webnovel

Negeri Para Pembohong

Apa yang akan kau lakukan ketika bisa mendeteksi sebuah kebohongan? Faresta Haerz— remaja yang memiliki kekuatan supernatural yaitu mengetahui kebohongan dari setiap kata-kata seseorang. Faresta juga sebentar lagi akan masuk ke sebuah sekolah tingkat nasional. Sekolah Menengah Atas yang dikelola langsung oleh pemerintah, sistem serta peraturan sekolah itu juga unik dan mendapat sebutan "Surganya Para Pelajar". Sekolah yang bertempat di sebuah pulau buatan dengan segala fasilitas yang diperlukan pelajar. Selain sistem yg unik, sekolah itu juga memiliki banyak keringanan untuk para pelajar, seperti kebebasan berpenampilan, sistem belajar yang tidak terlalu ketat, fasilitas yang memadai, dan lain-lain. Faresta Haerz yang memiliki sebuah tujuan tertentu akan mulai masuk ke sekolah tersebut, sekolah yang disebut Surga Para Pelajar— SMA GARUDA. Konsep sekolah di sini terinspirasi dari Light Novel karya Shougo Kinugasa-sensei berjudul [Yōkoso Jitsuryoku Shijō Shugi no Kyōshitsu e] atau yang lebih dikenal dengan anime [Welcome To Classroom Of The Elite].

DameNingen · Urban
Not enough ratings
18 Chs

Chp2: Week 1 (5)

"Sudah ketemu?" ujar seorang pria pada ruangan yang cukup gelap. Saat ini dalam ruangan gelap tersebut hanya ada dia dan seorang pria lain di depannya.

"Begitulah, orang itu cukup memiliki persiapan kali ini. Dan juga, suruhannya tidak terlalu menarik perhatian, sangat berbeda dengan yang sebelumnya. Jadi dia lebih bebas."

"Hmm ... sangat jarang melihat kau mengomentari hal seperti ini."

"Haha ... apa begitu?"

"Iya. Tapi mau bagaimanapun, terlalu merepotkan melakukan hal ini berturut-turut selama 5 tahun ke depan."

Suasana jadi hening setelah kalimat yang dilontarkan oleh pria yang terlihat lebih muda. "Perintah adalah perintah, kita tidak boleh melawannya. Lagi pula, kita harus melaporkan kebusukan surga ini," balas pria yang satunya.

"Hahaha! Kau ada benarnya juga pak tua!"

***

Setelah keluar dari perpustakaan, aku langsung berjalan menuju kantin seperti kata Keysha. Sesampainya di sana aku mendapati Ayunda, Keysha dan juga Yudha yang sedang duduk menyantap makanan. Selain itu aku juga melihat 2 wajah yang tak terduga, yaitu Tio dan juga Fajar.

Bukan Fajar, tapi Tio, wajah itu cukup mengejutkanku. Bukankah Keysha berbohong ketika dia mengatakan ada Tio di sini? Apakah kemampuanku salah? Tidak, tidak, itu tidak mungkin.

"Oh, Faresta, sini!" Aku dengan cepat menanggapi panggilan tersebut, kemudian duduk di samping Ayunda.

"Kenapa lama?" kata Ayunda.

"Eh? Pa-padahal aku baru berjalan 5 menit."

"5 menit itu lama loh, Faresta. Minuman pesananku juga sudah habis setengah menunggumu," keluh Keysha sembari memainkan sedotan dari minuman es pesanannya.

"Sudahlah-sudahlah. Lagi pula ini salahmu mendadak memanggil Faresta, Key." Yudha yang dari tadi menyantap makanannya juga ikut berbicara.

"Oke-oke~"

"J-jadi, sesuatu yang penting tadi apa?" tanyaku.

"Tidak ada. Aku hanya ingin kamu cepat datang ke sini saja," jawab Keysha cepat. Mulutnya pun kembali pada sedotan minuman di depannya.

Sudah kuduga akan seperti ini....

"Oh ya, kenapa Tio dan Fajar di sini juga?" tanyaku lagi.

"Kan sudah kubilang tadi ditelepon kalau ada Tio dan Fajar—"

"Kami baru saja di sini sebelum kau. Keysha melihat kami sedang mengantre membeli makanan, dan dia langsung memaksa kami duduk di sini. Tentu saja apa yang dikatakan olehnya 6 menit lalu padamu adalah bohong, Faresta," jelas Tio dengan mencela perkataan Keysha. Setelah itu dia kembali ke sepiring nasi dengan lauk sup sayuran.

"Itu benar. Wanita sialan ini memaksaku duduk di sini mendengarkan omong kosong dia." Fajar yang sedari tadi diam mendengar percakapan kami mulai membuka mulutnya.

Raut muka Keysha mulai berubah mendengar kata-kata itu. "A-apa?!"

"Sudah, sudah... tidak ada gunanya kalian bertengkar. Kalian tahu, Key, Fajar?"

"Itu benar loh, Key. Juga, bukankah kamu bilang mau meminta maaf atas masalah 3 hari lalu padanya?" kata Ayunda.

Heh... yah minta maaf untuk permasalahan di hari pertama itu adalah hal yang wajar sih....

"Siapa juga yang mau minta maaf sama orang seperti dia!"

"Bukanya sudah janji akan minta maaf karena salah paham jika novelmu dapat kembali?" cela Yudha.

Keysha membuang tatapan matanya."Yah... kapan-kapan saja minta maafnya."

"Heh..."

Setelah itu aku memesan minuman es untuk menghilangkan dahaga serta rasa amis di mulutku. Tidak ada topik obrolan yang penting diangkat, kami hanya membicarakan sederhana seperti makanan apa yang kami suka, lagu kesukaan, dan lain-lain.

Ayunda sempat menyadari ada bercak darah di telapak tanganku, tapi aku dengan mudah mengelak. Untuk Fajar sendiri, aku sedikit penasaran kenapa dia mau bersama kami yang sebenarnya tidak terlalu dia sukai.

"Oh iya, kalian akan ikut lomba apa?" Keysha mengangkat topik yang aku juga penasaran.

"Karena para cowok kelas kami mau basket, aku ikut saja," jawab Yudha setelah menyeruput minuman yang dipesannya.

"Aku bulu tangkis," cetus Ayunda.

"Aku akan ikut lomba lempar peluru dan lompat jauh!" seru Keysha. "Kalau kalian bertiga?" lanjutnya menatap aku, Tio, dan Fajar.

"Yah... aku akan ikut teman sekelasku, jadi belum tahu mau ikut lomba apa." Tio mendesah lesu.

Fajar yang menyadari sedang ditatap langsung menjawab, "Mungkin aku akan ikut lomba lari. Tapi entahlah, teman sekelasku sedikit egois.

"Kalau kau, Faresta?" Mengikuti perkataan Keysha, tatapan semua orang mulai beralih ke aku.

"Eh-a-aku...."

"Bukankah kamu perlu memperbaiki cara bicaramu, Faresta?" ujar Ayunda.

"Ta-tapi aku belum terbiasa bicara dengan orang yang baru kukenal."

"Kalau begitu buatlah agar dirimu terbiasa. Rasanya sedikit aneh mendengarmu berbicara gagap seperti itu." Keysha benar, aku sendiri merasa cara bicara seperti ini sedikit aneh. Tapi mau bagaimana lagi, sulit untukku terbiasa dengan hal seperti ini.

"Ba-baiklah... akan kucoba."

"Jadi, lomba apa yang akan kau ikuti?" tanya Keysha untuk yang kedua kalinya.

"Mungkin bu-bulu tangkis. Aku tidak bagus dalam olahraga, tapi entah kenapa aku ingin mencoba mengikuti lomba itu."

"Kalau memang begitu, bisa kuusahakan kok," kata Tio. Jika itu Tio, mungkin saja bisa, lagi pula dia ketua kelas.

***

Esok harinya.

Aku kembali lagi ke perpustakaan seperti kata bapak penjaga kemarin. Tapi bukan untuk bertemu dengannya atau mau mengembalikan buku yang kupinjam, melainkan sesuatu hal yang lain.

Memasuki perpustakaan, aku mengabaikan bapak penjaga perpustakaan dan langsung menuju rak C tingkat 3 baris ke-15 seperti yang tertulis di secarik kertas pada salah satu halaman dari buku yang kupinjam kemarin.

Mengikuti apa kata bapak penjaga itu, aku membuka halaman 150 pada buku kemarin dan menemukan secarik kertas kecil. Awalnya aku cukup bingung dengan apa yang tertulis di sana, karena hanya tertulis [C-3-15]. Beruntungnya ini begitu sederhana.

Aku mengambil buku yang dimaksud dari deretan buku yang berbaris rapat pada rak. Kemudian aku melihat secarik kertas lagi pada bagian belakang buku tersebut.

"Ruang komputer. Nomor 9." Aku mengucapkan kata yang tertulis pada kertas kecil itu. Tanpa harus berpikir keras pun aku tahu maksud dari secarik kertas itu.

Meletakan kembali buku yang sudah kupegang, aku kemudian berjalan keluar dari perpustakaan. Sekali lagi aku mengabaikan keberadaan bapak penjaga perpustakaan itu.

Ruang komputer, sudah kuduga aku pasti akan mengunjungi tempat ini. Tanpa basa basi aku langsung masuk ke ruang itu dan menuju komputer nomor 9.

Sesampainya di sana aku tahu kenapa orang yang menulis di kertas itu memilih komputer ini. Bukan tanpa alasan, tapi komputer ini masuk titik buta penjaga ruang komputer yang seorang ibu guru.

Sebelum menghidupkan komputer ini seperti yang dilakukan olehku dan Tio sebelumnya, aku terlebih dahulu mengecek sekitarnya. Bawah keyboard, bawah meja, dibalik kursi dan sebagainya, tapi tidak menemukan satu hal pun.

Aku memutuskan untuk menghidupkan komputer itu mengikuti prosedur yang ada. Mengejutkan, tepat setelah aku menghidupkan komputer itu, langsung muncul program catatan yang masih beroperasi. Dalam catatan itu tertulis, "Temui aku di ruang Biologi gedung kelas 11 pada istirahat kedua."

Sekarang masih jam 11 yang artinya masih istirahat pertama, sedangkan jam 2 barulah istirahat kedua. Itu berarti masih cukup lama....

***

3 jam kemudian....

"Ruang Biologi di gedung kelas 11, ya. Bukankah aneh jika kelas 10 sepertiku berada di gedung kelas 11?" gumamku. Gedung kelas 10, 11, dan 12 pada dasarnya tidak benar-benar terpisah, masih ada penghubung antar keduanya. Tapi tetap saja setiap angkatan memiliki wilayahnya masing-masing, jadi akan aku pasti akan menarik perhatian jika berada di gedung angkatan lain.

"Yah... siapa peduli."

Aku menyusuri ruangan demi ruangan sampai akhirnya sampai ke ruangan yang dimaksudkan. Ruangan Biologi, cukup melelahkan sampai ke sini, pasalnya ruangan ini berada di ujung lantai paling atas, tapi mungkin ini juga alasan kenapa orang tersebut memilih tempat ini.

Aku mengetuk pintunya. "Masuklah." Terdengar suara yang tidak asing menyuruhku masuk. Tanpa pikir panjang aku dengan cepat membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan itu.

Di sana, aku mendapati seorang pria duduk menyilangkan kakinya sembari membaca buku. "Ketua osis?"