webnovel

Kembali Ke Green Castle

"Nona Ody." Anwen memeluk Odette dengan penuh rasa haru. Dia sangat bersyukur karena Odette kembali dengan selamat, jika sampai terjadi sesuatu kepada Odette dia akan menyalahkan dirinya karena dia memberi tahu Odette tentang Aathreya yang bisa membuat Odette pulang.

Odette membalas pelukan Anwen dan berkata bahwa dia baik-baik saja serta meminta Anwen untuk berhenti khawatir. Setelah itu dia menanyakan keadaan Anwen.

Sama seperti Anwen, Odette juga akan menyalahkan dirinya jika hal buruk terjadi kepada Anwen karena menemaninya mencari jalan pulang, Anwen harus terluka seperti itu.

"Oh iya. Di mana kakak dan Trishy?" Anwen bertanya karena yang masuk ke ruangan untuk menjenguknya hanya Odette yang ditemani oleh sang tabib.

"Mereka berdua ada di luar bersama dengan warga," jelas sang tabib. Tidak lama setelah sang tabib memberikan keterangan, Trish datang.

"Bagaimana keadaan Anda Tuan Putri?" tanya Trish dan Anwen mengatakan bahwa keadaannya sekarang jauh lebih baik.

"Kalau begitu kita akan pulang ke Green Castle sekarang."

"Huh?" Odette sedikit terkejut. Dia baru saja sampai dan merasa sangat capek. "Sekarang?"

Odette melihat Trish dengan tatapan bertanya dan Trish segera mengangguk lalu berkata, "Yang Mulia Raja sudah ingin kembali sekarang."

'Weh, pria itu benar-benar tidak pengertian,' Odette membatin.

Wajah Anwen terlihat muram saat mendengar kata 'pulang'. Dia masih belum lupa kalau saat ini para utusan neneknya pasti masih sedang mencarinya untuk dinikahkan. Dia jadi agak menyesal memberi tahu Trish kalau keadaannya sekarang jauh lebih baik.

Seharusnya dia bilang kalau dia masih sangat sakit.

"Anwen, kau baik-baik saja?" tanya Odette saat menyadari wajah Anwen yang muram.

"Y-yah." Anwen memaksakan senyumnya dan mengangguk namun Odette bisa melihat dengan jelas bahwa gadis muda itu tidak sedang baik-baik saja.

"Baiklah kalau begitu, ayo pergi." Trish berjalan lebih dulu diikuti oleh sang tabib, Anwen dan Odette.

***

"Terima kasih atas bantuan kalian. Aku sangat menghargainya," ucap Rion kepada semua warga yang ikut bersama Trish untuk mencarinya.

Sejak beredar kabar bahwa Yang Mulia Raja Arion D-Panther berada di Desa Verde, para warga secara berangsur datang untuk melihat sang raja secara langsung.

Para gadis nampak terpesona dan sangat mengagumi ketampanan sang raja.

"Yang Mulia menginaplah satu malam di sini. Kami akan sangat senang jika bisa menjamu Yang Mulia lebih lama," kata seorang pria tua yang merupakan kepala Desa Verde.

Rion berterima kasih. D, dia menghargai tawaran warga tetapi dia harus pergi karena banyak pekerjaan yang menunggunya dan lagipula … dia khawatir jika penyakitnya kambuh lalu dia melakukan sesuatu yang memalukan atau melukai warga desa tanpa dia sadari.

Warga pun mau tidak mau akhirnya melepaskan kepergian sang raja.

"Ayo." Rion mengulurkan tangan kepada Odette namun Odette malah berjalan menuju Trish yang baru saja menaiki Dan.

"Apa aku boleh ikut denganmu?" tanya Odette yang membuat Trish, Anwen dan Rion terkejut. Sesaat Odette melirik Anwen lalu kembali melihat Trish.

"Apa tidak boleh?" Odette bertanya lagi saat Trish tidak kunjung memberi jawaban.

"Bu-bukan begitu."

Trish melihat ke arah Rion yang berekspresi datar. Dia bingung harus menolak atau tidak dan karena merasa tidak enak hati, ia pun mengangguk setuju.

"Ayo naik," ucapnya lantas mengulurkan tangannya untuk Odette.

Setelah Odette berhasil naik ke kuda, dia melihat ke arah Anwen yang nampak berdiam di tempat sambil menatap ke arahnya lalu melirik ke arah Rion seolah menyuruh Anwen untuk naik di kuda Rion.

Odette sedang berusaha untuk membuat kakak beradik itu berbaikan. Apa yang dilakukan Odette tidak luput dari perhatian Trish.

"Nona Ody …." Anwen terdiam cukup lama sambil memandang Odette lalu beralih melihat Rion, dia ingin melangkah menghampiri Rion tetapi merasa ragu, sedangkan Rion, dia sebenarnya ingin mengajak Anwen untuk naik tetapi dia merasa canggung.

'Anwen sangat merindukanmu.' Ucapan Odette terngiang di dalam kepala Rion. Dia menoleh menatap adiknya.

"Apa kau tidak ingin pulang?" tanyanya setelah membulatkan tekad. Hal itu seketika membuat Anwen terkejut.

Anwen menatap Rion dengan mata berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya setelah enam tahun Rion berbicara kepadanya. Selama ini dia selalu berbuat banyak kenakalan agar Rion mau berbicara kepadanya walaupun itu dalam bentuk teguran atau amarah. Dia sangat ingin mendengar Rion berbicara kepadanya.

Anwen berusaha keras untuk tidak menangis dan mulai melangkah menghampiri Rion. Dia sempat merasa ragu untuk meraih uluran tangan Rion namun pada akhirnya dia memberanikan diri dan meraih tangan tersebut.

Keadaan di antara mereka benar-benar canggung meski begitu keduanya merasa bahagia hanya saja mereka tidak mengungkapkannya.

Melihat hal itu, Odette tersenyum. Dia berharap setelah perjalanan ini hubungan kakak beradik itu membaik.

"Terima kasih," kata Trish yang membuat Odette terkejut.

Gadis itu menatap sang ksatria. "Untuk apa?"

"Karena kau menyatukan Yang Mulia Raja dan Tuan Putri. Mereka sudah lama tidak saling bicara," ucap Trish. Dan mulai berjalan mengikuti kuda hitam di depannya.

"Sekarang mereka harus bicara agar hubungan mereka membaik," kata Odette lalu tersenyum. Melihat senyuman wanita itu, Trish juga ikut tersenyum.

Lambaian tangan warga desa mengiringi kepergian mereka saat kuda mulai berlari dengan cepat.

"Semoga raja kita panjang umur," kata salah satu warga yang tadi ikut dalam pencarian.

"Wah kuda ini sangat gagah yah."

Perhatiannya teralihkan kepada rekan-rekannya yang sedang mengelus kuda cokelat yang diberikan oleh Kesatria Trish kepada mereka sebagai ucapan terima kasih.

Sementara itu sang tabib nampak menatap bros indah berwarna emas dan ungu yang diberikan oleh Raja Rion sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkan Anwen.

Jika bros itu dijual maka akan menghasilkan beberapa koin emas.

***

Di sepanjang perjalanan, Trish dan Odette banyak bertukar cerita. Trish cukup kaget saat mengetahui bahwa Odette berasal dari masa depan dan dia ke Hutan Randle untuk menemui penyihir Aathreya agar bisa pulang.

Odette menatap lekat punggung Rion lalu teringat dengan syarat yang diberikan oleh Aathreya.

"Trish, apa … apa kau tahu kalau Rion memiliki DID?" tanyanya setelah merasa Trish bisa dipercaya.

"Apa itu DID?" Trish tidak mengerti.

"Itu sebuah gangguan mental. Itu seperti tubuhmu diambil alih oleh orang lain," jelas Odette. Dia menjelaskan sesederhana mungkin agar Trish bisa memahaminya.

Keterkejutan yang tipis nampak di wajah Trish ketika mendengar hal itu.

"Kenapa kau menanyakan hal itu?" tanyanya yang tidak menjawab pertanyaan Odette sebelumnya.

Odette pun menceritakan yang sebenarnya. Dia memberi tahu Trish tentang syarat yang diberikan Aathreya kepadanya jika dia ingin pulang ke masa depan.

Trish kembali dibuat terkejut. Dia menatap sendu ke arah Rion.

"Aku … tidak tahu," jawabnya berbohong tetapi Odette tahu hal itu.

Odette benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Di sini dia tidak punya siapa-siapa. Di dunia sebelumnya dia juga tidak punya keluarga tetapi dia punya teman-teman kerjanya dan pasien-pasiennya, selain itu hal yang membuat Odette sulit menerima tempat itu adalah di tempat itu dia tidak bisa mengunjungi makam ibunya.