4 Jaga hati dan sikapmu

"Halo para ratu, kalian bertiga masih sama-sama cantik meski sudah tidak lagi muda," sapa Arman dengan seulas senyuman terbit dari wajah tampannya.

Laila, Santi dan Emy refleks langsung menoleh dan bangkit dari tempat duduknya begitu melihat kedatangan dari pria yang sudah menetap di New York.

"Kalian sudah tiba ternyata," ucap Laila yang berjalan menghampiri Arman dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tak lupa ia melirik sekilas ke arah pria muda di belakang Arman. "Ternyata putramu memiliki paras lebih tampan darimu, Arman Selamat datang di Jakarta. Putramu bisa bahasa Indonesia, kan?"

"Tentu saja bisa, aku yang mengajarinya. Wajah putraku memang sangat tampan, karena itulah banyak wanita jatuh dalam pesonanya. Terima kasih sudah menyambutku, My baby," ucap Arman dengan terkekeh dan menoleh ke arah putranya yang terlihat fokus melihat ke arah sosok wanita cantik yang mengenakan gaun pengantin. Refleks ia menepuk pundak putranya untuk menyadarkannya. "Putraku, sapa semua orang!"

Axel tersadar dari kebodohannya yang dari tadi tidak berkedip menatap ke arah sosok wanita yang terlihat seperti seorang putri raja dengan balutan gaun berwarna putih yang menampilkan bahu polosnya.

"Iya, Dad," Axel membungkuk hormat dan mulai menyapa tiga wanita cantik yang sudah tidak lagi muda usianya tersebut. "Halo, Mommy dan para ratu. Terima kasih atas sambutannya."

"Semoga kamu bisa betah di sini saat mengurus bisnis daddy-mu." Laila melirik ke arah kakak dan keponakannya. Seolah menyuruh mereka untuk menyapa.

"Selamat datang di Jakarta dan semoga kamu suka tinggal di sini, meski semua yang ada di sini tidak seperti di tempat tinggalmu," seru Santi yang dari tadi bisa melihat arah pandang Axel yang menatap ke arah Zelyn.

Sementara itu, Emy langsung memanggil calon menantunya agar datang mendekat. "Sayang, kemarilah. Sapa dua pria hebat ini."

Zelyn yang daritadi merasa sangat tidak nyaman dengan pandangan dari pria dengan paras tampan blesteran itu, sebenarnya tidak ingin menyapa. Namun, karena ia tidak ingin menjadi calon menantu yang membangkang, membuatnya tidak bisa menolak perintah dari mertuanya.

Kini, ia langsung berjalan mendekat ke arah lima orang tersebut, kemudian menyunggingkan seulas senyum saat menyapa dua pria yang sama sekali tidak diketahuinya siapa.

"Selamat datang di Jakarta, Tuan."

"Terima kasih. Kamu cantik sekali, sepertinya sebentar lagi akan menjadi pengantin paling cantik di dunia," ucap Arman dengan senyuman mengembang.

"Terima kasih atas pujiannya, Tuan," jawab Zelyn dengan tersenyum tipis.

"Dia calon menantu kami," ucap Laila yang berusaha untuk menegaskan status dari Zelyn. "Satu bulan lagi wanita cantik ini akan menikah dengan putra dari Emy. Jadi ...." Laioa mengarahkan jari telunjuknya pada Axel, "Jangan macam-macam pada menantu kami, terutama kamu, Axel!"

Refleks Arman tertawa terbahak-bahak begitu mendengar kalimat bernada ancaman dari wanita yang sudah mengeluarkan taringnya pada putranya. Kini, ia menoleh ke arah putranya yang terlihat sangat santai dan masih menampilkan wajah datar.

"Bagaimana menurutmu, Boy?"

"Bagaimana bisa, Mommy Laila berpikir sejauh itu padaku? Sedangkan aku tidak pernah tertarik pada seorang wanita," sahut Axel yang kini bersedekap dada dan mengarahkan pandangannya pada sosok wanita yang terlihat hanya diam membisu di tempatnya dengan wajah kebingungan.

"Syukurlah kalau begitu, berarti kamu tidak normal," jawab Laila dengan terkekeh.

Axel refleks langsung memijat pelipisnya, "Astaga, bukan seperti itu, Mommy Laila. Aku belum selesai berbicara tadi?"

"Lalu?" Laila menaikkan kedua alisnya saat mendengar kalimat bernada ambigu dari pria muda dengan paras tampan di depannya.

"Aku tidak pernah tertarik pada wanita, tetapi para wanita yang tertarik padaku setelah melihat ketampananku. Jadi, kesimpulannya, aku tidak bersalah sama sekali jika dia nanti jatuh cinta padaku," tukas Axel yang sudah mengarahkan jari telunjuknya pada sosok wanita dengan gaun pengantin seraya tersenyum smirk.

Zelyn yang merasa menjadi korban pemfitnahan dari sosok pria yang membuatnya merasa sangat jengkel, refleks langsung mengarahkan tatapan tajam sambil sibuk mengumpat di dalam hati.

'Sialan, percaya diri sekali dia dengan mengatakan aku akan tertarik padanya. Astaga, bagaimana mungkin ada pria se-menyebalkan seperti itu. Muak sekali aku melihatnya. Aku tidak akan pernah melihatnya lagi setelah hari ini. Jadi, bersabarlah Zelyn. Jangan membuat malu keluarga mertuamu dengan mengeluarkan umpatanmu pada pria sialan ini,' gumam Zelyn di dalam hati.

"Kamu dengar itu, Zelyn?" tanya Emy pada calon menantunya yang terlihat seperti seseorang yang sedang melamun.

Lamunan dari Zelyn seketika buyar saat mendengar suara dari calon mertuanya. "Eh ... iya, Ma. Tentu saja Mama dan Ardhan sudah mengenalku lama, bukan? Menantumu ini adalah wanita yang selalu menjaga kesetiaan dan harga diri. Apalagi aku harus menjaga nama baikku dan keluarga besarku. Jadi, tidak mungkin aku berselingkuh dengan Tuan ini."

'Sialan, sebenarnya siapa sih dia? Kenapa malah aku yang terlihat seperti seorang penjahat yang sedang diadili. Sabar ... sabar,' batin Zelyn dengan meremas kedua sisi gaun pengantin yang dipakainya.

"Bagus sekali kalau begitu, karena aku tidak akan pernah bisa bertanggungjawab padamu jika kamu menyukaiku," sarkas Axel dengan tersenyum sinis.

Zelyn hanya tersenyum kecut mendengar kalimat yang terdengar over percaya diri itu. Sejujurnya ia ingin sekali menampar wajah pria yang menurutnya sangat memuakkan itu. Namun, ia sekuat tenaga menahan diri agar tidak berbuat gila.

"Astaga ... kamu benar-benar persis dengan daddy-mu Axel. Sangat percaya diri sekali, tetapi sesuatu yang terlalu percaya diri itu tidak baik. Awas kena batunya seperti daddy-mu dulu." Laila melirik ke arah Arman yang dari tadi hanya terkekeh melihat kelakuan dari putranya.

"Itu tidak akan pernah terjadi, Mommy Laila Karena aku tidak pernah memakai hati dan bukan salahku jika semua wanita memakai hati saat berkencan denganku. Jadi, nasehati saja calon menantu itu agar tidak sampai jatuh cinta padaku nanti. Karena itu akan sangat merepotkan," ujar Axel dengan tersenyum smirk. Tentu saja ia bisa melihat bahwa wanita yang berdiri menjulang tak jauh dari tempatnya itu sudah terbakar emosi begitu mendengar perkataannya.

Zelyn yang sudah tidak mampu lagi untuk menahan amarahnya begitu mendengar perkataan menyebalkan dari pria yang memang diakuinya memiliki wajah sangat rupawan, refleks langsung mengeluarkan jawaban tegasnya.

"Anda tenang saja, Tuan Axel. ketakutan Anda tidak akan pernah terjadi. Tentu saja ini adalah hari pertama sekaligus terakhir, karena kita tidak akan pernah bertemu lagi."

"Tentu saja," jawab Axel dengan wajah datarnya.

Arman hanya mengamati interaksi dari putranya yang belum pernah berdebat dengan seorang wanita. "Ada apa dengan putraku? Biasanya dia selalu bersikap manis pada semua wanita, tetapi kali ini ia bersikap sinis dan datar," gumam Arman yang langsung terkejut begitu mendengar perkataan dari Laila.

"Zelyn, kamu salah."

"Salah? Apa maksud Anda, Nyonya Laila?"

"Jaga hati dan sikapmu pada klien penting perusahaan. Karena kalian berdua akan sering bertemu untuk menangani masalah project besar yang akan kamu tangani. Bukankah kamu adalah arsitek yang akan menangani Alcatraz hotel?"

"Iya, Nyonya Laila. Memang saya adalah arsiteknya. Lalu ...." Zelyn tidak melanjutkan perkataannya karena sibuk menebak-nebak kalimat ambigu dari wanita yang merupakan ibu dari pemimpin perusahaan tempat ia bekerja.

"Yang ada di hadapanmu adalah Axel Alcatraz yang merupakan cucu dari Roky Alcatraz yang menjadi pemilik hotel tersebut."

"A-apa?" Zelyn membulatkan kedua matanya begitu mendengar kenyataan yang sama sekali tidak pernah disangkanya.

Sementara itu, Axel lagi-lagi hanya tersenyum penuh seringai begitu merasa takdir selalu berpihak padanya.

'Sepertinya sebentar lagi wanita ini akan menjadi milikku. Bahkan takdir pun kini berpihak padaku,' gumam Axel penuh kepuasan.

TBC ...

avataravatar
Next chapter