webnovel

One Night Stand With Mr. Mafia (Bahasa Indonesia)

Arzelyn Selena adalah seorang wanita dewasa yang sangat menjunjung tinggi prinsip hidupnya, yaitu sangat menjaga harga dirinya dengan tidak pernah membiarkan satu pria pun mencium atau menyentuhnya. Karena ia ingin menyerahkan kesuciannya hanya pada pria yang kelak akan menjadi suaminya. Saat ini, ia mempunyai seorang kekasih yang sangat mencintainya dan menghormati semua prinsip hidup yang ia pegang teguh. Namun, dalam satu malam hidupnya hancur setelah kemalangan menimpanya. Semua kemalangan itu berhubungan dengan rahasia besar mengenai masa lalunya. Akankah impian seorang wanita cantik yang sangat berprinsip itu akan tercapai? Ataukah hanya menjadi impian semu yang hanya menjadi angan semata?

Dianning · Teen
Not enough ratings
279 Chs

Siapa pria itu

Suasana di ruangan kamar mewah berukuran sangat luas dengan dihiasi interior dan furniture berkualitas tinggi, menghiasi tempat yang saat ini terlihat sosok wanita tengah tertidur pulas di atas ranjang king size. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB dan alarm pada ponsel yang berada di atas nakas berbunyi.

Sosok wanita dengan rambut panjang di bawah bahu yang terlihat sangat berantakan, langsung menjulurkan tangannya ke arah nakas. Di mana ponselnya berada di sana dan sudah membunyikan suara yang berhasil membangunkannya dari alam bawah sadar. Tentu saja ia sudah mematikannya dan kembali membenamkan wajahnya di bawah bantal. Seolah ia ingin menikmati sensasi kenyamanan dengan kembali tidur lagi. Namun, tiba-tiba ia langsung melompat dari tempat tidur ketika mengingat sesuatu.

"Astaga, aku hampir lupa. Aku harus pergi ke butik calon mertuaku untuk fitting gaun pengantin. Ardhan bisa marah padaku nanti, jika sampai datang terlambat," ucap Zelyn yang sudah mengikat rambutnya hingga ke atas dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, Zelyn sudah terlihat fresh setelah mandi. Ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan memakai kimono handuk berwarna putih yang membalut tubuh rampingnya. Zelyn adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai arsitek di sebuah perusahaan properti ternama. Saat ini, ia bertunangan dengan seorang pria yang merupakan keponakan dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

Zelyn melirik ke arah jam di dinding, "Masih bisa, aku tidak akan terlambat. Aku harus terlihat cantik karena akan bertemu dengan calon mertua dan juga keluarga besar Ardhan yang ingin melihatku mencoba gaun pengantin. Astaga, kenapa aku jadi deg-degan begini, ya? Kenapa juga hanya fitting gaun pengantin saja sampai harus banyak orang yang datang. Bagaimana mungkin aku tidak nervous."

Puas merengut di depan gaun-gaun indah yang ada di dalam lemari kaca di depannya, Zelyn mengarahkan tangannya untuk mengambil gaun selutut berwarna hitam yang merupakan warna favoritnya. Biasanya para wanita lebih menyukai warna terang dan mencolok. Namun, berbeda dengan dirinya yang malah sangat menyukai warna hitam. Karena ia merasa sangat cantik ketika memakai pakaian dengan warna gelap, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih.

Zelyn menepuk jidatnya berkali-kali begitu mengingat bahwa tunangannya berpesan padanya agar memakai pakaian berwarna terang. "Dasar bodoh kamu Zelyn. Ardhan akan marah jika sampai kamu melupakan pesannya."

Setelah merutuki kebodohannya, Zelyn kembali menggantung gaun berwarna hitam tersebut kembali ke tempatnya semula, kemudian ia mengambil gaun berwarna merah yang merupakan hadiah dari tunangannya. Seujurnya ia sama sekali tidak menyukai warna yang mencolok, sangat bertolak belakang dengan pria yang sangat dicintainya.

"Kami berdua memiliki selera yang bertolak belakang, semoga ini tidak akan menjadi masalah setelah aku resmi menjadi istri Ardhan."

Setengah jam kemudian, Zelyn terlihat sangat cantik setelah merias wajahnya dengan riasan tipis. Karena ia sangat tidak menyukai make up tebal. Ia berputar di depan cermin untuk mengecek penampilannya yang menurutnya sudah sangat sempurna. Senyuman mengembang terukir di wajahnya.

"Perfect. Ardhan akan semakin tergila-gila padaku nanti saat melihat penampilan calon istrinya yang kece badai cetar membahana seantero jagat raya," ujar Zelyn dengan terkekeh.

"Aku akan mematahkan asumsi dari para sahabatku yang selalu mengataiku katro dan kolot karena sama sekali belum pernah berciuman dengan Ardhan. Bahkan calon suamiku sangat menghargaiku, tetapi kenapa malah teman-temanku yang reseh."

Zelyn mengingat kejadian di mana saat ia berkumpul dengan para sahabatnya yang bertanya padanya, apakah ia sudah bercinta dengan Ardhan atau belum. Karena semua temannya selalu curi start setelah resmi bertunangan. Tentu saja jawabannya yang mengatakan bahwa ia sama sekali belum pernah berciuman dengan Ardhan, membuat semua sahabat mentertawakannya.

Bahkan suara-suara ejekan dari para sahabatnya masih terngiang di telinganya.

Zelyn ... Zelyn, hari gini kamu belum pernah berciuman? Seperti hidup di zaman purba saja.

Awas lho Zelyn, nanti Ardhan berselingkuh dengan wanita lain.

Seandainya kamu tahu nikmatnya bercinta, mungkin kamu akan ketagihan dan menyesali prinsip hidupmu yang sangat konyol.

Zelyn menggelengkan kepalanya saat mengingat semua perkataan dari para sahabatnya yang sudah mengejeknya habis-habisan.

"Tidak apa-apa, Zelyn. Jangan pikirkan perkataan konyol dari para sahabatmu yang gila itu. Mereka tidak pernah mengerti prinsip hidupmu. Sekarang yang paling penting Ardhan mengerti dan sangat mencintaiku. Ardhan memang pria yang sangat luar biasa, aku sangat beruntung memilikinya."

Zelyn menoleh ke arah ponselnya yang sudah berdering dan ia buru-buru mengambil benda pipih tersebut untuk mengangkat panggilan. Seulas senyum terbit dari wajahnya begitu melihat siapa yang menghubunginya. Jemari lentiknya sudah menggulir tombol hijau ke atas.

"Halo, Sayang. Kamu sudah berangkat untuk menjemputku, ya?"

"Belum, kamu berangkat dari rumah sendiri, ya. Karena tiba-tiba aku ada kerjaan dan tidak bisa menemanimu fitting gaun pengantin. Akan tetapi, kamu tenang saja, karena ada para wanita hebat di sana. Jadi, kamu tidak akan merasa kesepian."

"Yah, tetap saja aku kesepian kalau tidak ada kamu, Sayang."

"Maaf, Honey. Lain kali tidak akan terulang, aku janji. Kamu langsung ke butik saja, tidak perlu datang ke rumah terlebih dahulu. Karena aku sudah bilang pada mama."

"Baiklah, sebentar lagi aku berangkat. Akan tetapi, aku sarapan dulu. Karena sarapan sangat penting untuk kesehatan. Kamu jangan lupa sarapan dulu sebelum pergi, oke!"

"Tentu saja, aku selalu mengingatnya, Honey. Kamu hati-hati di jalan, I love you."

"I love you too," jawab Zelyn dengan tersenyum penuh kebahagiaan.

Zelyn mematikan sambungan telepon dan meraih tas jinjing miliknya di lemari, kemudian memasukkan ponsel Android tersebut ke dalam tas berwarna senada dengan pakaiannya.

"Selalu saja Ardhan membatalkan janjinya, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya," ujar Zelyn yang merengut dan merasa sangat kecewa karena tunangannya adalah pemimpin perusahaan yang didirikan oleh sang ayah. Sedangkan diketahuinya, papa mertuanya memimpin perusahaan dari sang kakek yang telah meninggal.

******

Butik

Zelyn yang sudah selesai memakai gaun pengantin berwarna putih dibantu oleh para pegawai butik, berjalan keluar dari ruang ganti untuk memperlihatkannya pada para wanita yang merupakan keluarga dari tunangannya. Bahkan ia agak sedikit kesal karena sudah lebih dari lima kali mencoba gaun pengantin berbeda. Hanya gara-gara para wanita itu ingin melihatnya mencoba beberapa gaun pengantin yang terlihat indah.

"Bagaimana dengan penampilanku, Ma?" Zelyn menatap ke arah tiga wanita yang sedang duduk berdampingan di sofa. Namun, ia menolehkan kepala saat mendengar suara bariton dari seorang pria.

Zelyn menatap ke arah dua pria yang baru saja datang dan ia langsung ber-sitatap dengan sosok pria berperawakan tinggi tegap dengan badan proporsional yang dilengkapi dengan paras tampan. Bahkan ia bisa melihat bahwa pria tersebut tidak berkedip saat menatap ke arahnya.

"Siapa pria itu? Kenapa memandangku seperti orang yang tidak pernah melihat wanita cantik saja," lirih Zelyn di dalam hati.

TBC ...