"Ada apa?" Rion bertanya saat Odette menatapnya dengan wajah bingung.
"Kau bilang apa tadi?" Odette mengulangi pertanyaannya.
Rion menekuk kedua alisnya saat mendengar ucapan Odette. Dia juga terlihat bingung dengan pertanyaan gadis itu. "Maksudmu?"
Odette memandang Rion dengan lekat dan bertanya-tanya di dalam benaknya apakah dia telah salah dengar? Dia tadi mendengar Rion memanggilnya 'mama'.
Suara-suara dari para penghuni Hutan Randle yang menyeramkan pasti sudah membuatnya tertekan, sehingga dia mulai mendengar hal-hal yang tidak nyata.
"Tidak ada apa-apa," kata Odette, menggeleng. Ia lalu kembali melanjutkan aktivitasnya, yaitu mengelus-elus sang burung merah sambil bersenandung kecil dan Rion kembali memperhatikan.
Untuk sesaat, suasana terasa sedikit lebih tenang namun tiba-tiba sinar putih menyilaukan muncul di pintu masuk gua dan mengejutkan kedua orang yang berada di dalamnya.
Rion dan Odette refleks berdiri. Rion dengan cepat berdiri di hadapan Odette dan membuat sebuah perlindungan.
Rion menatap tajam ke arah sinar tersebut sambil memasang kuda-kuda, siap menerjang musuh yang akan datang.
Seiring waktu sinar tersebut mulai meredup terlihat ada bayangan seseorang di balik sinar itu. Rion mengawasi bayangan itu tanpa berkedip. Namun seketika matanya melebar saat sosok bayangan yang dia perhatikan sudah terlihat jelas.
Rion segera menurungkan pedangnya dan berjalan menghampiri pria bermata ruby yang berdiri di ambang pintu masuk gua.
Sementara itu, Odette nampak terdiam memperhatikan. Di dalam hati dia bertanya-tanya tentang siapa pria tampan tersebut dan bagaimana dia bisa tiba-tiba muncul? Lalu … dia beralih kepada makhluk kecil yang terbang di atas bahu lebar pria itu.
'Peri?' Odette bergumam di dalam benaknya.
"Aku memberi hormat kepada penyihir agung Aathreya," kata Rion sedikit membungkuk, memberikan salam penghormatan kepada pria di depannya.
Mendengar Rion menyebut pria itu dengan nama 'Aathreya' mata Odette langsung membulat.
'Dia … Aathreya?' Odette bertanya-tanya di dalam benaknya. Dia menatap sosok Aathreya dari bawah sampai atas. 'Aku pikir dia pria tua yang berkumis lebat dan memakai topi ungu.'
Odette membayangkan sosok penyihir tua di dalam benaknya. Dia benar-benar tidak menduga bahwa Aathreya adalah seorang pria tampan.
"Tidak perlu formal begitu, Albert," ucap Aathreya yang membuat Rion dan Odette terkejut.
"Namanya Arion bukan Albert," kata Narine.
"Huh?" Aathreya menoleh melihat Narine dengan bingung "Benarkah?"
"Hm." Narine mengangguk.
Athreya kembali menghadap ke Rion. "Maaf yah, Alex."
"Arion."
"Ah, maksudku itu. Dengar Pinky, aku–"
"Arion!" Narine mulai meninggikan nada suaranya.
"Diamlah, Keven!"
"Narine!"
"Terserah!"
Odette memasang ekspresi kecewa yang aneh. Sikap Aathreya tidak sekeren penampilannya. Sangat mengecewakan dan sepertinya tidak bisa diandalkan
Sekarang, Odette merasa telah salah mengambil keputusan masuk ke hutan menyeramkan ini untuk menemui penyihir seperti itu.
"Senang bisa bertemu denganmu Zoe," kata Aathreya kepada Rion yang membuat Narine, dan Odette berekspresi aneh. Namun ekspresi Odette segera berubah drastis saat Aathreya menatapnya lalu berjalan mendekatinya.
Odette sedikit tegang ketika Aathreya memandangnya dengan sangat lekat.
"Aku ke sini untuk menemuimu," ucapannya membuat Odette dan Rion terkejut.
"Menemuiku?" Odette merasa bingung kenapa Aathreya yang ingin menemuinya padahal dia datang ke tempat mengerikan tersebut untuk menemui Aathreya.
"Dengarkan aku, Alice Catychwamanakakiquekakupapamanaveshriabelletillaredrixietipaleparissabekoekoekpetokpetok uu aa hu ha hu ha."
Mulut dan mata Narine terbuka lebar saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Aathreya. Bahkan Rion yang sejak tadi memasang wajah datar nampak menunjukkan ekspresi aneh. Jangan tanya bagaimana ekspresi wajah Odette saat mendengar Aathreya memanggilnya dengan nama yang begitu panjang.
"Aku … namaku Odette," kata Odette sambil tersenyum simpul.
Aathreya menekuk alis dan menggosok dagunya. "Jadi kau bukan Alice Catychwamanakakiquekakupapamanaveshriabelletillaredrixietipaleparissabekoekoekpetokpetok uu aa hu ha hu ha?"
Odette menggeleng.
Setelah melihat Odette menggeleng, Aathreya berbalik berniat untuk pergi.
"Ayo kita pergi, Jonathan," katanya kepada peri kecil yang terbang di udara.
"Aku Narine, NARINE!! KENAPA KAU SANGAT SUSAH MENGINGAT NAMA SEPENDEK ITU?!" Narine berteriak geram.
Dia tidak suka jika ada orang yang sembarangan mengganti namanya tetapi Aathreya selalu memanggilnya dengan nama yang berbeda setiap saat.
Mereka telah bersama selama beberapa tahun tetapi Aathreya tidak pernah satu kali pun memanggil nama Narine dengan benar.
Serius! Narine merasa sangat ingin menghantam kepala Aathereya dengan batu tetapi dia tidak bisa melakukan itu karena dia membutuhkan perlindungan Aathreya di Hutan Randle yang kejam ini.
Bagaimanapun dia hanyalah seorang peri kecil yang rapuh dan tidak berdaya di hadapan para penghuni Hutan Randle yang bengis. L
Pada akhirnya Narine hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Dia harus banyak bersabar dalam menghadapi penyihir itu.
"Kita ke sini untuk menemui Odette, kau bilang ingin mengatakan hal penting kepadanya," ucapnya yang membuat Odette terkejut dan Rion menekuk alis karena merasa bingung.
"Benarkah?" Aathreya menatap Narine dengan bingung lalu melihat Odette kemudian matanya terbuka lebar seolah dia baru saja mengingat sesuatu. "Ah, iya."
Dia mendekati Odette lagi.
"Aku tahu kau ke sini untuk menemuiku. Sebenarnya aku tidak suka meninggalkan gunung tetapi karena melihat keberanianmu memasuki hutan mengerikan ini hanya untuk menemuiku aku memutuskan untuk datang kemari. Aku menghargai keberanianmu itu nona muda," ucapnya. Dia terlihat berbeda saat mulai berbicara serius. "Aku akan memulangkanmu."
Odette sedikit terkejut mendengar ucapan terakhir Aathreya.
"Benarkah?" Seketika wajahnya berubah sangat cerah.
Aathreya mengangguk. "Tapi dengan satu syarat."
Narine terbang mendekati Odette.
"Syarat?" Odette merasa bingung.
"Kau harus menyembuhkan Zoe dari DID yang dideritanya."
Narine mendekat ke telinga Odette lalu berbisik di dekat telinga Odette. "Maksudnya Raja Arion D-Panther. Tolong maklumi saja, usia Aathreya sudah hampir tiga ratus tahun jadi dia agak pikun."
Tiga ratus tahun? Odette sulit mempercayainya. N namun, dia ingin fokus pada syarat yang diberikan penyihir itu.
Odette cukup terkejut saat mendengar syarat yang diajukan oleh Aathreya barusan.
Menyembuhkan Rion dari DID yang dideritanya?
Seketika berbagai pertanyaan muncul di kepala Odette. Benarkah Rion mengidap DID?
Odette teringat ketika Rion menggonggong keras ke arahnya saat di hutan, lalu ketika Rion menodongkan pedang ke arahnya sesaat setelah dia melompat dari jendela kamar mandi, kalau tidak salah, pria yang bernama Trish memanggil Rion dengan nama Lucifer.
Odette menatap ke arah Rion yang sepertinya juga terkejut mendengar ucapan Aathreya.
'Benarkah dia memiliki DiD?' Odette bertanya-tanya di dalam benaknya lalu kembali melihat Aathreya dengan penuh curiga.
"Bagaimana kau tahu Rion memiliki DID? Bagaimana kau tahu tentang DID? Ini abad pertengahan 'kan dan kenapa kau memintaku untuk melakukan itu?" tanya Odette secara beruntun.
Narine berharap kepikunan Aathreya tidak kambuh dan harapannya terkabul.
Aathreya memandang lekat-lekat mata biru Odette, "Karena aku penyihir, iya dan karena kau adalah seorang dokter jiwa."
Aathreya menjawab pertanyaan Odette namun jawaban itu masih menyisahkan pertanyaan di kepala Odette. Sebelum Odette bertanya kembali, Aathreya sudah lebih dulu membuka suara. "Semua pertanyaan yang ada di kepalamu saat ini akan kau jawab sendiri. Aku tahu kau bisa karena kau wanita yang pintar dan pantang menyerah."
Aathreya mengingat sosok ibu Odette di dalam benaknya lalu menambahkan, "Saat kau berhasil melakukan syarat itu, aku akan datang menemuimu dan kau bisa pulang. Ayo pergi, Alex."
"Tapi–" ucapan Odette terpotong saat sinar putih menyilaukan kembali muncul menyelubungi Aathreya. Narine terlihat terbang memasuki cahaya itu dan dalam sekejap keduanya telah menghilang.