3 3. Dunia Baru

Night king : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 3 : Dunia Baru

"Fei Hong!" Lin Tian berteriak. Saat itu juga napasnya memburu dan kemauannya seolah meningkat karena amarahnya yang memuncak.

Lin Tian menggenggam erat pedangnya, dia mengayunkan pedang tersebut dan menyerang membabi-buta semua yang ada di sana. Dia marah karena Pendekar tersebut telah membunuh bocah yang sama sekali tidak ada urusannya dalam pertarungan ini.

Lin Tian tidak lagi peduli, mereka berasal dari aliran Hitam ataupun putih. Satu persatu pendekar terbunuh. Darah segar mengalir di pedangnya dan pakaiannya pun berlumur darah.

Tenaga dalamnya hanya tersisa sedikit. Namun, dia berusaha untuk tetap bertarung. Hanya tersisa beberapa pendekar saja yang masih bertahan. Pandangan Lin Tian mulai kabur.

Dia melihat langit yang bergoyang dan seolah ingin jatuh menimpah tubuhnya. Lin Tian berusaha untuk tetap seimbang, walau gerakannya mulai sempoyongan.

BRUK ...

Tinju keras diterimanya. Bukan hanya sekali, tetapi empat sampai lima kali dia mendapatkan tinju dibagian perut yang membuat Lin Tian memuntahkan darah segar.

Nyatanya memang kemampuan tidak bisa membuat Lin Tian selamat dari maut. Kehebatan tidak ada artinya di hadapan puluhan Pendekar.

Sesungguhnya ini adalah pertarungan yang tidak adil. Bagaimana tidak karena satu melawan puluhan orang? Apa itu yang disebut adil? Andai, Lin Tian berada dalam kondisi prima, mungkin dia tidak akan mengalami hal tersebut.

Tubuhnya ambruk saat dia menerima pukulan terakhir di wajahnya. Hidung dan mulutnya sudah mengeluarkan banyak darah. Pandangannya garis lurus dengan jasad Fei Hong di sana.

Semula dia mengira, dunia akan mencapai kedamaiannya saat Fei Hong besar nanti. Namun, sepertinya itu tidak akan terjadi. Lin Tian pun pasrah. Dia menerima kekalahannya hari ini.

Entah berapa lama dia tidak merasakan apa itu kekalahan. Sekarang dirinya merasakannya kembali. Lin Tian pun telah menutup matanya. Sampai tarikan napas terakhirnya, dia tidak mengetahui siapa yang sudah memerintahkan para Pendekar tersebut menyerang dirinya.

***

Mei 2022.

"Apa aku sudah mati?" Lin Tian bergumam, sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Dia membuka matanya perlahan-lahan dan segera memposisikan tubuh dalam kedamaian duduk.

Matanya langsung berputar, melihat sekitarnya yang begitu sangat asing. Ini kali pertama dia melihat ruangan yang berbeda dengan yang pernah dilihatnya.

"Di mana aku? Apakah ini alam baka, mengapa berbeda dengan yang ada di buku-buku?" pikirnya bertanya-tanya.

Belum juga dia mendapatkan kesadarannya, mendadak Lin Tian mendengar suara yang samar-samar.

"Scorpio!" teriak seseorang dari dari kejauhan yang langsung saja memecah lamunan Lin Tian.

"Scorpio? Siapa itu?"

Sebelum Lin Tian sempat berpikir lebih jauh, terlebih dahulu dia dikejutkan dengan kehadiran sosok wanita berpakaian aneh berbeda dengan apa yang dilihat Lin Tian sehari-hari.

Lin Tian bangun dalam posisi duduk, dia sama terkejutnya ketika melihat pakaian yang membalut tubuhnya. Hal yang pertama Lin Tian lakukan adalah menutupinya dengan kedua tangan dan merasa kalau sedang tidak memakai pakaian.

"Kau baik-baik saja bukan?" tanya wanita itu dengan perasaan gusar dan penuh kewaspadaan. Kedua tangannya menggenggam sebuah benda pendek berwarna hitam yang sama sekali tidak Lin Tian kenali.

"Kau baik-baik saja bukan?" kembali wanita itu bertanya karena tidak mendapatkan jawaban dari Lin Tian yang kebingungan.

Lin Tian memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit, sakit sekali dan rasanya ingin pecah. Wanita itu buru-buru mendekati Lin Tian yang tampak kesakitan tersebut. Dengan berjalan menyamping, wanita itu segera duduk di samping Lin Tian dan memegang bahunya.

"Kau baik-baik saja bukan?"

Wanita itu kembali melontarkan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang. Lin Tian tidak mengerti mengapa dia tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, kepalanya terlalu sakit sampai sulit mengeluarkan kata-kata.

"Apa kepalamu terluka?"

Wanita dengan rambut yang terkuncir satu itu tampak cemas, dia memegangi bahu Lin Tian tanpa melepaskan benda pendek yang terus digenggamnya itu.

"Kau siapa? Mengapa kau tidak memakai pakaian?"

Setelah berhasil menguasai pikiran akhirnya Lin Tian bertanya, tetapi kepalanya masih terasa sangat sakit sehingga tidak banyak kata yang mampu dia ucapkan. Sementara itu, wanita dengan paras cantik dan kulit seputih susu itu mengerutkan keningnya, tidak tahu harus menjawab apa.

"Menyingkir dariku, Wanita jalang! Kau tidak pantas menyentuhku, aku bukanlah pria yang menyukai wanita seperti dirimu! Kau wanita kotor, menyingkirkan dariku!"

Seketika pipi wanita itu memerah, perasaannya terasa ingin meledak, hatinya ikut terbakar bercampur emosi. Dirinya yang berasal dari keluarga baik-baik harus disebut dengan 'Jalang' sebutan untuk wanita yang suka mengganggu pria hidung belang, di tempat hiburan malam.

Ingin sekali dia menampar pipi Lin Tian, tetapi sebelum tangannya bisa bertindak terlebih dahulu dia harus dihadapkan dengan situasi yang sulit baginya untuk menghindar.

Suara senapan yang dilepaskan terdengar begitu menyeramkan, mengusik telinganya yang langsung mengambil tindakan. Tubuhnya segera berada dalam posisi siap. Dia mengesampingkan dahulu kata-kata Lin Tian yang sangat tidak sopan itu. Sekarang ada hal yang harus didahulukan dibandingkan memberi pelajaran bagi Lin Tian.

"Hei! Cepat bangun. Gunakan itu! Tentu kau tahu cara menggunakannya bukan?" perintah wanita itu, sambil melemparkan sebuah benda berukuran pendek seperti yang dimilikinya.

Lin Tian tak bergeming, pandangannya kini terarah pada wanita itu dan bukan benda yang dilemparnya tersebut. Lin Tian memperhatikan wanita itu dari atas sampai bawah dan tidak mengingat siapa nama dari wanita itu.

"Kau masih saja diam. Cepat ambil senjata itu! Saat ini kita terkepung oleh musuh. Ambil senjata itu dan segeralah menembak!" perintah wanita itu cepat.

Lin Tian merasa kepalanya semakin sakita, pikirannya terus dipacu untuk mengingat semua yang ada di sekitarnya. Dimulai dari sosok wania yang berdiri di hadapannya sampai tempat dirinya berada sekarang.

Tempat ini tampak seperti sebuah gedung, tetapi berbeda dengan gedung yang pernah dirinya datangi. Di gedung ini memiliki benda yang dapat memancarkan cahaya, tetapi bentuknya sangat berbeda dengan yang Lin Tian ketahui.

Bukan hanya itu saja, gedung ini juga memiliki banyak barang yang saling bertumpukan dan juga dipenuhi debu serta sarang laba-laba.

Lin Tian terdiam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya suara yang kerasa memecah keheningan dan menyadarkan Lin Tian dari lamunannya.

Suara ledakan itu berasal dari senjata yang digenggam oleh wanita tersebut. Mata Lin Tian terbuka lebar saat senyata itu mengeluarkan asap, yang tidak lama kemudian suara ledakan kembali dan tidak lama setelahnya suara terakan seseorang terdengar dari kejauhan.

Lin Tian memperhatikan wanita itu sekali lagi, dia menyedari perubahan ekpresi darinya tampak seperti seseorang yang sedang menghadapi musuh. Lin Tian sangat mengenali ekpresi seperti itu karena dia juga sering memasang raut wajah seperti itu.

Seketika perasaan Lin Tian bergejolak, "Apakah aku terlahir kembali?" Hal yang pertama Lin Tian rasakan sekarang adalah, dia merasa hidup kembali sedangkan sebelumnya dirinya sudah tewas di Lembah Tengkorak Iblis.

Wanita itu melihat Lin Tian kembali, dia mengelah napas panjang, "Hei! Kenapa kau diam saja? Cepat ambil senjata itu! Kita sudah dikepung!"

Wanita itu menarik pelatuknya kembali, seketika suara seperti ledakan keras terdegar lagi dan benda hitam di tangannya juga mengeluarkan asap, setiap kali suara ledakan itu muncul.

Kini pandangan Lin Tian terpaku pada benda hitam yang ada di hadapannya. Apakah benda hitam itu yang menimbulkan suara ledakan besar?

avataravatar
Next chapter