webnovel

Oh Baby (Romance)

#First_story_of_D'allesandro_klan "Kita harus bermimpi, namun tidak untuk hidup dalam mimpi" Sophia Alberta (18th) bekerja banting tulang untuk mencukupi kehidupannya semenjak ayah dan ibunya meninggal. Bukan hanya itu, Sophia juga kerap merasakan takut jika berdekatan dengan Gunner Anthony. Seorang mafia yang terobsesi dengannya. Hidup Sophia semakin susah saat seorang pemilik hotel tempat ia bekerja memperkosanya hingga hamil. Hingga suatu hari pria itu datang pada Sophia dan menawarkan pernikahan padanya. Bayi yang dikandung Sophia menjadi alasannya. Akankah pernikahan itu berjalan dengan bahagia seperti yang Sophia impikan ?? Menjadi istri dari seorang Edmund D'allesandro sang penguasa dunia bisnis ?? Sementara disisi lain ada pria yang sudah menjamin segalanya untuk Sophia, termasuk hatinya. Gunner Anthony, mafia pelindung Sophia.

Alianna_Zeena · Urban
Not enough ratings
59 Chs

Bab 24

Vote sebelum membaca😘😘

.

.

"Bagaimana penampilanku, Ed?" Sophia membolak-balik tubuhnya di hadapan cermin.

Edmund sedang memakai kemeja menatap istrinya heran. Sedari tadi Sophia terus saja menanyakan pertanyaan yang sama.

"Kau terlihat cantik, Sophie."

"Terima kasih, biar aku yang pilihkan," ucap Sophia saat Edmund hendak memilih dasi.

Piliham Sophia jatuh pada dasi berwarna abu-abu dengan motif garis. Dia segera memakaikannya pada Edmund saat selesai mengancingkan lengan kemejanya.

"Jas mana yang akan kau pakai?"

"Itu," ucap Edmund menujuk jas berwarna abu yang menggantung rapi dengan jas lainnya.

"Jadi, pekerjaan apa yang aku dapatkan?"

Edmund berdehem.

"Sebenarnya, aku masih belum menentukan."

Sophia yang sedang mengambil jas Edmund membalikan tubuhnya dengan kening berkerut. "Kenapa belum?"

"Aku belum yakin kau bisa bekerja tanpa kelelahan."

Sophia terdiam sesaat sebelum memberikan jas itu pada suaminya. "Kita sudah membahas ini, Edmund."

"Baiklah, aku tahu. Maria yang akan mengurus semuanya," ucap Edmund mengancingkan jasnya.

Melihat jas suaminya yang terlihat kusut, Sophia merapikannya. "Maria? Sekretarismu?"

"Ya, dia." Edmund keluar terlebih dahulu dari walk in closet.

Sophia yang sudah memasak itu melangkah mendahului Edmund menuju dapur. Dia merapikan kembali sarapan yang telah dibuatnya kemudian memasang senyum manis ketika Edmund berjalan menuruni tangga.

"Ayo kita sarapan dulu," ucap Sophia menghentikan gerakan Edmund sesaat.

Pria itu menggeleng pelan.

"Maaf, Sophie. Aku harus menemui Daddy sebelum dia berangkat ke Jerman."

Senyuman pada wajah Sophia pudar seketika, dia menghela napas pelan. "Baiklah."

"Benjamin akan mengantarmu."

Dan setelah itu, Edmund keluar dari apartemen, meninggalkan istrinya yang masih menatap sarapan yang telah dia buat dengan sedih. Perempuan itu duduk seorang diri dan sarapan tanpa ditemani suaminya.

Setelah sarapan, Sophia berangkat diantar Benjamin. Dia tahu diri kalau dia dan Edmund tidak mungkin bisa seperti suami istri pada umumnya. Edmund menikahinya hanya karena kehamilannya. Pria itu menginginkan anaknya, bukan dirinya. Bahkan Sophia yakin Edmund terlalu malu mempunyai istri seperti dirinya, banyak artikel yang masih menebak-nebak siapa yang menjadi istri sah pewaris D'allesandro.

Entah bagaimana caranya, nama Sophia tidak pernah tercantum dalam salah satu artikel di sana. Mungkin pria itu benar-benar menyembunyikannya dengan baik hingga tidak ada yang tahu bahwa dia adalah istri Edmund kecuali orang-orang tertentu saja yang pintar menyimpan rahasia.

Benjamin menurunkan Sophia agak jauh dari gedung perusahaan seperti yang dia inginkan. Ketika perempuan itu masuk, suasananya sama seperti dulu, selalu ramai. Banyak pegawai yang terburu-buru datang bahkan salah satu dari mereka menabrak Sophia dan hampir membuatnya jatuh.

"Nyonya Sophia," ucap seorang wanita yang berjalan mendekat ke arahnya. "Saya Maria."

Sophia menjabat tangan wanita itu. "Aku mengenalmu."

"Maaf jika pertemuan pertama kita saya tidak memperkenalkan diri, Señora," ucapnya sambil mulai melangkah diikuti Sophia di sampingnya.

"Tidak apa. Jadi, pekerjaan apa yang aku dapatkan?"

Maria menekan lantai tiga sebelum menjawab, "Anda berada di divisi administrasi, Nyonya. Di lantai tiga."

Sesampainya di lantai tiga, Maria mengantarkan Sophia ke tempatnya bekerja. Dia memperkenalkan Sophia sebagai pegawai magang baru pada yang lain.

Namun, beberapa pegawai di sana sepertinya tidak menyukai Sophia. Terlihat dari cara mereka memandang, apalagi dua wanita berambut pendek memberinya tatapan sinis seolah menganggap Sophia tidak pantas berada di antara mereka.

Saat Maria pergi, dua wanita bernama Catherine dan Caroline itu menujukkan ketidaksukaannya secara terang-terangan. Mereka bahkan tidak membalas jabatan tangan Sophia dan pergi begitu saja.

Seorang pria tua bernama Derek memberitahu bagaimana cara Sophia bekerja. Tentang pembukuan dan perhitungan yang membuat Sophia sedikit bingung, tetapi beruntungnya Sophia karena pria tua itu cukup baik dan mengajarkannya sampai mengerti.

"Bagaimana dia bisa masuk? Padahal tidak ada wawancara pegawai magang bulan ini," bisik Catherine yang dapat didengar jelas oleh Sophia. Meja wanita itu bersebelahan dengan Sophia, hanya dibatasi sekat kayu hingga ucapannya dapat didengar.

Pekerjaan Sophia tak kunjung selesai karean Catherine dan Caroline terus saja menyuruhnya melakukan hal lain. Seperti membuat kopi, membelikan roti, memfotokopi, dan membereskan tumpukan berkas dan yang lainnya.

Saat jam makan siang pun Sophia masih memasukan tumpukan kertas yang sudah tidak dipakai ke mesin pemotong kertas. Butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan itu, bahkan dia harus menahan rasa laparnya. Ketika semua orang sedang makan di kantin perusahaan, Sophia harus menyelesaikan pekerjaan yang begitu banyak.

Suara ponsel yang berbunyi menghentikan gerakan Sophia, dia meraih ponsel yang ada di nakas lalu mengangkat panggilan itu.

"Kau di mana, Sophia?!"

Kening Sophia berkerut, dia menjauhkan ponsel itu sesaat dan terkejut begitu melihat Edmund yang meneleponnya.

"Sophia?!"

"Iya, kenapa?"

"Kau di mana? Kenapa aku tidak melihatmu di kantin?"

Sophia berdeham.

"Aku masih memiliki beberapa pekerjaan."

"Itu bukan alasan untuk melewatkam makan siang, Sophie. Apa mereka memperlakukanmu dengan buruk?"

Sophia menggeleng. "Tidak, sama sekali tidak. Pekerjaanku hampir selesai, aku akan makan siang ke kantin setelahnya," ucap Sophia duduk di atas kursi.

"Tidak perlu, OB sedang dalam perjalanan mengantarkan makan siang untukmu."

"Oh, baiklah."

"Aku akan pulang terlambat, Sophie."

"Bagaimana dengan makan malam?"

"Makan di luar, kau tidak perlu me- "

Ucapan Edmund terpotong, terdengar pria itu sedang bicara dengan temannya dengan bahasa Spanyol.

"Aku harus pergi, Sophie."

Dan setelah itu, Edmund menutup teleponnya. Sophia mendesah pelan menatap layar ponselnya yang padam, dia meletakan ponsel di atas meja.

Beberapa menit kemudian seorang pria datang dengan membawa makan siang untuk Sophia. Saat membuka makan siang, dia tersenyum, salah satu dari tiga kotak itu berisi mozarella steak.

***

Love,

ig : @Alzena2108