webnovel

Pergi Ke Hutan Randle

Kaok kaok kaok …

Burung gagak terbang keluar hutan.

Sesaat jiwa Odette seperti hilang tersapu arus sungai.

Dari penjelasan Anwen, ternyata Odette benar-benar terdampar di era abad pertengahan. Ia terbangun di sebuah hutan yang berada di wilayah Kerajaan Panthera dan dan si pria brengsek itu namanya adalah Raja Arion D-Panther, raja dari Kerajaan Panthera.

Odette tidak bisa mempercayainya. Namun semua fakta di lapangan membenarkan hal itu. Pantas saja tidak ada yang tahu kota dan negaranya. Mereka berbeda zaman.

Kalau di zaman Odette, Rion dan Anwen pasti sudah menjadi fosil.

Melihat Odette terdiam sambil memandang kosong, Anwen merangkak dan menatap Odette dari jarak lima jari. "Nona Ody kau–"

Woah!

Odette yang melihat wajah Anwen begitu dekat langsung mengangkat dan membanting bokongnya ke belakang.

"A-Anwen kau membuatku terkejut," ucapnya sambil kembali memperbaiki duduknya.

"Ah, maafkan aku." Anwen menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum tanpa dosa. "Habisnya kau melamun. Apa yang kau pikirkan, Nona Ody?"

Anwen duduk bersila di depan Odette dan menatapnya dengan penuh perhatian, Odette menghembuskan napas kasar sambil memegangi jantungnya. Setelah cukup tenang, dia menatap Anwen dengan lekat.

"Anwen apa kau serius dengan yang kau katakan?" tanyanya ingin memastikan.

"Nona Ody, aku ini bukan pembohong." Anwen sedikit mengerucutkan bibirnya. Dia agak kesal kepada Odette yang selalu merasa curiga dan menganggapnya berbohong dan kekesalan Anwen tersebut membuat Odette sedikit merasa bersalah.

Jika dia di posisi Anwen mungkin dia juga akan kesal. Anwen sudah begitu baik mengantarnya sampai ke hutan ini bahkan gadis itu juga bersedia menemaninya dalam mencari jalan pulang.

"Maaf, Anwen. Aku tidak bermaksud menuduhmu. Aku hanya sedang sangat bingung. Aku tidak tahu di mana aku dan semua yang ada di sini sangat berbeda. Suasananya, orang-orangnya. Semuanya sangat berbeda dengan duniaku sebelumnya," ucap Odette membuat Anwen menatap bingung.

"Dunia … sebelumnya?" Anwen mengangkat alisnya.

"Mungkin kau tidak akan percaya dan akan menyebutku aneh, bodoh, atau gila tetapi aku tidak berasal dari dunia ini. Ma-maksudku zaman ini. Aku berasal dari abad dua puluh dan dan aku tidak tahu bagaimana caranya untuk pulang," kata Odette sambil menutup wajahnya. Ia mencengkram kepalanya dengan frustrasi lalu berkata dengan pelan, "Aku sangat bingung."

Sekitar sepuluh detik, Anwen tidak kunjung memberikan tanggapan. Odette mengangkat kepalanya dan melihat Anwen yang hanya diam sambil menatap lurus ke arahnya. Odette menghembuskan napas lelah, dia merasa bodoh karena sudah mengatakan hal tidak masuk akal seperti itu.

"Kau pasti tidak percaya, kan? Aku juga tidak percaya," katanya tersenyum masam namun dia terkejut dengan jawaban yang tiba-tiba diberikan oleh Anwen.

"Aku percaya."

"Ha?" Mulut Odette sedikit terbuka. "Kau … percaya?"

"Um." Anwen mengangguk. "Kalau Nona Ody mau kembali ke masa depan ada dua cara yang bisa dilakukan?"

Respons Anwen di luar dugaan Odette.

"Benarkah?!" Seketika wajah Odette terlihat senang.

"Um. Tapi …." Anwen terlihat ragu-ragu mengatakannya.

"Ta-tapi?"

"Kedua cara itu sangat berisiko."

"Apa pun risikonya aku akan melakukannya karena aku benar-benar harus pulang," ucap Odette yakin.

Anwen menatap mata Odette selama lima detik. Kedua mata biru itu terlihat sangat kukuh.

"Baiklah. Cara pertama adalah dengan menggunakan mawar yang ada di sekitar makam mendiang kakak ipar Rose."

"Ha? Mawar di sekitar makam kakak ipar?" Odette menatap bingung. Di dalam benaknya dia mengingat wajah Rion.

'Jadi pria itu sudah menikah,' batinnya.

Anwen melanjutkan. "Mawar-mawar di sana telah diberkati. Siapa pun yang membuat permohonan di hadapan mawar yang ada di sana lalu mematahkan salah satu tangkai mawar itu, maka permohonannya akan langsung terkabul."

Apa yang dikatakan Anwen terdengar tidak masuk akal tetapi Odette sudah sampai sejauh ini. Rasanya ia juga tidak punya pilihan lain.

"Lalu di mana letak makam Ratu Rose?"

"Itu ada di halaman belakang Green Castle.

Weh, kalau Odette tahu jalan untuk pulang ada di halaman belakang Green Castle, dia tidak perlu repot-repot berjalan kaki selama tiga jam.

"Tapi kita tidak bisa melakukan itu, Nona Ody," kata Anwen membuat Odette terkejut.

"Tidak bisa? Kenapa?"

"Karena kakakku sangat menyayangi mawar-mawar di sana. Jika ada orang yang berani mematahkan tangkai mawar di sana, kakakku tidak akan berpikir dua kali untuk mematahkan leher orang itu."

Glug.

Odette menelan ludah. Ludahnya terasa pahit saat mengingat Rion yang menodongkan pedang ke arahnya.

'Psikopath,' Odette membatin.

"Lalu kenapa kau memberitahuku?" Sesaat Odette mennunjukkan ekspresi kecewa lalu dia bertanya tentang cara yang kedua. "Kau bilang tadi ada cara lain…"

"Penyihir Aathreya," jawab Anwen.

'Penyihir? Di sini ada penyihir?' Odette bertanya-tanya di dalam benaknyas.

Anwen menjelaskan bahwa penyihir Aathreya adalah penyihir yang bisa membuka ruang dan waktu. Dulu Aathreya adalah penasihat Kerajaan Panthera selama tiga generasi. Terakhir kali dia menjabat sebagai penasihat Raja Rolan, kakek dari Rion dan Anwen. Setelah Raja Rolan wafat, Aathreya memutuskan untuk pensiun dan memutuskan untuk bertapa di puncak Gunung Randle.

Anwen juga menambahkan bahwa dia pernah mendengar obrolan ibunya dengan seseorang yang mengatakan bahwa penyihir Aathreya pernah mengirim seseorang dari sini ke masa depan.

"Kalau begitu apa kau bisa mengantarku bertemu dengan Aathreya?" tanya Odette antusias.

"Bisa. Tapi untuk sampai ke gunung itu kita harus memasuki Hutan Randle."

"Lalu?"

"Hutan Randle dipenuhi oleh monster," kata Anwen membuat Odette pingsan.

***

Pagi hari telah tiba, sinar matahari meenerobos masuk dari sela-sela dedaunan.

Salah satu dari prajurit Panthera yang diutus oleh Rion untuk mengawal perjalanan Odette secara diam-diam memacu kudanya dengan cepat menuju Green Castle. Raut wajahnya terlihat sangat tegang.

Setelah beberapa lama akhirnya dia sampai ke tempat tujuan. Dengan langkah cepat ia menuju ke ruangan raja.

Saat berhadapan dengan sang raja, dia segera duduk dengan satu lutut ditekuk.

"Yang Mulia, saya ingin melaporkan bahwa saat ini Tuan Putri Anwen dan Nona Odette sedang menuju ke Hutan Randle," ucapnya yang membuat Rion dan Trish terbelalak.

"Trish persiapkan kuda, kita akan menyusul mereka!" titah Rion sesaat setelah mendengar laporan sang prajurit. Tanpa menunda waktu, Trish segera mengangguk dan bergegas pergi untuk menjalankan perintah.

***

Sementara itu di sisi lain, Dan yang membawa Anwen dan Odette di punggungnya sedang berlari cepat membelah angin.

Setelah berpikir dan berunding dengan Anwen, akhirnya Odette memutuskan untuk menemui Aathreya dari pada mematahkan tangkai mawar di sekitar makam sang ratu.

Odette tidak tahu monster seperti apa yang ada di Hutan Randle tetapi Anwen mengatakan bahwa kakaknya saat marah itu jauh lebih mengerikan dari pada monster dan Odette percaya dengan hal itu ketika dia mengingat bagaimana

Rion menodongkan pedang ke arahnya. Saat itu Rion tidak mengatakan apa-apa tetapi hanya dengan melihat tatapan matanya saja, Odette merinding.

"TUAN PUTRI ANWEN BERHENTI!"

Suara empat prajurit yang mengejar Anwen dan Odette menggema di dalam hutan.

"Anwen ada yang mengejar kita," kata Odette menoleh ke belakang.

"Apa mereka memakai seragam hitam?" tanya Anwen tanpa berbalik.

"Um. Mereka memakai seragam seperti penjaga kastil."

Mendengar ucapan Odette, alis Anwen menukik dan dia membuat Dan berlari lebih cepat karena mengira prajurit-prajurit tersebut adalah utusan neneknya.