webnovel

Menemukan Sang Raja

Rion terkejut ketika dia membuka mata di pagi hari, dia mendapati dirinya sedang memeluk Odette yang berbaring di sebelahnya. Dia segera melepas pelukannya lalu bergegas bangun dan mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan perasaan bingung.

Apa yang terjadi? Itu adalah pertanyaan yang ada di benaknyas saat ini. Hal terakhir yang dia ingat adalah dia memperhatikan Odette yang sedang mengelus-elus kepala burung. Apakah semalam dia kambuh?

Dia menundukkan pandangannya dan melihat Odette yang masih tertidur. Sepertinya semalam tidak terjadi apa-apa. Dia tidak melakukan sesuatu yang buruk kepada wanita itu, kan?

Rion menghembuskan napas lelah. Dadanya terasa agak berat. Setelah itu ia melihat ke arah bekas api unggun. Dia mencari si burung merah yang mereka tolong semalam. Namun, burung itu sudah tidak ada di mana pun.

Sementara itu, Odette mulai membuka mata. Sejenak ia mengerjap-ngerjapkan matanya lalu bangun dan terduduk sambil menguap. Gadis itu butuh beberapa waktu untuk mengumpulkan kesadarannya sehingga dia tidak menyadari kalau dia sedang diperhatikan oleh Rion.

Setelah semua kesadarannya terkumpul, Odette berekspresi terkejut saat mengingat kejadian semalam ketika Rion memeluknya sebagai Bee.

Ia lalu segera mencari keberadaan Rion dan dalam waktu dua detik dia sudah menemukan pria itu sedang berdiri beberapa langkah di depannya sambil menatap ke arahnya.

Untuk beberapa detik wajah Odette bersemu merah saat bertatap muka dengan Rion. Ekspresinya baru kembali normal saat Rion bertanya, "Apa semalam aku melakukan sesuatu yang menyakitimu?"

Odette menatap Rion lekat.

"Tidak," jawabnya sambil mengingat ketika Bee memeluknya sambil berkata 'jangan pergi. Aku takut sendirian.'

Rion pun menatap Odette dengan lekat.

"Apa pun yang kau lihat dan apa pun yang kau dengar semalam lupakan saja," ucapnya dengan wajah datar namun Odette bisa melihat kesedihan yang terselubung di balik wajah itu.

Odette berdiri, menepuk-nepuk pakaiannya yang sedikit berdebu lalu fokus menatap Rion.

"Aku pernah bilang kepadamu kalau ingatan manusia itu tidak bisa disimpan dan dihapus sesuka hati," ucapnya.

Rion diam. Dia tahu ucapan Odette benar. Orang tidak bisa menyimpan dan menghapus ingatan mereka sesuka hati. Rion seharusnya mengerti hal itu lebih baik dari siapa pun.

Begitu banyak ingatan buruk yang ingin dia lupakan tetapi dia tidak pernah bisa melakukan hal itu. Karena itulah sampai sekarang dia menderita.

"Rion, aku …."

"Jika kau ingin membahas tentang syarat itu, aku tidak tertarik,." Rion dengan cepat memotong ucapan Odette lantas berbalik untuk pergi.

Melihat reaksi Rion yang sepertinya sangat tidak suka membahas syarat yang diberikan Aathreya, Odette hanya bisa diam. Dia memaklumi hal itu dan dia tidak ingin memaksa karena itu seperti dia berusaha mengorek luka Rion agar bisa pulang.

Mungkin Odette harus mulai menerima keadaan bahwa sekarang dia ada di abad pertengahan dan melanjutkan hidup di dunianya yang baru.

"Kau mau ke mana?" tanyanya, menghentikan langkah Rion.

"Mencari jalan pulang."

"Apa? Sekarang?"

Rion menoleh. "Kenapa? Apa kau sudah betah tinggal di hutan ini?"

"Bukan begitu."

Odette berekspresi agak sebal lalu melihat ke dekat perapian. Dia bertanya kepada Rion tentang burung yang mereka selamatkan tadi malam dan Rion mengatakan tidak tahu, mungkin sudah pergi setelah merasa lebih baik.

"Aku harap begitu." Odette mengambil tasnya lalu berlari menyusul Rion yang sudah kembali berjalan.

Hari masih sangat pagi, kabut tebal menyelimuti hutan, keadaan di sekitar benar-benar lembab.

"Rion, bukankah sebaiknya kita menunggu sampai kabut ini pergi, maksudku menipis, ini terlalu tebal. Sulit untuk melihat hal yang ada di sekitar kita, bagaimana jika ada monster yang sedang mengawasi kita?" Odette berjalan sambil berbicara panjang lebar namun dia berhenti saat Rion tiba-tiba berhenti.

"A-ada apa?" tanyanya sambil menengadah dan menatap Rion dengan bingung.

Rion menoleh, melihat Odette dari atas bahunya. "Berisik," ucapnya penuh penekanan lalu kembali berjalan.

Odette pun hanya bisa membuang napas kasar dan terus berjalan. Bukannya dia tidak ingin keluar dari hutan ini dengan cepat hanya saja menurutnya mereka bisa menunggu sampai kabut tebal ini mereda.

Seiring waktu, keadaan mulai mengering namun Odette sudah basah karena kabut dan dia merasa kedinginan.

"Sekarang ada apa?" Dia bertanya dengan suara lemah saat Rion kembali berhenti namun sebelum Rion menjawab dia melihat bayangan beberapa orang yang berjalan di balik kabut.

"Itu … itu orang!" Dia berucap dengan antusias. Dia yang sejak tadi terlihat seperti bunga yang layu seketika bangkit dan mekar.

"YANG MULIA!" Trish berteriak sambil melambaikan tangan lalu berlari cepat menghampiri sang raja disusul oleh semua warga yang mengikutinya.

"Trish apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana dengan Anwen?" tanya Rion sesaat setelah Trish berdiri di hadapannya.

Trish menjelaskan bahwa dia dan beberapa warga Desa Verde mencari Yang Mulia karena merasa khawatir dan tentang Tuan Putri Anwen, keadaannya masih lemah tetapi nyawanya sudah tidak berada dalam bahaya.

"Saat ini Tuan Putri menunggu kita di Desa Verde, dia sangat mencemaskan Yang Mulia dan Nona Odette," ucap Trish menambahkan.

Para warga nampak membungkuk hormat saat Rion beralih menatap mereka.

"Apakah Yang Mulia baik-baik saja," kata salah satu dari mereka sesaat setelah membungkuk hormat.

"Um, terima kasih atas kepedulian kalian, aku sangat menghargainya," ucap Rion sambil tersenyum tipis.

Para warga yang bersedia memasuki hutan terlarang hanya untuk mencari Rion, menjadi salah satu bukti bahwa Rion adalah raja yang cukup dicintai oleh rakyatnya.

"Bagaimana dengan Nona Odette?" Trish beralih menatap Odette dan Odette menjawabnya dengan satu anggukan kecil lalu berkata, "Aku baik-baik saja."

"Kalau begitu ayo kita keluar dari hutan ini," ucap Trish sambil menunjukkan tali yang terikat di tangannya. Rion dan Odette sempat merasa bingung tetapi kemudian mereka segera mengerti.

Ujung tali tersebut berada di pintu masuk hutan jadi untuk kembali mereka tinggal mengikuti tali itu saja. Seorang warga menjelaskan bahwa selain para monster, tumbuhan yang ada di Hutan Randle juga harus diwaspadai karena beberapa dari mereka tidak kalah mengerikan. Sebagian besar tumbuhan di tempat itu beracun.

"Lihat pohon itu." Warga yang menjelaskan itu menunjuk sebuah pohon yang tidak jauh dari mereka. Pohon itu memiliki bunga berwarna merah berbintik hitam, bentuknya seperti jamur terbalik, sangat unik.

"Pohon itu disebut pohon kebingungan."

Mulut Odette sedikit terbuka ketika mendengar nama pohon itu yang menurutnya sangat aneh.

"Pohon kebingungan?" Odette merasa bingung.

Warga itu menjelaskan bahwa bunga pohon itu melepaskan senyawa

yang jika dihirup akan merusak memori di otak. Meskipun kerusakan yang ditimbulkan tidak parah dan bersifat sementara, tetapi itu cukup untuk membuat seseorang atau makhluk yang menghirupnya tersesat karena kebingungan menentukan arah.

Seketika Odette teringat saat dia dikejar oleh chimera, kalau tidak salah, waktu itu dia melewati pohon kebingungan. Sekarang dia mengerti kenapa ia dan Rion tidak kunjung menemukan jalan pulang padahal merasa sudah menempuh arah yang benar. Itu pasti karena mereka telah menghirup senyawa yang dilepaskan bunga pohon itu.