Night King: Kebangkitan Sang Kucing Hitam
Chapter 4. Lin Hua
"Inikah yang disebut terlahir kembali? Dewa memberiku kesempatan untuk memulai kembali kehidupanku, tetapi di mana aku sekarang? Mengapa dunia ini sangat berbeda dengan yang sebelumnya?"
Pikiran Lin Tian dibuat menjelajah ruang dan waktu. Di kehidupan sebelumnya, dia adalah seorang pendekar yang berusia delapan puluh tahun, tetapi sekarang dirinya tampak lebih muda dari usia aslinya, kira-kira di atas dua puluh tahun. Bukan hanya itu saja, tempat dia berada sekarang pun sangat berbeda dengan tempat yang dulu dia tinggali.
"Apa saat ini Dewa sedang mempermainkanku?" pikir Jin Tian, sampai detik ini belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
Wanita yang sejak tadi berdiri itu tampak mulai gusar, konsentrasi terus terpecah antara Jin Tian dan benda yang ada di tangannya.
Benda itu hitam berbentuk panjang itu terus mengeluarkan suara seperti ledakan, wanita itu tidak henti-hentinya menggunakan benda tersebut dan bersamaan dengannya suara teriakan seseorang semakin banyak terdengar.
Wanita itu mencoba menggeserkan tubuhnya, salah satu kakinya berusaha meraih benda yang berada tidak jauh dari Lin Tian, tanpa menurunkan kewaspadaannya.
"Cepat ambil senjata itu! Sekarang kita sedang dikepung, setiap tindakan yang kita ambil sangatlah penting. Jadi jangan banyak berpikir lagi. Cepat!" perintahnya dengan suara yang lantang.
Memandang wanita itu sekali lagi sebelum akhirnya dia menjatuhkan pandangannya pada benda hitam yang kini sudah berada di ujung kakinya.
Dia masih ragu untuk mengambil benda tersebut dikarenakan Lin Tian tidak tahu cara menggunakan benda tersebut. Apa lagi benda tersebut bisa mengeluarkan suara ledakan yang keras, Lin Tian semakin ragu untuk bisa menyentuhnya.
Wanita itu semakin geram, dia mengelah napas panjang dan tampak sangat marah. "Cepat ambil ini atau kepalamu yang akan aku tembak!" ancamnya sambil meletakkan benda hitam itu di tangan Lin Tian.
"Benda apa ini? Aku tidak bisa menggunakannya."
"Hentikan dramamu dan cepat tembak mereka!" pemerintah wanita itu yang kembali dengan posisinya semula.
Lin Tian mencoba untuk berdiri, tubuhnya yang masih terasa lemas coba dia lawan. Percobaan pertama Lin Tian masih tidak seimbang dan hampir jatuh kembali, tetapi dipercoaban kedua Lin Tian berhasil berdiri meskipun dia harus mendapatkan bantuan dari wanita itu.
Mata Lin Tian seketika terbuka saat melihat beberapa jasad manusia yang tergeletak di lantai tidak jauh dari posisinya berdiri sekarang. Lin Tian tidak menyadari kalau sejak tadi wanita itu yang sudah membunuh mereka semua.
Pandangan Lin Tian sebelumnya tertutup sebuah dinding besar serta beberapa benda yang tersusun ke atas, membuat Lin Tian tidak bisa melihat sekitarnya. Namun, sekarang Lin Tian mengerti maksud dari perkataan yang terus coba wanita itu katakan.
Wanita itu terus menggunakan benda hitam pendek itu untuk membunuh orang-orang yang mencoba mendekatinya. Mereka juga sama membawa benda hitam di tangan, tetapi kecepatan yang mereka lakukan saat menggunakan benda hitam tersebut sangatlah lambat, hingga akhirnya mereka terbunuh.
"Sebenarnya kau ini siapa dan benda yang ada di tanganmu itu apa? Kau ini pendekar yang berada ditingkat apa, mengapa aku tidak bisa membaca kemampuanmu?" tanya Lin Tian keheranan.
Sejak tadi dia mencoba untuk mengalisa sampai mana kemampuan yang wanita itu miliki, tetapi Lin Tian tidak bisa menemukan batas dari kekuatan yang wanita itu capai dan begitu juga dengan benda yang ada pada wanita itu. Lin Tian sungguh heran, tidak bisa mengetahui benda yang seperti senjata itu berada ditingkat apa?
Wanita itu mengerutkan keningnya, "Namaku Lin Hua, senjata ini bernama pistol cara menggunakannya dengan menarik bagian yang berbentuk kail ini. Aku bukanlah seorang pendekar dan kau berada dipihak kami. Jadi, jangan banyak drama, cepat pakai senjata itu dan habisi segera musuh-musuh di depan sana!"
Lin Hua menutup penjelasannya dengan ekspresi wajah kesal. Berdirinya dia sana bukan sekedar melindungi Lin Tian dari ancam musuh, tetapi dia sangat berharap kalau Lin Tian dapat membunuh semua musuh, seperti yang biasa dia lakukan. Namun, tebakan Lin Hua sangat salah, nyatanya sekarang dia yang harus bekerja keras untuk melindungi Lin Tian dan bukan dirinya.
Semakin Lin Tian diam, semakin banyak jumlah orang yang mendatangi mereka di ruangan tersebut dan semakin sedikit pula, peluru yang ada di dalam senjata milik Lin Hua.
"Peluruku sudah hampir habis dan tidak akan bisa lebih lama melindungi kita dari mereka. Jadi cepat tembak mereka atau kita yang akan mati di tempat ini!" seru Lin Hua.
Suara tembakan semakin terdengar lebih banyak dari sebelumnya. Beberap peluru terus mengincar nyawa mereka. Lin Hua menarik tangan Lin Tian agar bisa berlinduk di balik dinding.
Musuh yang datang semakin banyak, tetapi peluru yang Lin Hua miliki semakin menipis, sedangkan Lin Tian sama sekali belum menggunakan senjatanya. Dia tampak masih terdiam memandangi senjata tersebut dari waktu ke waktu.
Mata Lin Tian membulat ketika tubuhnya dengan Lin Hua berada dalam posisi yang sangat intim. Biarpun demikian, Lin Hua tidak memperdulikannya karena saat ini keselamatan mereka yang utama, keluar dari situasi sekarang menjadi hal yang harus dipioritaskan.
"Dengar ... Saat ini kita berada dalam situasi terjebak, tidak mungkin bagi kita berlari keluar sana dengan puluhan musuh yang siap menghabisi nyawa kita," jelas Lin Hua, sambil menekan dada Lin Tian.
"Saat ini jalan satu-satunya adalah ada pada dirimu, Lin Tian. Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi padamu sebelumnya. Saat ini aku hanya bisa berharap, kau menggunakan senjata ini untuk melawan musuh-musuh di luaran sana. Paham!"
Lin Hua sengaja menekankan kata-katanya pada benda hitam yang berada di tangan Lin Tian. Mungkin ungkapan saja tidak akan mampu membuat Lin Tian memahaminya, tetapi Lin Hua cukup berharap kalau Lin Tian mampu membawa mereka keluar dari situasi sekarang.
Lin Tian tak bergeming, seketika pikirannya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Namun, dia tidak bisa menyusun kalimat yang sesuai dengan pertanyaannya itu.
Lin Hua beberapa kali melihat ke balik diding, peluru terus melesat dan menghantam dinding. Biarpun demikian belum ada satu pun musuh yang berani menerobos sampai ke dinding tersebut.
Lebih tepatnya mereka ragu untuk maju lebih jauh dikarenakan sosok Lin Tian, yang sebenarnya sudah sangat terkenal. Namun, Lin Tian yang saat ini berdiri tampak berbeda jauh dari yang dahulu. Sementara itu Lin Tian sendiri terus memandangi sosok wanita yang ada di hadapannya sekarang.
"Lin Tian!"
Seketika teriakannya terdengar pelan serta gerakan tubuh Lin Hua menjadi lambat di mata Lin Tian, sehingga dia bisa lebih lama memandang Lin Hua.
DOR ....
Suara tembakan yang terakhir bergitu keras suaranya, hingga peluru itu membuat retakan pada dinding yang menjadi pelindung mereka.
Entah bagaimana caranya, mendadak Lin Tian berubah sikap. Tubuhnya secara otomatis bergerak keluar, tangannya juga mengangkat sambil menyodorkan senjata.
DOR ...