Saat itu, mereka saling berkenalan. Ketika Taera memperkenalkan diri, semua jadi tertuju pada Taera.

"Oh, jadi kamu ya pacarnya Ardilo?" tanya salah satu anak Komisi 3 DPM.

"Iya kak," jawab Taera dengan sopan.

"Kok bisa kamu lolos BEM? Bukan karena nepotisme kan?" tanya anak itu lagi.

Taera baru saja mau membuka mulutnya tapi Belinda mencegahnya.

"Gue yang milih dia. Atas rekomendasi dari Yola. Dan murni karena penilaian secara objektif," jawab Belinda tegas.

Anak-anak Departemen Seni Budaya setuju dengan jawaban Belinda. Belinda memang selalu bisa diandalkan untuk mengayomi anggotanya.

"Lagipula kita disini mau bahas program kerja kan? Bukan bahas pacar Ardilo. Gue yakin kalian seharusnya bisa lebih profesional walaupun kita masih setingkat BEM Fakultas," kata Belinda dengan tegas kepada anak Komisi 3 DPM Fakultas Ekonomi.

Taera sangat terharu dengan pembelaan yang diberikan Belinda kepadanya. Dalam hati dia berjanji akan membuktikan kalau dia tak bisa diremehkan. Dia akan membuktikan bahwa dia bisa menjadi anak BEM yang berkualitas tanpa mengandalkan nama besar sang pacar.

avataravatar
Next chapter