webnovel

Kepribadian Bee

"Hi-hilang?" Odette kaget. Dia meraba-raba udara hampa di hadapannya dengan kebingungan.

Aathreya tadi berdiri di sana, bagaimana bisa pria itu tiba-tiba menghilang? Ini pertama kalinya Odette melihat penyihir. Semua yang dia lihat benar-benar bukan rekayasa.

Odette menghembuskan napas kasar. Seandainya saja dia belum tahu bahwa dia sekarang berada di abad pertengahan, belum bertemu chimera dan ular raksasa tadi pasti dia akan shock berat.

Sekarang dia beralih menatap Rion dan mengingat kembali perkataan Aathreya tentang Rion yang memiliki DID.

Benarkah Rion memiliki DID? Kenapa Aathreya memberikan syarat seperti itu kepadanya? Dari mana Aathreya tahu bahwa Odette adalah dokter jiwa?

Apakah Aathreya ada kaitannya dengan dirinya yang tiba-tiba terdampar di zaman ini?

"Apa itu DID?" tanya Rion yang membuat Odette tersadar dari lamunannya.

Gadis itu menjawab, "Uhm… DID adalah… gangguan identitas disorder."

Rion menekuk alis. Tentu saja dia tidak mengerti.

"Itu seperti orang lain mengambil alih tubuhmu tanpa kau sadari." Odette berusaha menjelaskannya kepada Rion sesedarhana mungkin agar pria itu tidak bingung.

Rion nampaknya menyadari bahwa dia mengalami hal yang dikatakan oleh Odette.

Sesaat dia memejamkan mata.

"Kalau begitu lupakan saja," kata Rion.

"Apa kau sering mengalami hal itu? Apa kau sering merasa seperti orang lain mengambil alih tubuhmu?" Odette tidak bisa serta merta menyimpulkan bahwa Rion terkena DID hanya karena Aathreya mengatakan Rion terkena DID. Untuk menyimpulkan hal itu, Odette perlu melakukan observasi lebih lanjut.

Rion diam. Odette bisa melihat rasa ketidaksukaan di wajah Rion.

"Jika kau memberitahuku mungkin aku bisa membantumu, tetapi jika kau tidak ingin memberitahuku tidak masalah." Sesaat Odette tersenyum lalu kembali duduk sambil mengelus kepala sang burung dan Rion kembali memperhatikan.

Sambil mengelus-elus kepala si burung, Odette terus berpikir tentang Rion. Dia sangat penasaran apakah Rion benar-benar memiliki DID. Jika itu benar, hal apa yang telah dialami Rion sehingga dia bisa memiliki gangguan identitas disorder tersebut? Odette terus berpikir hingga ….

"Mama!"

Odette terbelalak, sesaat ia berhenti bernapas ketika Rion tiba-tiba memeluk lehernya dari belakang sambil berkata 'mama!'

Odette memutar kepalanya dengan kaku untuk melihat wajah Rion. Dia terperangah saat melihat wajah Rion yang sedang tersenyum sangat lebar hingga memperlihatkan barisan gigi putihnya yang rapih.

"K-kau?" Odette menelan ludah. Dia berusaha untuk tenang lalu menatap wajah pria yang memeluknya saat ini.

Sepasang mata birunya mengamati dengan cermat wajah yang saat ini sedang tersenyum sangat lebar. Ekspresi Rion 180 derajat berbeda dari ekspresi yang biasa dia tunjukkan.

"Si-siapa kau?" Odette bertanya agak ragu.

"Bee … hehe." Rion menjawab dengan nada khas anak-anak.

Odette kembali terperangah lalu teringat dengan ucapan Aathreya. Benarkah Rion mengidap DID?

"Ah, baiklah." Odette berusaha melepaskan tangan besar Rion yang melingkar di lehernya karena itu sangat mencekik. "Rion lepaskan. Uhk!"

"Bee." Rion memanyunkan bibirnya dan entah kenapa itu terlihat lucu di mata Odette.

"Ah, iya, Bee lepaskan aku. Aku sulit bernapas,." Odette berucap sambil menepuk-nepuk lengan besar Rion yang berada di bawah dagunya. Dia bisa merasakan otot pria itu yang bisa mematahkan batang leher dengan mudah.

Rion menggeleng dan semakin mempererat pelukannya dan itu membuat Odette tercekik.

"Bee le-lepaskan," pintanya sulit bernapas tetapi semakin disuruh melepaskan, Bee semakin memeluk dan melilit seperti ular piton,. Odette merasa pria itu akan meremukkan tulangnya.

Dia harus mencari cara lain untuk membujuk Bee agar mau melepaskan pelukannya karena kalau tidak, dia bisa mati karena kehabisan napas. Kalau tidak salah tadi Bee memanggilnya dengan sebutan 'mama'

Odette terlebih dahulu menelan ludah.

"Bee, le-lepaskan, mama tidak bisa bernapas. Ma-mama kesakitan," ucapnya terputus-putus.

"Mama sakit?" Bee mengerjap-ngerjap. Odette menganggukkan kepala dengan pelan dan Bee langsung melepaskan pelukannya.

Haah …. Odette merasa sangat lega ketika dia akhirnya bisa menarik napas dengan leluasa. Setelah cukup tenang, dia menoleh melihat Bee yang menatapnya sambil sesekali mengerjap. Wajah pria itu terlihat sangat polos berbeda sekali dengan dia yang biasanya.

"Mama baik-baik saja?" tanya Bee. Wajahnya terlihat khawatir.

"Y-ya." Odette tersenyum simpul. "Jangan khawatir," ucapnya dan seketika dia kembali dibuat terkejut saat Bee kembali memeluknya.

Namun kali ini pelukan yang Bee berikan bukanlah pelukan mematikan seperti sebelumnya. Pelukan Bee kali ini adalah pelukan yang hangat dan nyaman.

Hal itu membuat wajah Odette bersemu merah. Dia tidak pernah dipeluk oleh seorang laki-laki selama hidupnya. Jadi dia merasa tegang dan gugup sementara jantungnya sudah berdetak sangat keras.

"Bee sayang mama. Mama jangan pergi," ucap Bee yang membuat ekspresi wajah Odette berubah drastis.

Odette menoleh dan melihat wajah Bee yang sangat dekat dengan wsjahnya. Wajah itu terlihat sedih. Dia melepaskan tangan Bee yang melingkar di lehernya lalu betbalik menghadap anak itu, maksudku pria itu.

Walau sempat merasa ragu namun akhirnya Odette menyentuh pipi Bee dengan lembut. "Ada apa?"

"Mama jangan pergi. Bee ingin dipeluk mama."

Odette sedikit terkejut, matanya mengamati dengan cermat wajah yang ada di hadapannya. Wajah itu terlihat sedih dan kedua matanya memandang Odette dengan penuh harapan.

'Apa yang telah terjadi kepadanya?' Odette teringat dengan perkataan Anwen yang mengatakan bahwa sang raja menikah dengan Ratu Helen setelah Ratu Ahana meninggal. Banyak hal yang menjadi penyebab gangguan mental namun salah satu penyebab paling umum adalah pengalaman traumatis yang pernah dialami.

Dia bertanya-tanya apakah kematian Ratu Ahana merupakan kejadian traumatis bagi Rion yang menyebabkan kepribadian Bee muncul?

Saat Odette masih tenggelam dalam pemikirannya, Bee kembali memeluknya dan Odette membiarkannya bahkan dia membalas pelukan Bee.

"Jangan pergi, aku takut sendirian," kata Bee dengan pelan dan memperarat pelukannya, dia seperti sangat takut kehilangan dan ditinggalkan.

Odette diam, tetapi tangannya mengelus-elus punggung Rion dengan lembut.

***

Suara raungan menggema di salah satu bagian hutan terlarang. Raungan tersebut berasal dari seekor makhluk berkepala anjing dan bertubuh seperti manusia yang saat ini terjebak dalam jala warga desa. Warna hitam dari makhluk itu benar-benar menyatu dengan malam.

Makhluk itu hampir menerkam seorang warga. Untungnya Trish dengan cepat menyadari hal itu. Semua warga Desa Verde yang ikut bersama Trish untuk mencari Raja Rion ikut membantu dan mereka berhasil menangkap makhluk itu di dalam jala.

Trish tidak menyangka kalau para warga itu sangat terampil dalam menangkap monster. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa keterampilan itu mereka dapatkan karena mereka sering berburu.

"Kau tidak apa-apa?" Trish membantu warga yang hampir diterkam tadi berdiri.

"Yah, aku tertolong. Terima kasih."

"Bagaimana dengan kalian?" Trish beralih menatap warga yang lain.

"Kami baik-baik saja," ucap salah satu dari mereka mewakili yang lain, setelah itu dia melihat ke arah monster yang terjebak di dalam jala besi. "Kita apakan makhluk ini?" tanyanya.

"Kita bisa memotong tanduknya dan menjualnya. Kulitnya juga terlihat bagus untuk dijadikan mantel," kata seorang yang lain membuat Trish berekspresi aneh.