webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teen
Not enough ratings
47 Chs

CHAPTER 26 PELAMPIASAN

Aku membuka mataku perlahan dan rasa sakit mulai menyerang kepalaku perlahan. Aku mengerang kecil, membuat perawat yang sedang mengecek kondisiku menoleh menatapku kaget "nona, apa anda sudah sadar?" tanya perawat itu memastikan. Aku memejamkan mataku rapat mengumpulkan tenagaku untuk bangkit, aku memegang kepalaku yang terasa sangat sakit sambil menghembuskan nafas berat. Setelah berhasil mengendalikan diriku, aku mengangkat kepalaku menoleh ke sekeliling, keningku berkerut melihat sekitarku 'rumah sakit?' tanyaku dalam hati. Aku menoleh ke arah perawat di sampingku cepat dengan ekspresi kaget

"ini dimana?" tanyaku,

"ini di UGD rumah sakit HANSAN, nona" jawabnya sopan.

Mataku semakin melebar mendengar rumah sakit HANSAN, aku langsung panik hendak mencabut infus di tanganku, namun perawat itu menahan gerakanku cepat

"ohh.. nona anda belum pulih betul" tahannya cepat

"Yoo Ki oppa.. maksudku Yoon Yoo Ki seonsaengnim" aku menoleh ke sekeliling panik "apa dia ada disini?" tanyaku berbisik sambil menutupi wajahku.

Perawat itu menatapku bingung, ia mengedipkan matanya memproses pertanyaan anehku barusan, aku mengigit bibir bawahku penasaran menunggu jawaban darinya. Perawat itu terlihat ragu dan menggeleng kecil

"tidak, Yoon seonsaeng sedang mengambil cuti sejak 4 hari yang lalu" jelasnya.

Aku menghembuskan nafas legaku begitu mendengar penjelasan perawat itu, aku duduk di atas tempat tidurku lega, berusaha menenangkan diriku. Perawat itu tampak penasaran mengenai hubunganku dengan Yoo Ki oppa, ia mengamatiku ragu memandam rasa penasaran yang terlihat jelas di wajahnya, aku menoleh kecil menatap perawat itu dan tersenyum. Perawat itu tampak tersenyum kecil padaku, namun ekspresinya berkata lain. Aku yang tidak nyaman melihat ekspresi perawat itu, menghembuskan nafas kecil

"Yoon seonsaeng sepupuku, aku tidak mau dia mengadu pada orang tuaku, karena itu hanya akan membuat orang tuaku khawatir" jelasku memenuhi rasa penasarannya.

Mendengar penjelasanku, perawat itu telihat mengangguk paham dan ekspresinya juga terlihat lebih tenang, tentu saja tingkahnya menjadi semakin aneh padaku. Ia menjadi sangat baik dan cara bicaranya menjadi sangat sopan, perawat itu juga mulai bertanya - tanya berbagai hal tentang Yoo Ki oppa. Melihat sikap perawat yang berubah total itu, aku mengangguk kecil sambil memalingkan wajahku dari perawat itu 'ahh.. dia menyukai oppa' simpulku dalam hati. Aku berusaha bersikap biasa saja, berdeham kecil meliriknya dari ujung kepala ke ujung kaki. Aku mengamatinya perlahan 'secara pekerjaan oke, dia perawat, pasti dia pintar' nilaiku dalam hati, aku terus mengamatinya diam - diam 'postur tubuh oke, dia tinggi dan badannya bagus, dia juga putih' lanjutku. Aku berdeham kecil, mengalihkan mataku dari perawat itu 'kepribadiannya sangat meragukan, oppa tidak suka dengan tipe - tipe licik seperti dia' simpulku salam hati. Aku menghembuskan nafas besar sambil melipat tanganku di depan dada 'total nilai 70' hitungku sambil mengangguk yakin. Perawat itu tidak berhenti berusaha akrab denganku sampai tiba - tiba seorang pria membuka tirai bilikku. Pria itu terlihat cemas, langsung memegang pundakku mengamati seluruh tubuhku

"apa kau baik - baik saja? Ada yang sakit?" tanyanya cemas,

"Si Hwan oppa.. bagimana.." sahutku tercengang melihat kedatangan Si Hwan oppa yang tiba - tiba.

Si Hwan oppa tampak memutar matanya panik, ia tidak menghiraukan pertanyaanku, sibuk melihat kondisiku. Ia melihat laporan kesehatan yang di pegang oleh perawat tadi dan menoleh ke arahku

"apa kepalamu masih sakit? Apa yang kau rasakan sekarang?" tanyanya cemas.

Aku hanya menggeleng cepat tanpa mengatakan apapun. Otakku kembali berputar keras 'dari mana ia tahu aku disini? Kemana Hyun Soo?' itu yang kupikirkan sejak tadi. Aku menoleh pada perawat yang menatap kami bingung, membuka mulutku

"siapa yang membawaku kemari?" bisikku pelan

perawat itu menunduk mendekatkan bibirnya ke telingaku "busajangnim" bisiknya singkat.

Aku melirik Si Hwan oppa sekali lagi, kembali menatap perawat di hadapanku "sekarang dimana Hyun- maksudku busajangnim?" tanyaku lagi. Aku ingin memastikan mereka tidak bertemu agar keadaan tidak runyam, namun sepertinya aku terlambat, Hyun Soo sudah berdiri di depan tirai dengan raut wajah serius melihat Si Hwan oppa bagai tamu yang tak di undang. Hyun Soo berjalan ke sampingku

"akhirnya kau sadar.." sahutnya santai

"kau yang membawaku kesini? Kau menggendongku kesini?" tanyaku langsung setengah tidak percaya,

Hyun Soo menghembuskan nafas kecil "tidak, aku menyapu bersih lantai UGD dengan kakimu" guraunya sinis sambil menunjuk kakiku.

Aku mengangkat tinjuku ke arah Hyun Soo, membuatnya reflek mengangkat tangan melindungi diri. Tawaku pecah melihat rekasinya itu, dan ia pun tertawa kecil sambil menggeleng heran. Pandangannya dan Si Hwan oppa tidak sengaja bertemu, membuat senyumnya hilang dalam sekejap. Aku merasakan suasana aneh mulai menyerang mereka, aku menatap mereka bergantian, mengigit kecil bibir bawahku. Aku memindahkan posisi dudukku sedikit maju, menendang kecil kaki Hyun Soo

"hey, gendong aku, aku mau pulang" perintahku santai sambil membuka lebar kedua tanganku.

Kedua pria itu langsung menoleh cepat menatapku, bedanya ekspresi Hyun Soo terlihat senang, berbeda jauh dengan ekspresi Si Hwan oppa yang terlihat kesal mendengar perkataanku. Hyun Soo langsung bertindak cepat, menyuruh perawat melepas infusku lalu berlutut sejenak memakaikan sepatuku, setelah itu ia langsung mainkkanku kepunggungnya hati - hati. Ia mengarahkan pandangannya pada Si Hwan oppa melemparkan senyum kemenangannya, aku memukul kecil dadanya

"hey, jalanlah!" bisikku,

Hyun Soo menoleh kecil "baiklah.." sahutnya santai.

Hyun Soo menggerakan kakinya mengambil langkah melewati Si Hwan oppa begitu saja, kami tidak menoleh sama sekali sampai Si Hwan oppa mengatakan hal yang tak terduga "Yoo Ki sedang dalam perjalanan kemari" sahutnya tiba - tiba. Aku menoleh cepat dan memukul cepat dada Hyun Soo menyuruhnya berhenti. Hyun Soo pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badanya ke arah Si Hwan oppa, sesuai keinginanku. Aku menatap Si Hwan oppa kesal mendengar perkataannya barusan

"apa katamu?"

"aku memberi tahu Yoo Ki kalau kau disini" ungkapya, Si Hwan oppa menghela nafas pendek sejenak "dia sudah perjalanan kemari, ia akan sampai sembentar lagi" lanjutnya.

Aku menghembuskan nafas tidak percayaku mendegarnya mengatakan itu dengan santai. Aku mengigit bibir bawahku sambil melirik Hyun Soo sejenak, Yoo Ki oppa pasti sangat terganggu melihat kehadiran Hyun Soo disini. Aku tidak tahu mengapa Yoo Ki oppa tidak menyukai kedekatanku dengan Hyun Soo, tapi keadaan ini di luar kendaliku, aku bekerja dengannya, meskipun aku menyimpan rasa padanya. Aku menghembsukan nafas berat menundukkan kepalaku lesu, membuat Hyun Soo menoleh kecil ke arahku bingung

"apa yang harus aku lakukan sekarang?" bisiknya menunggu perintahku,

aku mengangkat kepalaku menatap Hyun Soo sejenak, lalu mengalihkan pandanganku menatap Si Hwan oppa. Aku kembali menghembuskan nafas besar dan membuka mulutku

"apa yang oppa katakan padanya?" tanyaku ingin tahu.

Si Hwan oppa terlihat membuka mulutnya hendak menjawabku, namun suara Yoo Ki oppa mendahului suaranya "dia bilang kau pingsan" sahut Yoo Ki oppa dari belakang kami. Aku menutup mataku sambil mengigit bibir bawahku, tanganku mengepal kuat dengan sendirinya 'sial..' kutukku dalam hati. Hyun Soo terlihat gelisah mendengar suara Yoo Ki oppa dan berdeham kecil "hey, apa yang akan kita lakukan sekarang?" bisiknya panik. Aku menepuk dadanya cepat "turunkan aku, cepat.. cepat.." bisikku mendesak. Ia langsung menurunkanku dan melipat tangannya sopan di depan pinggangnya sopan. Aku menoleh canggung melihat Yoo Ki oppa yang menatapku dan Hyun Soo bergantian sinis, aku langsung membuang mukaku berpura - pura tidak melihatnya, sementara Hyun Soo hanya berdiri mematung dengan tangan terlipat di depan pinggang, dan kepala menunduk dalam. Yoo Ki oppa menghembuskan nafas besar

"kerja bagus, Eun Kyung Ji.." bukanya sinis.

Aku menutup mataku rapat sambil menghembuskan nafas kecil, langsung menatap Yoo Ki oppa lurus "oppa datang? Aku pikir oppa belum kembali dari Sokcho.." timpalku biasa saja. Yoo Ki oppa tertawa hina melihat sikapku

"kita bicara dirumah" sahutnya singkat, ia mengalihkan tatapannya pada Hyun Soo "dan kau" bukanya.

Hyun Soo mengangkat kepalanya perlahan, ia terlihat tegang, dan tubuhnya seakan membeku di hadapan Yoo Ki oppa. Hyun Soo hanya menatap Yoo Ki oppa menunggu apa yang akan Yoo Ki oppa katakan padanya, ia sangat pasrah sama sekali tidak membuka mulutnya. Aku melirik Hyun Soo sekilas, melihat ia terlihat sangat tegang. Aku langsung maju menghampiri Yoo Ki oppa, membalik badannya cepat "ayo pulang" putusku sepihak, sambil mendorong paksa Yoo Ki oppa keluar cepat.

000

Sampai di Rumah, aku duduk di hadapan appa, eomma, dan Yoo Ki oppa dengan suasana tegang, dan kepala tertunduk dalam. Aku berdeham kecil, mengangkat kepalaku melirik appa, eomma, dan Yoo Ki oppa bergantian. Aku menghembsukan nafas besar dan membuka mulutku

"ini tidak seperti dugaan kalian, aku tidak berduaan dengannya saja, kami.. kami.. sedang makan bersama tim, tiba - tiba seorang wanita menyapaku dan menceritakan kalau kami dekat, aku panik dan aku pingsan" jelasku menyangkal cepat.

Mata appa dan eomma melebar mendengar penjelasanku, sementara ekspresi Yoo Ki oppa langsung berubah tegang seketika, appa dan eomma saling menatap sejenak. Mereka seperti memberi kode, membuat eomma membuka mulutnya

"Siapa dia? Lalu apa yang kau katakan pada wanita itu?" tanya eomma.

Aku mengerutkan alisku berusaha mengingat "namanya So Ram.. So Ran.. entahlah" bukaku bingung, aku memiringkan kepalaku "dia menyapaku 'Eun Kyung Ji, lama tak jumpa' lalu mulai bercerita tentang seorang biarawati yang tidak ku kenali" ceritaku santai. Mereka terlihat panik mendengar ceritaku barusan, aku mengigit bibir bawahku bingung "apa terjadi sesuatu?" tanyaku hati - hati. Appa menggeleng cepat "tidak, tidak terjadi apa - apa" tepisnya cepat. Yoo Ki oppa berdeham kecil dan membuka mulutnya

"apa semua orang mendengarnya? Maksudku saat wanita itu bercerita, apa teman - temanmu mendengarnya?" tanya Yoo Ki oppa panik,

aku memutar mataku pelan dan mengangguk kaku "ya, mereka mendengarnya" jawabku singkat

"termasuk Bae Hyun Soo?" desak Yoo Ki oppa.

Aku merasa aneh mendengar desakan itu, aku kembali mengangguk kaku "ya, ekspresi Hyun Soo sangat aneh, wajahnya tegang, dan tubuhnya terlihat kaku" jelasku detail. Yoo Ki oppa mendecakkan lidahnya kesal sambil menutup matanya rapat, aku semakin mengerutkan alisku "waeyo?" tanyaku curiga. Eomma tersenyun kaku sambil menepuk tangannya

"aigoo.. sudah, sudah jangan dibahas lagi, kau.. mandilah dan istirahat, kepalamu pasti masih pusing" tepis eomma cepat berusaha memadamkan rasa curigaku. Aku menatap Yoo Ki oppa curiga sejenak, sambil menggerakan badanku perlahan, namun eomma terus mendorong kecil bahuku mempercepat gerakanku masuk kedalam kamar.

000

Saat pintu kamarku tertutup rapat, eomma dan Yoo Ki oppa menghembsukan nafas lega bersamaan. Rasa panik masih menyelimuti hati mereka, sementara appa terdiam berpikir keras sambil melipat tangannya ke atas meja. Setelah selesai berpikir mencari jalan keluar yang baik atas masalah kali ini, appa mengangkat kepalanya yakin

"yang bisa kita lakukan kali ini hanya meyakinkan Kyung Ji untuk menjauhi anak itu" kata appa datar

"aku sudah meyakinkannya, tapi mereka malah semakin dekat" timpal Yoo Ki oppa menekan.

Appa mengangguk kecil dengan wajah serius lalu menghembuskan nafas kecil, appa merubah posisi duduknya lebih santai "kalau begitu kita hanya bisa pasrah" kata appa terpaksa.

000

Si Hwan -ssi duduk di hadapan Hyun Soo dengan raut wajah tegas dan hati - hati. Saat aku dan Yoo Ki oppa meninggalkan mereka di UGD begitu saja, Hyun Soo menghembuskan nafas hendak pergi begitu saja, namun Si Hwan oppa menahannya. Si Hwan oppa menghembuskan nafas kecilnya dan tersenyum miring

"lama tak jumpa, bocah" sapanya santai.

Mata Hyun Soo melebar kaget mendengar sapaan Si Hwan oppa barusan, ia mencondongkan tubuhnya "apa kita saling kenal?" tanyanya cepat. Si Hwan oppa tersenyum kecil dan ikut mencondongkan tubuhnya kehadapan Hyun Soo, ia memiringkan kecil kepalanya

"kau melupakan suaraku?" bisiknya.

Hyun Soo mengerutkan alisnya berusaha mengingat suara Si Hwan oppa, ia melirik pria di hadapannya itu sekali lagi mulai teringat seseorang. Hyun Soo menyandarkan tubuhnya santai ke kursi

"pria kencan buta?" tebaknya hati - hati sambil menunjuk Si Hwan oppa dengan jarinya.

Mendengar bagaimana Hyun Soo mengingatnya, Si Hwan oppa tertawa kecil. Ia menyandarkan tubuhnya santai, menghembuskan nafas lega dari mulutnya. Sementara Hyun Soo tak bisa menghentikan tawa kecilnya mengingat betapa lucunya hubungan mereka, ia menghembuskan nafas takjub

"wahh.. lucu sekali hubungan kita kali ini" ungkapnya tercengang

"jadi kali ini kau juga menyukainya?"

"aku masih tidak mengerti perasaanku" jawab Hyun Soo ragu.

Suasana pembicaraan mereka terlihat lebih santai dari sebelumnya. Si Hwan oppa mengangguk kecil, namun ada hal yang di sembunyikannya dari Hyun Soo, yaitu tentang identitasku yang sebenarnya. Hyun Soo menghembuskan nafas kecil "apa.." bukanya terhenti ragu, ia memutar matanya "apa aku boleh tau bagaimana kau dan Kyung Ji bertemu?" tanyanya hati - hati. Si Hwan oppa tersenyum kecil, ia menopang kepalanya dengan tangannya yang terulur di tangan kursi. Si Hwan oppa memutar matanya sejenak

"aku bertemu dengannya dari kencan buta" jawabnya sambil tertawa geli

"lagi?" tanya Hyun Soo tidak percaya

"ya, tapi hubungan kami di mulai setelah dia mengalami kecelakaan, dia tidak ingat apapun, dan aku datang mengaku sebagai pacarnya" jelasnya.

Hyun Soo kembali teringat saat kami bermain jinsil game waktu itu, ia menghembuskan nafas kecil dan tertawa geli setelahnya, akhirnya ia memahami kata - kataku yang awalnya tidak ia pahami betul maksudnya. Melihat Hyun Soo yang tiba - tiba tertawa, Si Hwan oppa mengerutkan keningnya dalam, ia mengulurkan tangannya mengetuk meja

"hey bocah, apa aku terlihat sedang melucu?" tanyanya kesal.

Bukannya mereda, tawa Hyun Soo malah semakin lepas, ia akhirnya paham mengapa aku bisa merasa seperti itu pada Si Hwan oppa. Hyun Soo melambaikan tangan sambil berusaha mengendalikan tawanya, setelah berhasil mengontrol dirinya, ia menghembuskan nafas lega "maaf.. aku hanya teringat sesuatu" sahutnya santai. Si Hwan oppa menggeleng heran mendengar pembelaan diri Hyun Soo, ia memutuskan diam menggerakkan badannya beranjak dari kursi. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana "cukup untuk hari ini, aku harus pergi" pamitnya santai. Hyun Soo ikut berdiri menahan Si Hwan oppa, ia berdeham kecil "apa kau tidak pernah mendengar kabar tentang dia atau.. keluarganya?" tanya Hyun Soo ragu - ragu. Si Hwan oppa tampak paham maksud "dia" yang Hyun Soo tanyakan, ia menghembuskan nafas panjang dan menurunkan pandangannya, berdeham kecil "jika kau tahu kabar tentangnya, apa kau siap menanggung apapun yang akan terjadi?" tanyanya serius. Si Hwan oppa kembali menaikkan pandangannya menatap Hyun Soo lurus, menunggu jawaban apa yang akan Hyun Soo berikan padanya. Hyun Soo hanya menggerakan bibirnya ragu, ia tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan, di satu sisi ia ingin tahu kebenaran itu, di sisi lain ia takut akan kebenaran yang menyakitkan itu. Hyun Soo hanya mengeleng kecil, sorot matanya meredup, dan ia menundukkan kepalanya dalam.

000

Yoo Ki oppa mengetuk kecil pintu kamarku, langsung membukanya pelan tanpa menunggu jawabanku, "kau sibuk?" tanyanya sambil mengintip dari balik pintu. Aku mengalihkan pandanganku dari ponsel menatapnya tersenyum licik. Yoo Ki oppa masuk kekamarku cepat lalu mengunci pintunya, sikap anehnya yang mudah terbaca itu membuatku tertawa kecil, aku mengubah posisi dudukku di tempat tidur

"wae? Permasalahan cinta lagi?" tebakku santai.

Yoo Ki oppa menggaruk belakang kepalanya canggung lalu menyeret kursi, duduk di hadapanku sambil melipat tangannya, menyandarkan bahunya santai di sandaran kursi. Ia memutar matanya

"apa yang wanita sukai di hari ulang tahunnya?" tanya Yoo Ki oppa bingung

"kenapa? Aa.. wanita yang kau dekati akan ulang tahun" tebakku santai.

Yoo Ki oppa tampak mengangguk malu menyembunyikan senyum bahagianya, melihat sikapnya itu tawaku pecah begitu saja, ekspresi Yoo Ki oppa langsung berubah datar seketika melihatku menertawainya. Ia menghembuskan nafas panjang dan berdiri dari kursinya, aku dengan cepat menahan lengannya "baiklah.. baiklah, aku tidak akan menertawakanmu lagi" cegatku cepat. Yoo Ki oppa memutar matanya lalu kembali duduk dengan tenang, aku menopang daguku santai di atas lutut

"katakan padaku, wanita seperti apa dia?" tanyaku santai.

Yoo Ki oppa terlihat memutar matanya bingung sambil mengigit kecil bibir bawahnya. Ia terus berfikir keras tanpa memberiku jawaban sedikitpun, aku menghembuskan nafas lesu melihat sepupuku ini. Aku menundukkan kepalaku

"aigoo.. Yoon Yoo Ki -ssi.. bagaimana kau bisa berkencan jika kau seperti ini terus" keluhku

"aku sudah lama tidak berkencan.." tepisnya membela diri,

aku langsung meliriknya sinis "berapa lama kau mengenalnya?" tanyaku serius.

Yoo Ki oppa tampak kembali berfikir, kali ini ia juga menggerakan jarinya menghitung berapa lama pertemuannya dengan Seo Rin. Aku kembali menunduk sambil menghembuskan nafas panjang, aku memukul kecil kakiku yakin

"tidak bisa.." putusku

"apanya yang tidak bisa?" tanyanya bingung

"jika oppa tidak bisa menilainya, biar aku yang menilainya, kenalkan wanita itu padaku" simpulku yakin dan tegas.

Yoo Ki oppa terlihat memutar matanya ragu mendengar keyakinanku barusan, ia kembali mengigit kecil bibir bawahnya berpikir. Aku menaikkan sebelah alisku melihat keraguannya padaku itu, aku menghembuskan nafas sambil mengangkat kedua bahuku "ya sudah kalau tidak mau" putusku santai sambil meraih ponselku cuek. Yoo Ki oppa tampak terganggu "ahh.. baiklah.. baiklah.." terimanya terpaksa, aku memutar mataku dan menyeret badanku santai, duduk di pinggir tempat tidur. Aku menghembuskan nafas berat dan mengulurkan tanganku menyentuh lengan Yoo Ki oppa, aku menjilat kecil ujung bibirku sejenak

"oppa.." panggilku, aku menghembuskan nafas berat sekali lagi "siapapun wanita ini, aku harap kau benar - benar menyukainya" lanjutku terdengar tegas.

Mata Yoo Ki oppa melebar dan ekspresinya terlihat tidak mengerti mendengar perkataanku barusan, ia menegakkan badannya "apa maksudmu?" tanyanya hati - hati. Aku menunduk kecil memaksakan senyum lebarku

"aku tidak tahu apa yang Hyo Ra inginkan darimu saat ini, tapi.." jawabku terhenti

"tapi?"

"aku tidak ingin oppa hanya menjadikan wanita itu pelampiasan atas hadirnya Hyo Ra kembali di hidupmu" sahutku menyampaikan pendapatku.

Mata Yoo Ki oppa melebar kaget, bibirnya tampak bergetar kecil mendengar perkataanku yang sangat mengenai hatinya barusan. Aku menelan air liurku berat sambil memalingkan wajahku cepat, Yoo Ki oppa mengedipkan matanya beberapa kali

"kenapa kau bisa berfikiran seperti itu?" tanya Yoo Ki oppa canggung

"karena oppa sendiri tidak memberi batas yang jelas antara kau dan Hyo Ra" timpalku cepat, aku mengangguk cepat "aku tahu kau merasa aneh mendengar pemikiranku kali ini, tapi pahamilah, apa oppa serius dengannya atau tidak? Jika tidak, tinggalkan wanita ini secepat mungkin, sebelum kau menjadi orang yang sangat melukai hatinya" lanjutku kembali menyampaikan pendapatku.

Aku tahu Yoo Ki oppa dapat menerima perkataanku barusan, makau aku memberanikan diriku mengatakannya. Karena aku adalah salah satu orang yang sangat mengenal Yoo Ki oppa, aku tahu ada perasaannya pada Hyo Ra yang masih tersisa, meskipun hanya serpihan kecil. Aku ingin ia menyadari perasaannya dan aku tidak akan membiarkan ia melukai hati orang lain. Aku ingin Yoo Ki oppa melihat kehatinya sendiri, apa dia benar - benar menyukai wanita ini, atau ia masih memberikan seluruh hatinya untuk Hyo Ra. Sorot mata Yoo Ki oppa terlihat redup, keraguan dan berbagai pertanyaan kembali memenuhi hatinya. Sebenarnya aku tidak ingin melihatnya bimbang seperti ini, namun ini lebih baik. Bagiku, lebih baik ia melihat ke dalam hatinya sekarang dari pada suatu saat nanti ia melukai hati wanita, yang tidak ku ketahui adalah Seo Rin.

***