webnovel

5. Semangat Lin Tian

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 5 : Semangat Lin Tian

DOR ...

Lin Tian melepaskan tembakan untuk yang pertama kali, kedua matanya terpejam ketika dia menarik pelatuk tersebut. Lin Hua yang bersembunyi di balik tubuh Lin Tian, harap-harap cemas dibuatnya, tidak sanggup untuk melihatnya hingga dia memutuskan untuk menutup matanya dengan kedua tangan.

DOR ....

Lin Tian kembali melepaskan tembakan yang kedua, kini dia menembak ke sembarang arah, tetapi bidikannya tersebut tepat mengenai salah satu pria yang ada di depan sana.

Lin Tian membuka matanya, ketika suara jeritan terdengar oleh telinganya. "Apa aku berhasil?" tanya Lin Tian antusias.

Ini pertama kalinya Lin Tian menggunakan senjata yang dapat mengeluarkan suara ledakan seperti itu. "Apa nama senjata ini?" tanya Lin Tian, pada Lin Hua yang tampak kebingungan.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Lin Hua melihat Lin Tian menggunakan senjata api, tetapi cara yang dilakukan Lin Tian dalam hal menembak yang membuat Lin Hua geleng-geleng kepala. Dirinya dibuat tidak bergeming, bahkan orang-orang yang masih berdiri di depan sana pun sama terkejutnya.

Nama besar Lin Tian sebagai pembunuh bayaran yang kerap kali menggunakan berbagai macam senjata api, dari mulai laras pendek hingga panjang menjadikannya sebagai penembak yang handal. Namun, hari ini, entah setan apa yang sudah merasuki tubuh Lin Tian hingga pemuda itu seperti kehilangan kemampuannya dalam hal menembak.

Lin Tian menaik turunkan alisnya, ditambah dengan senyuman yang penuh makna, mengisyaratkan kalau dia menunggu jawaban dari Lin Hua. Namun, belum sempat Lin Hua berkata, musuh-musuh mereka sudah lebih dulu mengambil tindakan.

Mereka juga tidak mau berlama-lama terdiam karena setiap detik yang ada begitu berharga dan bisa kapan saja mengancam nyawa mereka. Lin Hua buru-buru meningkatkan kewaspadaannya. Dia mendorong tubuh Lin Tian agar kembali bersembunyi untuk sementara waktu.

Lin Hua, khawatir kalau sebenarnya Lin Tian tidak siap untuk memulai pertarungan kembali, meski dia sudah membunuh satu orang bukan berarti pertarungan ini selesai. Sebaliknya, pertarungan baru saja dimulai.

Lin Hua ingin mengatakan sesuatu, tetapi Lin Tian menahannya. Dia secara respect meletakkan jari telunjuknya di bibir Lin Hua hingga, semua kalimat yang ingin dia sampaikan hilang semuanya.

"Aku tahu apa yang ingin kau katakan dan aku tahu apa yang harus aku lakukan setelah ini. Jadi, kau diam saja dan serahkan semuanya padaku."

Seketika Lin Hua dibuat tercengang, tidak bergeming, matanya membulat dan mulutnya membentuk huruf O besar. Saat ini Lin Hua tidak percaya kalau yang ada di hadapannya adalah Lin Tian yang dikenalnya. Lin Hua merasa beberapa saat lalu dia sedang dihadapkan dengan seseorang yang memiliki kemiripan wajah seperti Lin Tian, tetapi sekarang dia mengerti kalau Lin Tian sedang bersandiwara tadi.

Lin Tian seketika menampakkan diri dari balik dinding, dengan kepercayaan penuh Lin Tian melepaskan pelatuknya. Satu persatu peluru melesat cepat ke arah musuh-musuhnya.

Lin Hua seketika merasa terpukau dengan tindakkan yang coba Lin Tian tunjukkan. Namun, rasa kagum itu tidak bertahan lama, beberapa detik kemudian Lin Hua sadar kalau yang Lin Tian lakukan adalah kesalahan.

Bagaimana tidak disebutkan dengan kesalahan, nyatanya Lin Tian menembak ke sembarang arah. Peluru-peluru yang melesat pun tidak menentu yang tentunya terbuang sia-sia.

Lin Hua menepuk dahinya, bukan ini yang dia harapkan sebenarnya. Baru kali ini Lin Hua merasa kalah, ingin rasanya dia menyerah dan membiarkan beberapa peluru yang tersisa di senjatanya menembus kepalanya, setidaknya dia mati dengan terhormat dan bukan mati konyol.

Lin Tian terus melepaskan tembakan ke sembarang arah dan begitu juga dengan musuh-musuh di depan sana. Mereka berusaha menghindari peluru tersebut dengan bersembunyi di balik kardus-kardus, sambil terus melepaskan tembakan ke arah Lin Tian.

Ketika Lin Hua merasa pasrah dan ingin menyerah, senjatanya pun sudah ada di ujung kepalanya, tetapi dia langsung mengurungkan niatnya itu. Meski tembakan yang coba Lin Tian lesatkan hanya sembarang arah, nyatanya itu mampu untuk membunuh beberapa musuh yang jaraknya lebih jauh dari mereka. Dalam artian, peluru-peluru itu mengenai musuh yang sengaja bersembunyi di belakang, agar disaat Lin Tian kelelahan mereka dapat langsung menyerang.

"Kau lihat bukan, aku bisa mengalahkan mereka dengan gayaku sendiri. Jadi, untuk apa yang menyerah dan ingin mati seperti itu, bukankah ini waktunya kita merayakan kemenangan?"

Lin Tian menyeringai sambil menunjukkan senyuman kemenangan. Lin Hua menelan ludahnya sendiri, tidak tahu harus berkata apa, yang dilakukan Lin Tian sungguh diluar dugaan dia sebelumnya.

Siapa yang menduga, melepaskan tembakan ke sembarang arah, nyatanya memiliki tujuan yang tidak pernah terpikirkan oleh Lin Hua sebelumya.

Lin Tian menatap manik Lin Hua dengan lekat, sambil menyentuk kedua bahu gadis itu. Lin Hua kehabisan kata-kata dan napasnya juga seolah berhenti saat itu juga.

"Dengarkan perkataanku. Saat ini musuh yang tersisa tidaklah banyak, peluru yang ada di senjataku juga sudah hampir habis Aku akan membuka jalan untukmu agar bisa keluar dari tempat ini," kata Lin Tian, yang langsung mendapatkan respon tidak baik dari Lin Hua.

"Maksudmu?"

"Kau gunakan senjataku untuk melindungi dirimu di luaran sana dan biarkan orang-orang ini aku yang menghadapinya," tambah Lin Tian dengan nada bicara serius.

Lin Hua menggelengkan kepalanya, "Tidak Lin Tian. Kita akan keluar dari tempat ini bersama-sama. Aku tidak bisa membiarkanmu terbunuh di tempat ini."

Satu kali lagi Lin Tian menatap manik Lin Hua dengan serius yang membuat Lin Hua menelan ludahnya dan juga menahan napasnya.

"Percayalah. Aku akan baik-baik saja. Selama kau percaya, maka aku akan baik-baik saja. Mengerti."

Lin Tian tidak menunggu jawaban dari Lin Hua. Dia langsung saja berlari ke luar dari dinding. Kemunculan Lin Tian langsung dipusatkan oleh orang-orang yang sejak tadi memang mengincar nyawanya.

Lin Hua ingin menyusul Lin Tian, tetapi dia mengurungkan niatnya mengingat Lin Tian berpesan padanya, agar tidak keluar dari tempat itu sebelum dia berhasil membukakan jalan untuknya keluar dari gedung tersebut.

Lin Tian berlari tanpa senjata di tangannya. Peluru-peluru yang melesat ke arahnya coba dia hindari semaksimal mungkin. Tubuhnya bahkan sampai berguling di lantai demi menghindari peluru yang datang.

Lin Tian tidak berhenti begitu saja di sana, dia menggunakan timpukan kardus untuk melindungi dirinya dari peluru-peluru yang melesat cepat itu.

Musuh-musuh yang semula bersembunyi di balik dinding dan beberapa kardus, akhirnya memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian mereka karena melihat Lin Tian yang tidak membawa senjata, membuat mereka yakin akan bisa mengalahkan Lin Tian.

Sementara itu, Lin Tian berdiam diri sejenak di balik tumpukan kardus tersebut, sedangkan musuh-musuhnya terus menembakinya hingga kardus yang menjadi dinding pelindung Lin Tian mulai hancur.

Lin Hua yang berdiri dari kejauhan mulai merasa khawatir dan tidak tega melihat Lin Tian berjuang sendiri di sana tanpa senjata.

Next chapter